Donald Santoso, Pencetus Tim Basket Kursi Roda
Separuh hidupnya dihabiskan di negara adidaya, Amerika Serikat. Di negara berjuluk ”Negeri Paman Sam” itu, ia hidup berkecukupan. Namun, di akhir tahun 2017, dirinya tergerak untuk pulang ke Tanah Air, Indonesia. Hal itu dilakukannya demi suatu misi kemanusiaan, yakni membantu para penyandang disabilitas, lebih-lebih pengguna kursi roda agar mendapatkan hak untuk hidup secara mandiri sebagaimana orang-orang normal.
Kepulangannya itu ternyata turut memberi secercah harapan bagi dunia olahraga Indonesia, terutama olahraga basket kursi roda. Dengan pengalamannya menjadi atlet basket kursi roda di Amerika Serikat (AS) selama 2013-2016, ia turut mencoba menularkan pengalaman dan ilmunya itu sekembali ke Indonesia. Lagi pula, menurutnya, olahraga bisa menjadi alat/wadah efektif untuk mensosialisasikan pentingnya kesetaraan hak hidup antara orang normal dan disabilitas.
Ternyata, tak hanya menularkan pengalaman dan ilmu, ia justru memegang peranan penting untuk mencentuskan kelahiran tim nasional basket kursi roda pertama di Indonesia. Kebetulan, Indonesia akan menggelar pesta olahraga atlet disabilitas Asia, Asian Para Games 2018 pada 6-13 Oktober. Untuk itu, keberadaan tim basket kursi roda itu sangat penting agar Indonesia ada perwakilan di cabang basket kursi roda Asian Para Games 2018.
Sosok berjasa itu adalah kapten timnas basket kursi roda Indonesia Donald Santoso (28). ”Basket kursi roda bukan hanya olahraga melainkan alat kampanye kami, penyandang disabilitas. Lewat olahraga ini, kami ingin menunjukkan, walaupun punya keterbatasan fisik, kami juga bisa berprestasi. Dengan ini, kami juga ingin membuka mata pemerintah maupun masyarakat, penting sekali memberikan hak untuk disabilitas agar tetap bisa beraktivitas secara mandiri,” ujar pria kelahiran California, AS, 21 November 1989 itu saat dijumpai di Jakarta, Selasa (2/7/2018).
Olahraga bola basket mungkin sudah sangat populer di Indonesia. Namun, basket kursi roda masih awam di masyarakat. Terang saja, sebelum hadir Donald dan kawan-kawan, Indonesia memang tidak ada timnas, kompetisi/liga, bahkan organisasi olahraga yang lahir untuk rehabilitasi tentara AS yang mengalami kecacatan selama berlangsung Perang Dunia ke-2 itu.
Akan tetapi, 27 Juni-3 Juli lalu atau saat berlangsung uji coba Asian Para Games 2018 di Gedung Basket Senayan, Jakarta, masyarakat baru tersadar ada olahraga basket kursi roda. Bahkan, sebagian besar terbuat kagum dengan para pemainnya. Meski menggunakan kursi roda, para pebasket kursi roda itu tetap mampu bergerak lincah tak ubahnya para pebasket normal.
Banyak disabilitas, terutama pengguna kursi roda yang tidak diberikan akses untuk mengekspresikan diri. Mereka terkurung di rumah
”Selamat ini, banyak disabilitas, terutama pengguna kursi roda yang tidak diberikan akses untuk mengekspresikan diri. Mereka terkurung di rumah. Dengan kehadiran tim ini, kami ingin mengabarkan, pengguna kursi roda punya wadah untuk berprestasi. Setidaknya, saya ingin menyebarkan virus basket kursi roda ini ke seluruh Indonesia,” kata Donald.
Mencari pemain
Semua pemain dalam timnas basket kursi roda Indonesia saat ini adalah hasil rekrutan Donald bersama pelatih Indonesia Fajar Brillianto. Mereka berkeliling Indonesia dan menyeleksi 40 orang. Akhirnya, didapat 11 orang yang mengisi skuad timnas saat ini. Uniknya, semua pemain itu tidak pernah mengenal basket ataupun basket kursi roda.
