Dua Eksoplanet Ada di Bintang Tetangga Terdekat Matahari
Proxima Centauri merupakan bintang terdekat dari Matahari. Jaraknya hanya sekitar 4,2 tahun cahaya. Kini, bintang ini terbukti memiliki 2 eksoplanet.
Proxima Centauri merupakan bintang terdekat dari Matahari. Jaraknya hanya sekitar 4,2 tahun cahaya. Kini, bintang ini terbukti memiliki 2 eksoplanet, yaitu Proxima b yang ditemukan pada 2016 dan Proxima c yang keberadaannya diumumkan pada 15 Januari lalu.
Meski paling dekat dengan Matahari, masyarakat tidak bisa menyaksikan bintang ini dengan mata telanjang karena Proxima Centauri adalah bintang katai merah yang redup. Katai merah adalah kelas bintang terendah, namun paling banyak jumlahnya yaitu 20-30 persen dari seluruh bintang di semesta.
Meski tak terlihat, masyarakat dapat dengan mudah mencari perkiraan posisinya. Cukup perhatikan dua bintang paling terang di rasi Centaurus atau di sebelah kiri rasi Layang-layang, Ikan Pari, Crux, Salib Selatan, atau Gubug Penceng. Masyarakat Jawa menyebut dua bintang terang itu sebagai Wulanjar Ngirim.
Bintang paling kiri dari dua bintang di samping kiri rasi Layang-layang itu adalah Bintang Alfa Centauri. Ini adalah bintang terterang ketiga di langit malam, setelah Sirius dan Canopus. Sebelum Proxima Centauri ditemukan, Alfa Centauri selalu disebut sebagai bintang terdekat Matahari.
Baca juga Berharap Eksoplanet TOI 700 d Seperti Bumi
Meski secara kasat mata Alfa Centauri terlihat sebagai sebuah bintang, namun pengamatan dengan teleskop yang memiliki sensitivitas tinggi menunjukkan Alfa Centauri adalah sistem tiga bintang, yaitu Alfa Centauri A, Alfa Centauri B dan Proxima Centauri, dengan Proxima Centauri sebagai yang terdekat dengan Matahari.
Pada 2016, astronom menemukan eksoplanet layak huni pertama di Proxima Centauri yang dinamai Proxima b. Keberadaan eksoplanet itu sudah diketahui astronom yang bekerja di Observatorium Selatan Eropa (ESO) di Gurun Atacama, Cile sejak tahun 2000. Proses verifikasi yang memakan waktu 15 tahun membuat kepastian eksoplanet Proxima b itu baru diumumkan pada 24 Agustus 2016.
Temuan itu menjadikan Proxima b sebagai eksoplanet terdekat dari Bumi karena berada di bintang yang paling dekat dengan Matahari. Sejak ditemukan pertama kali tahun 1992, hingga kini sudah ada 4.168 eksoplanet yang berasal dari 3.093 sistem keplanetan.
Jarak dekat
Proxima b hanya berjarak 7,5 juta kilometer dari bintang induknya hingga hanya perlu 11,2 hari untuk sekali mengitari sang bintang. Sebagai perbandingan, Merkurius sebagai planet yang paling dekat Matahari memiliki jarak 58 juta kilometer ke Matahari.
Proxima b hanya berjarak 7,5 juta kilometer dari bintang induknya hingga hanya perlu 11,2 hari untuk sekali mengitari sang bintang.
Jarak yang dekat justru menguntungkan karena Proxima Centauri adalah bintang yang redup. Suhu permukaan Proxima Centauri hanya 2.700 derajat celsius, bandingkan dengan suhu permukaan Matahari yang mencapai 5.500 derajat celsius.
Selain itu, Proxima b memiliki massa 1,3 kali massa Bumi. Massa yang mirip Bumi itu membuat eksoplanet ini diduga berbentuk mirip Bumi, yaitu planet batuan, bukan planet raksasa yang biasanya berupa planet gas.
Meski demikian, keberadaan air yang bisa menopang kehidupan di Proxima b, minimal kehidupan yang paling primitif, masih menjadi perdebatan para ahli. Jarak yang dekat membuat radiasi sinar X di planet menjadi sangat besar hingga bisa mengikis atmosfernya.
