JAKARTA, KOMPAS -- Peringkat dunia bukanlah satu-satunya hal yang menentukan prestasi atlet dalam Asian Games 2018. Tim bulu tangkis Indonesia, terutama para pemain tunggal putra, diminta tampil berani dan percaya diri menghadapi lawan-lawan dengan peringkat yang lebih tinggi.
Pada Asian Games 2018, Indonesia mengirimkan tiga tunggal putra. Mereka adalah Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Ihsan Maulana Mustofa. Anthony dan Jonatan merupakan tunggal putra dengan ke-12 dan 15.
Berdasarkan daftar peringkat dunia yang dirilis BWF, sembilan dari sepuluh pemain yang termasuk dalam top-10 merupakan pemain Asia yang berpeluang menjadi lawan berat tunggal putra Indonesia di Asian Games, seperti juara dunia pertama Jepang, Kento Momota, yang kini menempati peringkat keempat dunia.
Mantan pebulu tangkis nasional Taufik Hidayat mengatakan, peringkat dunia belum menjamin prestasi atlet. “Jangan pernah bilang kalah karena peringkat dunia. Kalau pemain punya mental juara, siapa pun lawan pasti siap,” ujar juara dunia 2005, peraih medali emas Olimpiade Athena 2004, dan medali emas pada tiga Asian Games (1998-2006), ini di Jakarta, Rabu (15/8/2018).
Taufik menceritakan, ketika tampil di Olimpiade Athena dirinya menempati peringkat yang tidak terlalu bagus, yaitu 17. Berdasarkan aturan, dirinya baru bisa tampil di Olimpiade kalau termasuk peringkat 16 dunia. Taufik dipastikan membela Indonesia di Olimpiade setelah ada satu pemain Korsel mundur.
Meski peringkatnya tidak begitu bagus, Taufik bisa mengatasi lawan sehingga mempersembahkan medali emas untuk Indonesia. “Saat itu, prinsip saya hanya satu yaitu ingin pulang paling akhir. Artinya, saya harus masuk semifinal, masuk final, hingga akhirnya jadi juara,” kata dia.
Taufik menilai, tunggal putra Indonesia mempunyai kualitas fisik dan teknik yang sangat bagus. Namun, mental para pemain masih tertinggal dari lawan. Ketika bermain di Indonesia Terbuka, Juli lalu, misalnya, mental Anthony kalah dari Momota. Mental bertanding itu kemudian mempengaruhi kekuatan pukulan di lapangan sehingga Anthony harus tersingkir di babak kedua.
Sebaliknya, Momota mempunyai mental yang sangat bagus. Setelah mendapat larangan bertanding karena kasus judi, Momota bisa segera bangkit dan membuktikan diri dengan meraih beberapa gelar, salah satunya menjadi juara dunia. “Kita harus belajar dari lawan yang lebih bagus. Kenapa dia bisa, kita tidak,” ujar Taufik.
Status Indonesia sebagai pemain tuan rumah pada Asian Games, menurut Taufik, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengukir prestasi. “Perlu waktu berpuluh-puluh tahun untuk kembali menyelenggarakan Asian Games. Peluang ini harus dimaksimalkan,” kata dia.
Anthony mengatakan, selama ini dirinya memang menghadapi kendala mental bertanding. “Saya memang merasa belum konsisten. Kalau ketika bertanding pukulan kurang enak, itu bisa mempengaruhi mental,” kata juara Korea Terbuka 2017 dan Indonesia Masters 2018 ini.
Setelah menjadi juara di Indonesia Masters, prestasi terbaik Anthony pada kejuaraan individu adalah perempat final Jerman Terbuka. Pada empat turnamen bulu tangkis individu terakhir yang diikuti, Anthony selalu tersingkir di babak awal.
Di Kejuaraan Dunia, pada 30 Juli – 5 Agustus, langkah Anthony terhenti di babak kedua setelah kalah dari pemain Jepang, Kenta Tsuneyama, 17-21, 13-21.
Indonesia terakhir kali mengemas medali emas Asian Games pada sektor tunggal putra terjadi 12 tahun lalu, melalui Taufik Hidayat. Setelah itu Lin Dan (China) merebut dua gelar berturut-turut pada Guangzou 2010 dan Incheon 2014. Anthony, Jonatan, dan Ihsan ditantang untuk mengembalikan tradisi medali emas tunggal putra pada Asian Games.