Mereka rata-rata beralih dari cabang olahraga lain menjadi pebasket kursi roda. Di antara itu, ada Daryoko, Yulianto, Jaka Sriyana, dan Edy Johan yang mantan atlet atletik Paralimpiade. Lalu, ada mantan atlet bulu tangkis Paralimpiade Danu Kuswantoro, mantan atlet tenis Paralimpiade Arifin Risma, dan mantan atlet angkat berat Paralimpiade Lalu Idrus.
”Ada dua tantangan utama melatih mereka, yakni melatih fundamental atau dasar-dasar basket, seperti cara membawa bola, mengumpan, hingga menembak. Satu lagi, cara menggunakan kursi roda di lapangan basket. Untungnya ada Donald yang sudah pengalaman. Ia banyak membantu saya ketika melatih,” tutur Fajar.
Selain ikut merekrut pemain, Donald pula yang getol mencari kursi roda untuk para pemain itu. Spesifikasi kursi roda untuk basket kursi roda berbeda dengan kursi roda cabang olahraga lain apalagi kursi roda biasa. Kursi roda itu terbuat dari karbon sehingga ringan untuk bermanuver. Rodanya agak miring sehingga atlet tetap seimbang saat bermanuver. Selain itu, kursi roda itu ada empat roda kecil untuk mempercepat laju sprint maupun manuver.
Semua pemain yang direkrut tidak ada yang punya kursi roda seperti itu. ”Saat awal latihan, Donald ikut mencarikan kami kursi roda yang layak untuk olahraga ini. Dia menghubungi temannya yang ada di Amerika Serikat hingga Australia. Saya dapat kursi roda dari teman Donald di Australia,” ujar anggota timnas basket kursi roda Indonesia Gusti Putu Putra Adyana.
Bangkit dari keterpurukan
Kepedulian Donald kepada penyandang disabilitas, terutama pengguna kursi roda tak lepas dengan keterbatasan yang dirasakan dan dihadapinya. Donald sejatinya adalah pria normal yang bisa beraktivitas seperti biasa hingga usia 17 tahun. Ia juga pernah aktif bermain basket normal selama sekolah menengah atas.
Namun, saat latihan basket di pertengahan 2007, suatu insiden mengubah jalan hidupnya secara keseluruhan. Ketika itu, ia salah tumpuan seusai melakukan lompatan. Ternyata, hal itu membuat lutut sebelah kirinya cedera parah. Bahkan, ia sudah tak mampu berdiri seusai insiden itu Saat dicek ke dokter, ternyata anterior cruciate ligament (ACL), posterior cruciate ligament (PCL), dan medial collateral ligament (MCL) putus.
Donald melakukan serangkaian operasi untuk memulihkan lututnya. Bahkan, tulangnya dipotong beberapa kali. Namun, enam kali melakukan operasi, lututnya tidak bisa pulih seperti sedia kala. Meski bisa berjalan, ia tak mampu lagi berlari dan melompat. Hal itu membuatnya harus mengubur dalam-dalam mimpi sejak ia kecil, yakni menjadi pebasket profesional.
Donald sempat frustrasi dengan situasi tersebut. Ia mengurung diri dari dunia luar. Apalagi pasca operasi, ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk berobat dan melakukan fisioterapi. Tak pelak, kehidupan sosialnya sempat terganggu.
Beruntung Donald memiliki keluarga yang sangat mendukung, terutama kedua orangtua. Kedua orangtuanya terus menguatkan Donald bahwa hidup tak berhenti sampai di sini. Ia mesti tetap menatap masa depan karena jalan hidupnya masih sangat panjang.
