JAKARTA, KOMPAS – Sariawan yang tak kunjung sembuh lebih dari sebulan perlu segera diperiksakan ke dokter. Hal ini bisa jadi merupakan salah satu gejala dari kanker mulut.
“Tanda awal lain dikenali dengan adanya lesi (jaringan abnormal) atau perubahan pada warna, ukuran, tekstur, dan bentuk pada jaringan lunak di mulut,” kata Rahmi Amtha, Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia, dalam acara bertajuk SaMuRi: Periksa Mulut Sendiri, Kamis (13/12/2018), di Jakarta.
Kanker mulut kerap kali berkembang dari sebuah lesi pra kanker. Secara normal tekstur dan warna mukosa mulut (jaringan yang melapisi permukaan rongga mulut) berwarna merah muda dan kenyal. Perubahan warna yang terjadi, yaitu putih, merah, atau kombinasi keduanya.
Penderita umumnya tidak merasakan sakit atau nyeri. Lesi pra kanker itu berpotensi berubah menjadi ganas dalam waktu 3-10 tahun. Kanker itu dapat dicegah jika lesi pra kanker ditemukan dini. “Angka bertahan hidup pasien dapat meningkat lebih dari 80 persen atau di atas lima tahun,” kata Rahmi.
Faktor risiko
Faktor risiko penyakit ini antara lain kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, menyirih, pola makan buruk, riwayat keluarga, jender, dan virus. “Stres juga dapat memicu terjadinya kanker mulut,” Sri Hananto Seno, Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia.
Stres berkepanjangan membuat sistem kekebalan tubuh melemah. Mayoritas pasien yang diperiksa umumnya ketahuan pada tahap stadium lanjut. “Jumlah kanker mulut menyumbang angka total kematian secara global sedikit. Namun, pencegahan dini tetap diperlukan,” ujar Seno.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Badan Riset Kanker Internasional (IARC) per September 2018, kanker mulut jadi penyebab kematian 1,9 persen dari jumlah total kematian akibat kanker secara global atau 177.000 kematian. Tiga jenis kanker dengan jumlah kematian terbanyak yaitu, kanker paru, kanker kolon, dan kanker perut.
Rahmi menambahkan, sejumlah masyarakat belum mengetahui tanda awal itu karena kurangnya informasi dan edukasi. Kesadaran mereka untuk menjaga kebersihan rongga mulut harus ditingkatkan.
“Memeriksa mulut sendiri dapat dilakukan di depan cermin. Perubahan apapun di dalam mulut bisa dipantau diri sendiri,” ucap Rahmi. (MELATI MEWANGI)