Jangan Baper Melihat Data, Berinovasilah
Menjelang hari raya Idul Fitri 2018, tepatnya pada 11 Juni 2018, BukaNonton resmi diluncurkan. BukaNonton terdiri atas konten film, program BukaTalks, BukaMusik, dan gim. Sejauh ini, BukaNonton baru bisa diakses oleh pengguna yang naik kereta api kelas eksekutif Sembrani 1, Sembrani 2, dan Bima. Mereka cukup menyalakan koneksi Wi-Fi di dalam kereta.
Pada pengujung Oktober 2018, Bukalapak dan Akulaku meluncurkan fitur BukaCicilan yang bisa dipergunakan oleh pengguna membayar hasil belanja. Dengan menggunakan fitur BukaCicilan, pengguna bisa melakukan penundaan pembayaran atau mencicil harga pembelian barang tanpa menggunakan kartu kredit.
Sebelum dua fitur tersebut, sekitar satu-dua tahun terakhir, Bukalapak terjun ke solusi teknologi finansial (tekfin). Ragamnya mencakup fitur pembayaran aneka transaksi elektronik, dompet elektronik (BukaDompet), akses permodalan (BukaModal), investasi reksa dana (BukaReksa), dan jual-beli emas (BukaEmas). Untuk menjalankan solusi tekfin, perusahaan bekerja sama dengan perbankan dan jasa keuangan lainnya.
Bukalapak sekarang harus berhadapan dengan basis data bervolume besar yang dihasilkan dari setiap aktivitas fitur. Basis data tersebut memerlukan cara pengelolaan serius diikuti strategi bisnis berkelanjutan dan teknologi tepat guna.
Berikut petikan wawancara Kompas dengan Founder sekaligus CEO Bukalapak Achmad Zaky.
Kompas (K): Menjadi CEO start up unicorn sejak tahun lalu, apakah ini bisa dikatakan sudah cukup? Adakah hal yang ingin ditingkatkan lagi di perusahaan dan kesulitan-kesulitan apa selama memimpin perusahaan berstatus unicorn?
Achmad Zaky (AZ): Bagi saya dan kami di Bukalapak, status unicorn hanyalah sebuah milestone. Hal terpenting adalah bagaimana untuk terus berinovasi dan berkarya untuk turut membangun bangsa ini. Berbagai fitur dan inovasi yang kami kembangkan adalah untuk memberikan solusi serta menjawab kebutuhan masyarakat dan menaikkelaskan UKM di seluruh Indonesia.
Adapun rencana jangka panjangnya, Bukalapak terus berupaya memberdayakan UKM di Indonesia untuk menjadi roda penggerak perekonomian Indonesia.
Saat ini, Bukalapak telah menghubungkan lebih dari 4 juta pelapak yang merupakan pelaku UKM dengan lebih dari 50 juta konsumen. Bukalapak terus berupaya menciptakan berbagai inovasi memanfaatkan teknologi.
(K): Bagaimana Anda dan tim Bukalapak menularkan ”virus” semangat berkarya demi bangsa kepada anak muda?
(AZ): Pemuda menjadi kunci perjuangan kemerdekaan. Di zaman sekarang, peran pemuda tetap sebagai kunci, harus terus berlanjut. Inovasi, kreatif, dan kerja keras adalah kunci bagi Indonesia agar berjalan lebih maju lagi. Hadapilah masalah. Carikanlah solusi.
Sudah saatnya anak muda mengambil peran untuk membangun bangsa dengan langkah-langkah kreatif, berani, out of the box, dan giving impact untuk masyarakat.
Supersquad kami di Bukalapak mayoritas anak-anak muda yang setiap hari haus akan kreativitas, selalu punya ide gila, dan berani berinovasi. Kami juga selalu menanamkan keberanian berbicara di mata dunia.
(K): Kebanyakan karyawan perusahaan rintisan bidang teknologi adalah anak muda. Anda pun pernah menceritakan begitu di beberapa kesempatan berbicara di acara diskusi. Adakah metode khusus mengelola mereka tetap berani berinovasi di industri digital?
(AZ): Kami memiliki kultur perusahaan yang berpegang pada prinsip-prinsip jangan pernah berpuas diri, selalu ada solusi dari setiap permasalahan, memberdayakan dari akar rumput, dan berlandaskan data dalam membuat sebuah strategi ataupun solusi. Oleh karena itu, kami juga punya jargon, jangan baper (bawa perasaan) melihat data. Meski anggota tim sekarang lebih dari 2.000 karyawan, kami tetap menerapkan prinsip kekeluargaan. Kami juga selalu mendorong mereka untuk berpikir out of the box dan berani berbicara.
Karyawan muda kami secara kebetulan memiliki hasrat tinggi dalam berkarya untuk masyarakat. Bukalapak selalu mendukung potensi generasi muda untuk selalu membuktikan karyanya yang terbaik dan bermanfaat bagi bangsa.
(K): Apa pendapat Anda terkait perkembangan industri digital di Indonesia dan apa tantangan terbesar yang dihadapi, terutama jika kita berbicara mengenai e-dagang?
(AZ): Industri digital di Indonesia berkembang sangat pesat. Peluang pasar e-dagang pun masih sangat terbuka luas. Tantangannya untuk perluasan industri e-dagang adalah literasi digital dan perbankan, terutama di selain kota-kota besar.
Banyaknya pesaing bermunculan di industri e-dagang membuat kami para pelaku lama dituntut semakin kreatif. Semakin inovatif suatu produk, semakin baik untuk para pengguna.
(K): Dalam perhelatan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia 2018 beberapa waktu lalu, di Nusa Dua, Bali, Anda turut ambil bagian sebagai pembicara di sesi diskusi terkait digital. Anda mengatakan, Bukalapak ingin fokus dari bisnis daring ke luring (O2O) melalui produk aplikasi Warung Bukalapak. Mengapa Anda akhirnya memutuskan fokus di produk itu, sementara di luar sana sudah ada sejumlah pemain berkecimpung?
(AZ): Apabila kita ingin memberdayakan masyarakat, kita harus memulai dari akar rumput. Warung-warung konvensional ini adalah salah satu bagian dari akar rumput yang harus kami berdayakan. Mereka juga bagian yang harus turut menikmati kemajuan teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini.
Untuk mendorong percepatan penetrasi internet dan literasi digital, semua pihak harus terlibat. Bahkan, kalau perlu banyak pemain e-dagang ikut diajak.
Mitra Bukalapak juga dapat menjadi point of sales bagi masyarakat sekitar sehingga masyarakat bisa dengan mudah memanfaatkan warung-warung yang ada di depan rumahnya di samping untuk memenuhi kebutuhan hariannya.
Dalam aplikasi Warung Bukalapak, kami sediakan pula produk-produk virtual, seperti isi pulsa serta beli tiket acara dan perjalanan.