Mimpi petenis Indonesia, Christopher Rungkat (29), sejak kecil untuk dapat bermain di babak utama Grand Slam Perancis Terbuka dan Wimbledon telah terwujud. Kini, ia memiliki keinginan bermain di Olimpiade dan membangun regenerasi tenis di Indonesia.
Ia harus jatuh bangun selama 11 tahun untuk meraih impiannya tersebut. Tantangan terberatnya adalah ia pernah mengalami cedera dalam waktu 10 tahun terakhir. ”Pada 2009, saya mulai terjun ke profesional di nomor tunggal. Pada 2013, bisa masuk di kualifikasi Australia Terbuka dan setelah itu cedera cukup panjang, hampir 8 bulan,” tutur Christo saat berkunjung ke kantor Redaksi Kompas di Jakarta, Jumat (12/7/2019).
Pria kelahiran Jakarta tersebut juga mengalami hambatan ketika kesulitan mendapat sponsor. Peruntungannya membaik ketika beralih ke sektor ganda pada 2016. Hingga saat ini, ia memperoleh peringkat ke-68 dunia dan bermain di Grand Slam.
Meskipun telah berlaga di turnamen tertinggi tenis tersebut, Christo masih berharap dapat bermain di Olimpiade pada tahun depan. ”Memang kesempatan untuk meraih itu cukup berat. Dalam satu tahun ini, saya harus mengejar ranking lebih tinggi lagi supaya kesempatan itu lebih besar lagi dan mudah-mudahan ini dapat tercapai di akhir karier tenis saya,” ujarnya.
Selain sukses untuk dirinya sendiri, Christo memiliki keinginan mengembangkan tenis Indonesia. Ia sedang membangun regenerasi petenis muda sejak tiga tahun lalu dengan mendirikan sebuah yayasan bernama Christopher Benjamin Rungkat (CBR) Foundation.
Yayasan tersebut dibangun Christo karena dirinya melihat kondisi tenis di Indonesia sedang lesu, yang ditandai dengan kurang ada kompetisi yang konsisten. Kondisi tersebut berbeda dengan ketika ia masih kecil. Saat itu, ia banyak ikut kompetisi sehingga terdapat persaingan yang positif.
Dari keprihatinan tersebut, Christo membangun sebuah wadah melalui kompetisi yang konsisten di setiap tahun. ”Saya ingin pemain muda Indonesia selalu berlatih dan bertanding agar bisa ada regenerasi,” ucap juara ganda putra di kelas yunior pada turnamen Grand Slam Perancis Terbuka 2008 tersebut.
Ia berharap, wadah tersebut dapat menjadi acuan petenis muda untuk dapat terjun ke tingkat profesional. Christo mengingatkan, untuk dapat menjadi petenis profesional, dibutuhkan proses panjang yang harus dilalui dengan semangat juang tinggi dan tidak ada jalan instan.
Christo menyayangkan petenis muda Indonesia yang mudah menyerah ketika mengalami kegagalan. Ia juga prihatin dengan atlet yang cepat puas diri ketika memperoleh keberhasilan di SEA Games. Baginya, setiap petenis harus memiliki impian tinggi, yakni dapat bermain di Grand Slam.
Christo juga berharap pemerintah memberikan perhatian pada olahraga tenis yang telah memberikan medali emas di Asian Games dan SEA Games, terutama masa depan atlet. ”Mudah-mudahan pemerintah dapat fokus memberikan perhatian pada tenis dan semoga dapat memperoleh emas di SEA Games dan Asian Games ke depannya,” ujarnya.