Namun, peluangnya adanya atmosfer dan air sebagai penopang kehidupan di Proxima b tetap ada. Peluang itu sangat ditentukan oleh evolusi bintang induk dan planetnya.
Jika di awal pembentukan sistem keplanetan itu, sang bintang Proxima Centauri amat aktif, paparan radiasi energi tinggi bintang akan menendang atmosfer dan menguapkan air di planetnya. Selain itu, jika Proxima b di masa lalu terbentuk lebih dekat ke bintang induknya dibandingkan posisi sekarang, maka air juga tidak akan terbentuk.
Selain itu, Proxima b terikat oleh gaya pasang surut oleh bintang induknya sehingga bagian yang menghadap bintang akan senatiasa sama, sama seperti Bulan yang terikat gaya pasang surut Bumi. Kondisi ini memang tak mendukung kehidupan, namun studi menunjukkan angin di atmosfernya bisa mendistribusikan panas hingga mengurangi suhu ekstrem di eksoplanet tersebut.
Belum terbukti adanya kehidupan di Proxima b, para astronom pada Rabu (15/1/2020) mengumumkan adanya eksoplanet lain di Proxima Centauri yang dinamai Proxima c. Eksoplanet Proxima c yang sudah diketahui keberadaanya sejak April 2019 ini ditemukan dengan metode yang sama dengan Proxima b, yaitu dengan metode kecepatan radial.
Tim peneliti yang dipimpian Mario Damasso dan Fabio Del Sordo menemukan bukti sang bintang induk, Proxima Centauri sedikit ditarik oleh planet-planetnya. Dari analisis data yang ada, peneliti menduga selain Proxima b, masih ada eksoplanet lain yang menarik bintang induk tersebut.
Namun, berbeda dengan Proxima b yang berukuran mirip Bumi dan berada di zona layak huni, Proxima c justru memiliki kerapatan enam kali lebih masif dari Bumi hingga dia dikelompokkan sebagai Bumi super. Selain itu, Proxima c juga butuh 5,2 tahun untuk satu kali mengitari bintang induk.
Dengan jarak sangat jauh dari bintang induk dan bintang induknya yang berupa katai merah, maka bisa dipastikan suhu di Proxima c sangat rendah. Suhu di permukaan Proxima c diperkirakan hanya sekitar 40 derajat kelvin alias minus 233 derajat celsius.
“Kecerlangan bintang induk yang rendah dan jari-jari orbit planet yang besar, maka Proxima c akan menerima paparan panas yang sangat rendah,” kata Damasso yang berasal dari Observatorium Astrofisika Turin, Italia, seperti dikutip space.com, Rabu (15/1/2020).
Meski Proxima c tidak berada di zona layak huni, peluang adanya kehidupan meski tidak seperti kehidupan yang dikenal manusia di Bumi, tetap ada. Hal sama berlaku di Tata Surya. Satelit Jupiter Europa dan satelit Saturnus Enceladus yang ditutupi selubung es memiliki lautan air berbentuk cair di bawah permukaannya hingga peluang adanya kehidupan tetap ada.
Walau temuan tentang Proxima c itu sudah dipublikasikan di jurnal Science Advances, 15 Januari lalu, masih butuh konfirmasi oleh astronom lain untuk memastikan eksoplanet itu benar-benar ada, baik dengan metode yang sama atau metode pencarian eksoplanet yang lain.
“Dari perhitungan, sistem keplanetan dengan dua planet lebih mungkin lima kali lipat dibanding sistem keplanetan dengan satu planet,” tambah Del Sordo yang berasal dari Universitas Crete, Yunani.
Karena itu, data dari berbagai teleskop lain, baik teleskop landas Bumi maupun teleskop luar angkasa akan sangat membantu membuktikan keberadaan Proxima c.
Makin banyak eksoplanet di dekat Bumi membuat harapan adanya tambahan pengetahuan untuk mencari planet lain yang bisa menopang kehidupan seperti di Bumi makin besar. Jika kehidupan di luar Bumi itu nyata adanya, artinya manusia memiliki kawan di semesta yang maha luas.