JAKARTA, KOMPAS - Dampak teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari yang semakin intens dipercaya mampu mengurangi rasio gini atau ketimpangan. Selain memberikan kesempatan setara kepada seluruh masyarakat untuk berusaha, teknologi digital terbukti mampu meningkatkan jumlah pendapat.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mencontohkan, pendapat supir ojek saat bermitra dengan perusahaan aplikasi transportasi daring meningkat dibanding ketika mereka kerja sendiri.
"Berkat aplikasi itu, mereka berpeluang memperoleh pendapat secara lebih rutin," ucapnya dalam acara diskusi tentang revolusi industri 4.0 di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Jumat (7/12/2018).
Ia percaya teknologi digital mampu mengatasi isu rasio gini, yang sekarang masih menjadi masalah untuk mayoritas negara anggota G20. Di Indonesia, data Badan Pusat Statistik menunjukkan, rasio gini pada 2018 sebesar 0,389 dan menurun dibanding 2015 yang sebesar 0,408.
Rudiantara menambahkan, teknologi digital juga memiliki potensi ekonomi besar ke depan. Jumlah pendapat yang diperoleh dari ekonomi digital pada 2020 diperkirakan mencapai 11-12 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. "Angka itu lebih besar dibanding PDB suatu negara kecil di Asean," katanya.
VP Public Affairs Go-Jek Siti Astrid Kusumawardhani menjelaskan tujuan Go-Jek dalam mempertemukan penawaran (supply) dan permintaan (demand) secara lebih efisien. Aplikasi Go-Jek membuktikan, teknologi mampu menyetarakan kesempatan berusaha kepada semuanya.
"Dampak Go-Jek tidak hanya kepada supir, tetapi juga para pelaku UKM, terutama di bidang makanan dan minuman. Berkat teknologi, mereka mampu menjangkau pasar secara lebih luas," tutur Astrid.
Selain Go-Jek, Investree, perusahaan finansial berbasis digital, juga membuktikan bagaimana teknologi mampu membuka peluang berusaha secara lebih mudah dan cepat kepada semuanya. Di Indonesia, inklusi keuangan masih rendah dan pelaku UKM sering kesulitan memperoleh modal dari bank karena tidak mampu menyediakan laporan keuangan secara lengkap.
"Pengguna ponsel pintar di Indonesia cukup besar. Hal itu dapat mengakselerasi inklusi keuangan. Aplikasi Investree mampu mempertemukan peminjam dan pemberi pinjaman secara lebih mudah dan cepat," ucap Pendiri dan CEO Investree Adrian A Gunadi.