Asian Games 2018 yang berlangsung dua pekan terakhir menebarkan aura positif bagi masyarakat Indonesia. Warga Jakarta, selain Palembang, yang menjadi tuan rumah merasakan kekuatan energi positif yang memengaruhi seluruh sendi kehidupan. Media sosial yang selama ini banyak komentar nyinyir, adu mulut antarpendukung, berita bohong, dan sejenisnya berganti menjadi ajang berbagi informasi terakhir perolehan medali.
Foto-foto di media sosial yang biasanya berisi meme-meme politik garing berganti dengan foto-foto atlet yang sedang berjuang. Mereka kelihatan sehat dan bugar seperti dambaan semua orang sehingga menjadi inspirasi warga untuk hidup sehat.
Sementara mereka yang mencoba nyinyir atas apa pun terhadap pelaksanaan Asian Games menjadi terasa aneh dan patut dikasihani. ”Coba, Asian Games itu diperpanjang ya sampai Pemilu 2019,” harap seorang rekan lebay.
Mereka yang sempat berkunjung ke kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, bisa merasakan langsung bagaimana suasana berbeda Jakarta dibandingkanhari biasa. Pergerakan manusia ke arena laga atau sekadar berkunjung ke keramaian Pasar Festival sangat menyenangkan. Trotoar yang lebar dan nyaman dengan penerangan yang sangat memadai seperti impian yang terwujud di Ibu Kota. Selama ini para pejalan kaki harus berjalan di trotoar yang sempit, berebut ruang dengan bangunan lain, dagangan toko, bengkel, atau pengemudi motor.
Dengan trotoar yang menyenangkan, warga pun menjadi tergoda berjalan kaki. Jarak satu-dua kilometer tidak perlu lagi mengojek atau naik taksi, bahkan mengendarai kendaraan pribadi. Hanya butuh 10-12 menit saja untuk berjalan santai sejauh 1.000 meter.
Jika jarak terasa jauh, panas, dan badan renta, pihak penyelenggara Asian Games juga sudah menyediakan bus gratis yang berkeliling mengantar warga ke shelter bus untuk melanjutkan perjalanannya ke wilayah lain. Sementara warga dari luar Jakarta, seperti Tangerang, Bogor, Depok, dan Bekasi, lebih asyik naik kereta rel listrik dan turun di stasiun terdekat, Palmerah, untuk selanjutnya berjalan kaki ke kawasan GBK.
Selama dua pekan, warga di Jakarta merasakan peningkatan kualitas pergerakan secara sehat. Memang ada keluhan dari sejumlah pengguna kendaraan pribadi akibat adanya pembatasan kendaraan dengan pemberlakuan nomor polisi ganjil genap. Akan tetapi, keluhan itu juga lebih karena sikap warga yang ”ganjil” yang menganggap menggunakan kendaraan pribadi adalah prestise. Mereka beralasan, layanan angkutan umum masih buruk sehingga mereka ogah beralih dari mobil pribadi.
Kebijakan ”ganjen” alias ganjil genap terbukti berhasil. Evaluasi menunjukkan, lalu lintas lebih lancar, polusi udara menurun, serta pengguna angkutan umum pun meningkat. Jika Pemprov DKI Jakarta lebih memandang ke depan, kebijakan ini bisa dilanjutkan dan diperluas. Memang, pembatasan angkutan pribadi harus berbanding lurus dengan peningkatan layanan angkutan umum. Semoga Asian Games 2018 menjadi titik awalnya.