Selesaikan Masalah Masyarakat Melalui Teknologi
Traveloka menyandang gelar unicorn setelah Expedia, perusahaan sejenis asal Amerika Serikat, mengucurkan dana 350 juta dollar AS pada 27 Juli 2017 sehingga total pendanaan mencapai sekitar 500 juta dollar AS. Dengan kata lain, gelar itu diperoleh setelah lima tahun berdiri.
Pada 2012, fitur produknya baru berupa pemesanan tiket pesawat domestik dan internasional. Konsumen cukup pesan dan bayar. Fitur ini memang bagi Traveloka penting karena layanan pemesanan daring yang disediakan maskapai cukup susah diakses secara cepat.
Apalagi, mereka umumnya meminta pembayaran memakai kartu kredit. Harga beli tiket di agen perjalanan fisik pun dianggap masyarakat lebih tinggi.
Dua tahun kemudian, Traveloka meluncurkan fitur pemesanan hotel sekaligus aplikasi mobile. Pada 2015, perusahaan melakukan improvisasi sistem layanan di dua fitur tersebut. Misalnya, travel alert.
Kini, Traveloka telah berkembang luas sebagai platform aneka kebutuhan wisatawan. Konsumen ingin bepergian menggunakan kereta api, sewa mobil, kendaraan BlueBird, katalog lokasi kuliner, memesan tiket atraksi, hingga keperluan layanan internet di luar negeri.
Selain Indonesia, Traveloka beroperasi di Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Indonesia masih tercatat sebagai pasar terbesar.
Jumlah pengunduh aplikasi mobile naik dari 10 juta (tahun 2016) menjadi lebih dari 40 juta (tahun ini). Total kunjungan per bulan, baik ke laman maupun aplikasi, mencapai sekitar 30 juta.
Berikut petikan wawancara dengan Albert Zhang, satu dari tiga pendiri Traveloka, dan kini dia menjabat Head of Design Traveloka.
Kompas (K): Dengan status sebagai start up unicorn, apakah saat ini Traveloka sudah merasa ”cukup” dengan pencapaian tersebut? Adakah hal yang ingin ditingkatkan lagi di perusahaan? Kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi selama memimpin perusahaan berstatus unicorn?
Albert (A): Kami di Traveloka sangat bangga dan bahagia bisa menjadi perusahaan teknologi penyedia jasa perjalanan dan gaya hidup yang dipilih masyarakat Indonesia. Julukan tersebut merupakan motivasi sekaligus tanggung jawab untuk selalu memberikan layanan yang terbaik kepada pengguna.
Tentu saja, kesulitan dan tantangan akan selalu ada. Misalnya, perubahan tren perilaku masyarakat. Kami menjadikannya sebagai motivasi untuk terus memberikan inovasi dan layanan semaksimal mungkin kepada pengguna dan industri pariwisata secara umum.
(K): Semangat anak muda yang berkarya demi kecintaan kepada Tanah Air patut disebarluaskan. Bagaimana cara menciptakan ”virus” untuk menularkan semangat berkarya tersebut?
(A): Kami mendirikan Traveloka demi menyelesaikan masalah yang kami rasakan saat ingin membeli tiket pesawat. Sejak saat itu, kami selalu memperhatikan sekeliling kami, melihat masalah, dan mencari cara menyelesaikannya. Kami rasa anak muda Indonesia bisa mulai dari situ.
(K) : Bagaimana Traveloka mengelola manajemen perusahaan yang sebagian besar diisi oleh anak muda agar mereka tetap berani berinovasi di industri digital?
(A): Saat ini, Traveloka telah memiliki ribuan karyawan yang tersebar tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Thailand, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Malaysia. Banyak karyawan perusahaan kami anak muda. Namun, hal ini tidak menjadi sebuah beban. Kami justru menganggapnya sebagai sebuah peluang. Kami mengajak mereka berani memberikan inovasi-inovasi yang unik dan berguna bagi para pengguna.
Kami memosisikan diri bukan hanya sebagai karyawan Traveloka, melainkan juga sebagai pengguna. Dengan begitu, ide-ide yang out of the box dan dibutuhkan masyarakat akan keluar.
(K): Apa pendapat Anda terkait perkembangan industri digital di Indonesia dan apa tantangan terbesar yang dihadapi?
(A): Industri digital dan penetrasi internet di Indonesia semakin berkembang dari tahun ke tahun. Hal ini membahagiakan bagi kami para start up. Semakin banyak start up bermunculan, artinya semakin banyak solusi layanan terhadap masalah yang dihadapi masyarakat, khususnya di Indonesia.
Kami malah merasa semakin terdorong dan termotivasi memberikan pelayanan terbaik. Terus berpikir untuk meluncurkan banyak fitur produk baru demi menjawab masalah yang ada di masyarakat. Dalam setiap inovasi yang akan keluar, kami berusaha menggabungkan teknologi terkini dengan desain sehingga mudah dipahami dan dipakai warga.
(K): Sektor pariwisata di Indonesia sedang bertumbuh. Pemerintah ingin menjadikan sektor ini sebagai sektor unggulan. Kontribusi apa yang ingin Traveloka berikan?
(A): Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Masih banyak sekali tempat-tempat di Indonesia yang belum diketahui masyarakat Indonesia sendiri. Tugas kami sebagai penyedia platform adalah mendistribusikan informasi dan aneka kebutuhan perjalanan yang membantu para konsumen menuju destinasi wisata di Indonesia yang sangat banyak ini. Kebanyakan keluhan warga adalah tidak tahu lokasi destinasi, lalu beropini tempatnya susah dijangkau.
Traveloka memandang model bisnis agen perjalanan daring akan tetap menguntungkan pada jangka panjang. Di Indonesia sendiri, pemerintah telah menetapkan pariwisata sebagai salah satu industri strategis sehingga Traveloka terus mempunyai peluang. Expedia, misalnya, salah satu investor kunci Traveloka, juga meraih kesuksesan sebagai agen perjalanan daring kelas dunia.