Grab Uji Coba Angkutan Berbasis Kendaraan Listrik pada Januari 2020
Grab bersiap menguji coba kendaran listrik di DKI Jakarta mulai Januari 2020. Proyek ini dijalankan Grab bersama produsen mobil Hyundai, produsen motor listrik Gesits, dan Astra Honda Motor.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyedia aplikasi super, Grab, siap menguji coba kendaraan listrik di DKI Jakarta mulai Januari 2020. Proyek ini dijalankan Grab bersama produsen mobil Hyundai, produsen motor listrik Gesits, dan Astra Honda Motor.
Menurut President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, proyek uji coba tersebut merupakan wujud komitmen mendukung ekosistem kendaraan listrik yang dibuat Grab bersama salah satu investornya, yaitu SoftBank, kepada Pemerintah Indonesia pada Juli 2019.
Pada saat itu, SoftBank menyuntikkan investasi 2 miliar dollar AS ke Grab. CEO SoftBank Masayoshi Son, dalam pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo, mengatakan, dana tersebut digunakan mendukung tujuan pemerintah menciptakan ekosistem kendaraan listrik.
Kerja sama Grab dengan Hyundai sejalan dengan komitmen investasi Hyundai membangun pabrik manufaktur mobil listrik di Indonesia. Mobil yang akan dipakai uji coba adalah Ioniq, seri khusus untuk pasar Indonesia, dan berkapasitas energi listrik 38 kWh. Kapasitas sebesar ini mampu menempuh jarak 380 kilometer. Total mobil Ioniq yang akan dipakai uji coba sebanyak 20 unit.
Dia mengatakan, mobil listrik Ioniq cocok dengan kebutuhan konsumen Indonesia karena didesain punya bagasi luas sehingga bisa dipakai jarak jauh dan antar-jemput ke bandara. Grab akan menambahkan fitur GrabCar Electric di aplikasi Grab pada saat uji coba nanti. Konsumen yang ingin memanfaatkannya harus mengunjungi lokasi khusus.
Tarif jasa disamakan dengan fitur GrabCar Plus, layanan angkutan mobil dengan pengemudi berbintang lima dan menawarkan jaminan asuransi.
Terkait kendaraan listrik roda dua, Grab akan menggunakan motor produksi Gesits dan Astra Honda Motor. Uji coba memakai 20 unit. Grab tidak menyediakan fitur khusus untuk pemesanan motor listrik sehingga konsumen cukup membuka fitur GrabBike.
Isi ulang daya listrik disediakan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN), Hyundai Motor Manufacturing Indonesia, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
”Pengadaan semua kendaraan tersebut dilakukan oleh Grab bersama dengan Hyundai, Gesits, dan Astra Honda Motor. Kami berharap uji coba bisa menghasilkan data seperti apa mekanisme pengadaan, skala ekonomi, model bisnis, perawatan, dan skema isi ulang energi listrik yang tepat. Setelah hasilnya keluar, kami baru terapkan ke mitra pengemudi,” ujar Ridzki di Jakarta, Jumat (13/12/2019).
Dia menambahkan, proyek uji coba kendaraan listrik Grab telah memperoleh dukungan pemerintah. Misalnya, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Kementerian Perindustrian, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi, serta Kementerian Perhubungan. Hasil uji coba juga akan dikoordinasikan dengan kementerian-kementerian tersebut.
Dalam peta jalan ekosistem kendaraan listrik Grab, lanjut Ridzki, pengadaan mobil listrik ditargetkan mencapai 500 unit sampai akhir tahun 2020. Mobil kemungkinan bukan hanya berasal dari pabrikan Hyundai.
Chief Operational Officer PT Gesits Technologies Indo, Ade Sulistioputra, mengemukakan, belum ada pembicaraan final terkait pengadaan motor secara komersial dengan Grab.
Dia menjelaskan, sebanyak 10 unit motor listrik produksi Gesits memakai baterai bersistem swap. Artinya, setiap motor dibekali dua baterai. Apabila salah satu habis daya, pengemudi bisa memasang satu baterai lainnya. Satu baterai bisa menempuh jarak 50 kilometer. Isi ulang daya memakan waktu 3 jam.
Sejauh ini, pabrik Gesits di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, telah terpasang kapasitas produksi sampai 6.000 unit per tahun. Volume produksi sementara 1.000 unit. Satu unit motor dipatok harga jual senilai Rp 24,9 juta.
Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Bambang S Brodjonegoro mengatakan, ekosistem kendaraan listrik di Indonesia mulai terbentuk. Produsen kendaraan listrik lokal, seperti Gesits, bisa menjadi salah satu bukti. BPPT telah mengembangkan infrastruktur isi ulang daya secara cepat (fast charging). Kemudian, Institut Teknologi Surabaya membangun teknologi baterai bersistem swap.
”Intinya, secara kemampuan teknologi, Indonesia sudah memiliki kemampuan. Kami berharap semakin banyak riset dan pengembangan kendaraan listrik terbangun di dalam negeri,” katanya.
Bambang menyorot soal ketersediaan listrik yang juga menjadi perhatian pemerintah serta industri. Penekanan ramah lingkungan semestinya tidak hanya pada wujud kendaraan, melainkan juga sampai suplai listrik. Dia berharap, produksi listrik berbasis energi terbarukan dapat lebih aktif diterapkan.