Pertemuan Jokowi-Prabowo Beri Optimisme, Persatuan Bangsa Terjalin Kembali
Pertemuan presiden terpilih Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang juga rivalnya dalam Pemilu Presiden 2014, melahirkan optimisme baru. Pertemuan itu menunjukkan, ketegangan politik telah mencair dan persatuan bangsa terjalin kembali.
Catatan Redaksi: Berita ini terbit di halaman 1 harian Kompas edisi 18 Oktober 2014 dengan judul "Jokowi-Prabowo Beri Optimisme".
JAKARTA, KOMPAS — Pertemuan presiden terpilih Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang juga rivalnya dalam Pemilu Presiden 2014, melahirkan optimisme baru. Pertemuan itu menunjukkan, ketegangan politik telah mencair dan persatuan bangsa terjalin kembali.
Pertemuan Prabowo dan Joko Widodo, Jumat (17/10/2014), berlangsung penuh keakraban di kediaman keluarga Prabowo di Jalan Kertanegara Nomor 4, Jakarta. Ini merupakan pertemuan pertama kedua orang itu seusai bertarung di kancah Pemilu Presiden 2014.
Dalam pertemuan itu, Prabowo mengucapkan selamat kepada Joko Widodo dan menyampaikan akan berusaha keras untuk datang ke acara pelantikan Joko Widodo-Jusuf Kalla, 20 Oktober mendatang.
Prabowo menyatakan memiliki tujuan yang sama dengan Jokowi, yaitu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Menurut Prabowo, pertarungan politik adalah hal lumrah dalam kehidupan demokrasi. ”Jangan sampai proses pertarungan politik itu memecah belah kita,” kata Prabowo didampingi Jokowi yang sama-sama mengenakan baju putih.
Dia juga meminta pendukungnya untuk bersatu. ”Saya mohon semua pendukung saya tidak menganggap perbedaan politik, perbedaan pandangan, dan persaingan politik harus menjadi sumber perpecahan. Satu nusa, satu bangsa, kita harus bersatu,” kata Prabowo.
Jokowi menyampaikan terima kasih atas penerimaan Prabowo. Ia menyebutkan akan siap dengan kritik yang akan disampaikan pihak Prabowo dan Koalisi Merah Putih nanti.
”Keseimbangan dalam manajemen negara itu baik sekali. Ada yang mengontrol, mengawasi, dan mengkritisi, saya berterima kasih,” katanya.
Keduanya sempat bercanda, terutama saat Jokowi menyampaikan selamat ulang tahun serta menanggapi undangan Prabowo untuk datang ke Hambalang dan menyanyi.
”Untuk menyanyi, saya tidak bisa memenuhi karena saya tidak bisa nyanyi,” kata Jokowi yang disambut tawa Prabowo.
Dalam akun Facebook-nya, Jokowi menuliskan status bernada simpatik, ”Pak Prabowo Subianto adalah bagian dari hidup saya, bagian dari perjalanan saya. Saya akan selalu mengenangnya sebagai orang yang baik dan bersama-sama menjadikan bangsa dan negara ini lebih baik. Selamat ulang tahun Pak Prabowo”.
Ketua MPR Zulkifli Hasan, kemarin sore, menyampaikan undangan kepada Prabowo untuk datang ke pelantikan presiden dan wakil presiden.
”Ini agenda kebangsaan kita. Semua mengharapkan Bapak untuk hadir. Kalau tidak ada Pak Prabowo, rasanya tawar. Tidak lengkap dan tidak bulat. Saya juga menyampaikan salam dari Ibu Megawati (presiden ke-5 RI) dan Pak Habibie (presiden ke-3 RI),” kata Zulkifli.
Lahirkan optimisme
Banyak pihak mengapresiasi positif langkah politik yang dilakukan Jokowi dan Prabowo ini.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin salah satunya. Menurut dia, rekonsiliasi politik yang dilakukan Jokowi dengan Prabowo, serta sejumlah pimpinan partai politik, merupakan manifestasi kenegarawanan elite politik yang sangat diperlukan bangsa saat ini.
