MAKATI, KOMPAS – Grand Master asal Indonesia Susanto Megaranto menunjukkan kematangannya saat menghadapi Grand Master Super asal China, Lu Shanglei, pada babak ketujuh Kejuaraan Catur Kontinental Asia di Makati, Metro Manila, Filipina, Minggu (16/12/2018). Walaupun lawan bermain mengejutkan dengan pola liar dan cenderung spekulasi, Susanto tetap tenang dan fokus dengan cara bermainnya.
Dengan kematangannya, pecatur binaan Klub Catur Japfa itu bisa mengalahkan lawannya yang menjadi unggulan ke-10 di kejuaraan tersebut. Pecatur Indonesia berusia 31 tahun itu pun mempertahankan peluang untuk masuk lima besar klasemen agar lolos ke Piala Dunia Catur 2019 di Australia. Susanto perlu minimal 1,5 poin dari satu kali menangd an satu kali remis pada dua babak tersisa.
Dalam laga itu, Lu yang memegang buah hitam coba mengejutkan Susanto. Pecatur berusia 23 tahun itu langung melakukan langkah liar dengan menggerakkan pion B6 ke B5 pada langkah pertama. Langkah itu cenderung lemah karena pecatur biasanya membangun kekuatan di tengah papan, bukan melebar di sisi sayap papan. Namun, Susanto tak terpancing dan memainkan pola wajar membangun kekuatan di episentrum.
Terbukti, pada langkah ke-6, Susanto sudah unggul posisi dari Lu. Hampir semua perwira Susanto dalam posisi siap menyerang. Adapun Lu mengandalkan dua perwiranya, yakni gajah di B7 dan kuda di F6, yang langsung dimatikan oleh perwira Susanto.
Susanto semakin menguasai permainan. Pada langkah ke-17, Lu menawarkan remis, yang ditolak Susanto. Dalam posisi tertekan, Lu tidak mampu lagi menggerakan perwira untuk menyerang. Dia hanya menggerakan benteng dan raja yang berada pada posisi cenderung tidak aman.
Pada langkah ke-25, Lu melakukan langkah pengulangan, termasuk menggerakan bentengnya bolak-balik dari D8 ke D7 sebaliknya. Ia kembali menawarkan remis, dan mengulang langkahnya pada langkah ke-29. Namun, Susanto yang unggul posisi, tidak menggubris tawaran tersebut.
Lu semakin terdesak karena waktunya semakin tipis. Pada langkah ke-32, waktu Lu bersisa 1 menit 2 detik, sedangkan Susanto masih 4 menit 43 detik. Langkah Lu semakin liar dan akhirnya kalah waktu pada langkah ke-37. Sehabis laga, Lu sempat termenung sendirian sekitar 5 menit di depan meja permainan yang saat itu sudah ditinggalkan oleh Susanto.
”Tadi, saya sempat kaget dengan langkah pertamanya. Ia berusaha menjebak saya. Tapi, saya tidak termakan. Saya fokus saja dengan permainan membangun kekuatan di tengah. Karena sejak awal sudah salah, dia akhirnya tidak bisa berkembang sedangkan saya semakin kuat. Makanya, tadi saya nunggu saja sampai waktu habis,” ujar Susanto.
Manajer Tim Indonesia Kristianus Liem menuturkan, Lu kemungkinan besar telah menduga Susanto akan mengantisipasi semua langkah yang biasa dilakukannya, antara lain memulai permainan dari F5. Untuk itu, ia melakukan langkah liar yang sangat spekulatif. Akan tetapi, dengan pengalaman dan mental yang lebih dewasa, Susanto tetap tenang dan bermain sewajarnya. ”Inilah hasilnya kalau sejak awal main, pecatur sudah kuat di pembukaan. Kalau sudah demikian, selanjutnya jadi enak,” katanya.
Pelatih Indonesia asal Hongaria Tibor Karolyi menyampaikan, Susanto punya kualitas untuk bersaing di kejuaraan ini. Dia berharap Susanto menjaga cara bermainnya dan jangan lengah. Tibor memberi masukan kepada para atlet setiap pagi selama kurang lebih satu jam, yakni dari pukul 09.00-10.00. Materi utamanya yakni analisis sejumlah langkah pembukaan agar semakin kuat.
Dengan kemenangan atas Lu, peringkat Susanto naik ke urutan kesembilan dengan 4,5 poin. Ia masih tertinggal 1 poin dari peringkat satu dan kedua, serta 0,5 poin dari peringkat ketiga hingga kedelapan. Bila bisa minimal menang sekali dan remis sekali di dua laga tersisa, dirinya berpeluang besar masuk lima besar dan lolos ke Piala Dunia Catur tahun depan.
Pada babak kedelapan, Susanto akan bertemu pecatur China GM Super Hua Ni (2.683). Laga itu tidak akan mudah, tetapi Susanto tetap memiliki harapan. Walau menjadi unggulan ketujuh, Ni justru terlempar di urutan ke-18 dengan poin 4,0, hasil dari dua kali menang, empat remis, dan sekali kalah.
Mengejar norma gelar
Karena peluang untuk lolos ke Piala Dunia Catur 2019 sudah tertutup, para atlet Indonesia lain yang berpartisipasi di kejuaraan tersebut berkat dukungan Japfa mengubah fokus untuk mengejar norma gelar. Saat ini, pecatur putra Indonesia FM (Master Fide) Mohammad Ervan berpeluang untuk mendapatkan norma IM (Master Internasional).
Ervan yang berada di peringkat ke-30 telah mengumpulkan poin 3,5. Dengan rating rata-rata lawannya sampai babak ketujuh adalah 2.489, artinya pecatur berusia 26 tahun itu hanya perlu tambahan satu poin dari dua babak yang tersisa untuk mendapatkan norma IM yang minimal berating 2.400.
”Dia sudah dua kali dapat norma IM. Jadi, kalau dapat di sini, dia sudah langsung berhak menjadi IM,” ujar Kristianus. Adapun pada babak kedelapan, Ervan akan berhadapan dengan pecatur asal China GM Zhongyi Tan (2.508).