Hidup seperti suatu kotak cokelat. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan didapat sebelum membukanya
”Hidup seperti suatu kotak cokelat. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan didapat sebelum membukanya. Demikian hidup. apa yang terjadi saat ini, kita tidak boleh menyerah. Sebab, kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan. Nasihat-nasihat seperti itu yang akhirnya membuat saya bangkit lagi dari keterpurukan,” ujar anak pasangan atlet renang itu.
Kenal basket kursi roda
Titik balik kehidupan Donald terjadi ketika dia berjumpa dengan pebasket NBA Derrick Rose pada 2010/2011. Rose merupakan pebasket potensial yang sempat meraih Most Valuable Player NBA pada 2011. Namun, karirnya lebih banyak dihantui cedera. Bahkan, Rose sempat mengalami 24 cedera dan melakukan sejumlah operasi sepanjang 2013.
Ketika berjumpa, Rose banyak memberikan nasihat kepada Donald. Selain itu, Rose pun mengenalkan Donald dengan olahraga basket kursi roda. ”Karena masih sangat suka basket, saya langsung mencari tahu tentang olahraga tersebut dan mencari klub untuk tempat berlatih dan bermain,” katanya.
Praktis, Donald butuh waktu dua tahun untuk beradaptasi dengan kursi roda dan cara bermain basket kursi roda. Setelah cukup menguasai, ia pun bergabung dengan sejumlah klub dan sempat menjalani karir profesional di AS.
Tercatat, ia bermain di klub basket kursi roda Phenix Suns D1, AS selama 2013-2015 dan Arizona State University, AS selama 2015-2016. Prestasinya tak main-main, ia turut membawa Phoenix Suns promosi dari Divisi 3 ke Divisi 1 dalam kurun waktu dua tahun.
Namun, akhir 2017, Donald memutuskan pulang ke Indonesia, tanah kelahiran kedua orangtunaya. Awalnya, ia kembali ke Indonesia karena ingin mendirikan yayasan untuk memperjuangkan hak-hak disabilitas.
Saya pikir, ajang itu sangat penting untuk kampanye kesetaraan disabilitas. Saya pun cari cara untuk terlibat langsung di ajang itu, antara lain turut mencetuskan berdirinya timnas basket kursi roda Indonesia
Belakangan, ia tahu bahwa Indonesia akan menggelar Asian Para Games 2018 pada 6-13 Oktober. ”Saya pikir, ajang itu sangat penting untuk kampanye kesetaraan disabilitas. Saya pun cari cara untuk terlibat langsung di ajang itu, antara lain turut mencetuskan berdirinya timnas basket kursi roda Indonesia,” tuturnya.
Sekarang, mimpi besar Donald adalah terus mengembangkan bakset kursi roda di Indonesia. Caranya, ia ingin mendirikan asosisasi basket kursi roda nasional dan juga membuat liga basket kursi roda nasional. ”Asosiasi dan liga sangat penting untuk perkembangan basket kursi roda kelak,” ujar lulusan hukum dari University of California, Berkeley (S1) dan Arizona State University (S2) itu.
Langkah Donald mendapat dukungan penuh dari keluarga, terutama istrinya Aileen Kim Santoso (28). Bahkan, perempuan AS-Korea Selatan selalu hadir di setiap latihan dan tanding Donald. Ia bersama anak semata wayang mereka, Keidance (1) pun tak sungkan makan bersama Donald dan timnya di locker room. Kadang, mereka makan seadanya beralaskan lantai.
”Saya akan dukung penuh cita-cita suami saya selagi itu positif. Lagi pula, suami saya sangat tertarik dengan dunia basket kursi roda dan peduli disabilitas. Saya juga suka dengan basket kursi roda dan peduli dengan disabilitas,” ujar perempuan yang jadi teman kuliah Donald selama di University of California, Berkeley tersebut.
Donald Santoso
Lahir: California, Amerika Serikat, 21 November 1989
Istri: Aileen Kim Santoso
Anak: Keidance
Karir basket kursi roda:
- Phenix Suns D1, AS selama 2013-2015
- Arizona State University, AS selama 2015-2016Timnas Indonesia selama 2018-sekarang