Sikap elite tersebut, kata Din, akan diikuti mereka yang berada di akar rumput karena pada dasarnya rakyat lebih siap berekonsiliasi. ”Yang sering menimbulkan ketegangan, persengketaan, permusuhan itu justru para elite,” kata Din setelah acara dialog para tokoh bangsa dengan tema ”Meretas Jalan Demokrasi Indonesia, Semangat Merah Putih untuk Kehebatan Bangsa”, kemarin.
Hadir dalam kegiatan tersebut, mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Wakil Ketua MPR Oesman Sapta dan EE Mangindaan, Ketua Badan Pengawas Pemilu Muhammad, serta Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) AA Yewangoe.
Dalam kesempatan itu, Zulkifli menepis kecurigaan dari berbagai pihak tentang tidak akan mulusnya pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih Jokowi-Jusuf Kalla pada 20 Oktober.
Dosen Jurusan Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Mada Sukmajati, menilai pertemuan Jokowi dengan Prabowo melahirkan optimisme baru terkait dengan situasi politik di Indonesia. Pertemuan itu menunjukkan, ketegangan politik seusai pemilihan presiden mulai mencair sehingga pemerintahan mendatang diharapkan bisa bekerja lebih baik.
”Bagi banyak pihak, pertemuan itu melahirkan optimisme dalam menyambut pemerintahan baru nanti,” ujarnya.
Menurut Mada, seusai pilpres, sejumlah pihak sempat khawatir pemerintahan Jokowi-JK tidak bisa bekerja secara efektif karena akan dihambat partai politik-partai politik pendukung Prabowo-Hatta Rajasa dalam pilpres lalu. Kekhawatiran itu makin menguat setelah parpol-parpol pendukung Prabowo-Hatta yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih menguasai posisi pimpinan DPR dan MPR.
Namun, kekhawatiran itu mulai berkurang setelah Jokowi menggelar safari politik ke ketua umum parpol Koalisi Merah Putih dan sejumlah pimpinan lembaga negara.
Sebelumnya, Jokowi menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, serta Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPR Setya Novanto, dan Ketua DPD Irman Gusman.
Safari politik yang dilakukan Jokowi ini menjadi solusi setelah lobi politik yang dilakukan partai-partai anggota Koalisi Indonesia Hebat yang mendukungnya mengalami kebuntuan.
”Ternyata gaya blusukan Jokowi tidak hanya efektif untuk berkomunikasi dengan rakyat. Jokowi pun bisa melakukan blusukan menemui elite politik dan berkomunikasi secara informal dengan mereka,” ujar Mada.
Pengajar Fisipol UGM, AAGN Ari Dwipayana, meyakini hal ini juga akan menjadi sinyal positif bagi banyak pihak, termasuk para pelaku ekonomi dan dunia internasional.
”Komunikasi politik tidak berarti menghilangkan perbedaan pandangan dan hak politik. Namun, setidaknya hal itu menunjukkan bahwa kedua pihak bisa membahas satu persoalan bersama-sama,” ujar Ari.
Rohaniwan Romo Benny Susetyo Pr menilai kegaduhan politik setelah pertarungan di pilpres dapat diakhiri Jokowi dengan gaya politiknya yang cair. Menurut dia, rakyat sudah jenuh dengan para elite yang hanya disibukkan mencari kekuasaan dan ego politik semata.
Sukardi Rinakit, peneliti di Soegeng Sarjadi Syndicate, berpandangan, pertemuan para tokoh tersebut bisa dimaknai sebagai contoh kedewasaan politik. ”Mereka mengutamakan kepentingan rakyat daripada ego masing-masing,” katanya.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Tjahjo Kumolo bersyukur pertemuan Jokowi dan Prabowo mendapat apresiasi publik, baik di kalangan politik, usaha, maupun masyarakat luas. ”Saya optimistis. Pertemuan tersebut setidaknya akan membangun sinergi positif untuk pembangunan bangsa ke depan yang lebih baik,” ujarnya.
Menurut Wakil Ketua Umum Partai Golkar Fadel Muhammad, pertemuan itu juga menunjukkan kepada publik, tidak ada dendam di antara tokoh-tokoh parpol. Ia juga memastikan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie bakal menghadiri pelantikan Jokowi-JK.