Layanan katering dan transportasi bus gratis beroperasi kembali tanggal 25 Agustus, seiring berangsur normalnya situasi lalu lintas dalam Kota Mekkah. Untuk sementara, jemaah diharapkan memenuhi kebutuhan makan melalui kantin sekitar hotel. Bila hendak shalat berjamaah, dipersilakan shalat di masjid dekat hotel.
MEKKAH, KOMPAS — Menjelang masa wukuf, mulai hari Kamis (16/8/2018) ini, layanan katering dan bus gratis bagi jemaah calon haji untuk sementara dihentikan. Kebijakan itu terkait situasi lalu lintas dalam Kota Mekkah yang kian padat kendaraan.
Layanan katering dan transportasi bus gratis itu beroperasi kembali tanggal 25 Agustus, seiring berangsur normalnya situasi lalu lintas di Kota Mekkah. Saat jeda layanan tersebut, 328 unit bus yang selama ini mengangkut jemaah dari dan ke Masjidil Haram, dialihkan untuk mengangkut jemaah dari Mekkah ke Arafah. Armada warna merah jingga tersebut lazim disebut bus "shalawat", singkatan dari "shalat lima waktu".
“Situasi lalu lintas kota Mekkah tidak memungkinkan bagi pergerakan bus pengangkut jemaah bolak-balik ke Masjidil Haram. Begitu pula untuk distribusi untuk katering,” kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat berdialog dengan para jemaah haji di sebuah hotel, kawasan Raudhah, Mekkah, Arab Saudi, Rabu (15/8/2018).
Pergerakan jemaah ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina (untuk wukuf, mabit, dan lontar jumrah) dijadwalkan mulai Minggu (19/8) – Jumat (24/8). Tahapan ini lazim disebut fase Armina.
Untuk memenuhi kebutuhan makan bagi para jemaah selama jelang dan sesudah fase Armina, pemerintah mempersilakan jemaah membeli makanan di rumah makan dan kantin sekitar hotel. “Silakan menggunakan dana living cost yang sudah dibagikan pemerintah sebelum jemaah berangkat dari Tanah Air,” kata Lukman.
Dana tersebut besarnya 1.500 Riyal Arab Saudi (sekitar Rp 6 juta), bersumber dari setoran biaya perjalanan haji. Menurut Menag, tidak satu pun negara yang mengelola jemaah haji, menyediakan dana seperti itu selain Indonesia.
Adapun saat wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan lontar jumrah di Mina, panitia penyelenggara ibadah haji menyediakan dapur umum. Selama ini, kebutuhan makan para jemaah dipasok oleh 36 perusahaan jasa katering yang dikontrak pemerintah.
Pernyataan Menag tersebut dipahami oleh jemaah, terlebih setelah melihat sendiri situasi di Kota Mekkah. Baron Pujianta, salah satu kepala rombongan dari jemaah asal Jakarta, menyatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan warga asal Indonesia yang sudah menetap di Arab Saudi (mukimin). “Kami paham situasi dan penjelasan itu,” katanya.
Menurut pantauan Kompas, sejak Rabu malam, petugas di kota Mekkah sudah mulai melakukan rekayasa lalu lintas, seiring kian mengalirnya kedatangan jemaah dari berbagai penjuru dunia. Sejumlah ruas jalan strategis seperti di kawasan Syisyah dan Raudhah diblokade. Kendaraan dialihkan ke ruas jalan lain.
Bandara Jeddah ditutup
Sementara itu, hingga Rabu siang, jemaah asal Indonesia yang sudah tiba di Mekkah tercatat 200.757 orang. Total jemaah reguler Indonesia 204.000, ditambah 17.000 jemaah khusus. Dijadwalkan, hari Kamis ini seluruh jemaah sudah tiba. Selanjutnya Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah ditutup bagi kegiatan penerbangan.
Tarwiyah
Sementara itu, pemerintah tidak memfasilitasi jemaah tarwiyah jelang wukuf. Apalagi pemerintah Arab Saudi tidak memasukkan tarwiyah dalam rangkaian ibadah haji. Menag Lukman menegaskan, pihaknya tidak melarang jemaah yang akan melakukan tarwiyah, namun juga tidak memfasilitasi.
Tarwiyah artinya hari ke-8 Zulhijjah. Sebagian jemaah haji asal Indonesia berencana sudah bergerak dari Mekkah ke Mina untuk amalan sunah sejak 8 Zulhijjah (19 Agustus). Besoknya, tanggal 9 Zulhijjah (20 Agustus), barulah mereka bergerak ke Arafah.
Adapun jemaah lainnya, secara umum baru bergerak tanggal 9 Zulhijjah (20 Agustus) dari Mekkah dan langsung ke Arafah. Terjadi perbedaan rute pergerakan, dan ini memerlukan manajemen tersendiri dalam transportasi, katering, kesehatan, dan lain-lain. Petugas yang totalnya 3.800 orang difokuskan untuk mengawal jemaah yang berangkat wukuf tanggal 9 Zulhijjah.
Jarak dari Mina ke Arafah sekitar 5 kilometer dan itu dinilai berisiko menimbulkan kelalahan fisik di bawah sinar terik matahari (suhu udara 50 derajat Celsius).
Menag mengingatkan, jemaah yang hendak melaksanakan tarwiyah, harus mempersiapkan kondisi fisik yang prima. “Stamina jemaah berisiko terkuras karena harus melakukan perjalanan ekstra ke Mina dulu baru kemudian bergabung dengan jemaah reguler lainnya di Arafah,” kata Menag.
Hal senada diingatkan oleh konsultan ibadah haji Aswadi, guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya saat ditemui di Mekkah kemarin. (NAR)