Indonesia Tingkatkan Kesiagaan, WHO Tetapkan Virus Korona Darurat Kesehatan Global
Pengawasan ini mulai dari pemindaian suhu tubuh bagi pengunjung yang datang serta pemberian kartu kewaspadaan kesehatan (HAC).
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah menyatakan siap siaga menghadapi berbagai ancaman virus korona jenis baru menyusul keputusan Organisasi Kesehatan Global atau WHO mengenai status darurat kesehatan global terkait virus tersebut. Setidaknya dalam satu bulan terakhir tercatat 9.700 kasus telah terkonfirmasi.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Widyawati di Jakarta, Jumat (31/1/2020), menyatakan, status darurat kesehatan publik yang ditetapkan WHO menandakan penyebaran virus korona jenis baru (novel coronavirus/2019-nCoV) perlu lebih diwaspadai oleh seluruh dunia, tidak sekadar negara terjangkit. Kasus yang dilaporkan kian meningkat dengan perluasan wilayah yang semakin tersebar.
“Keputusan WHO semakin memperkuat kewaspadaan negara kita untuk mencegah penularan novel coronavirus. Untuk itu, kolaborasi dan koordinasi lintas kementerian dan lembaga semakin diperkuat, Begitu pula komunikasi antar negara, terumata terkait pendataan dan penanganan kasus yang ada,” ujarnya.
Laporan terkini dari Johns Hopkins University, Maryland seperti yang diakses dalam gisanddata.maps.arcgis.com mencatat, per 31 Januari 2020 pukul 20.50 WIB terdapat 9.776 kasus infeksi virus korona jenis baru yang terkonfirmasi di seluruh dunia. Dari jumlah itu, 9.658 kasus berada di daratan China. Sementara sisanya tersebar di 22 negara lainnya, antara lain, Thailand, Hong Kong, Jepang, Singapura, Australia, Taiwan, Malaysia, Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Sri Lanka.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Wiendra Waworuntu menambahkan, upaya pencegahan masuknya virus korona jenis baru yang ditemukan pertama kali di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China terus diperkuat. Pengawasan di pintu masuk negara, baik melaui jalur udara, laut, dan lintas darat tidak dikendurkan.
Pengawasan ini mulai dari pemindaian suhu tubuh bagi pengunjung yang datang serta pemberian kartu kewaspadaan kesehatan (HAC). Di sejumlah penerbangan, HAC sudah mulai diberikan sejak dalam penerbangan untuk memastikan pengisian data diri dan status kesehatan penumpang diisi dengan benar.
Hal lain yang tidak kalah penting, tambah Wiendra, adalah deteksi dini pada orang yang diketahui mengalami gejala dari infeksi virus korona ini. Gejala itu seperti demam, pilek, batuk, dan sesak napas. Apabila gejala tersebut muncul, orang tersebut diharapkan segera melaporkan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk bisa dirujuk di rumah sakit yang mumpuni.
“Pemerintah telah menyiapkan 100 rumah sakit rujukan untuk menangani novel coronavirus. Ada tiga rumah sakit rujukan nasional yang ditunjuk yakni Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Suroso, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, dan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Semua rumah sakit ini sudah siap apabila ada pasien terinfeksi,” tuturnya.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Vivi Setiawaty mengatakan, laboratorium untuk mendeteksi virus korona jenis baru juga telah disiapkan. Alat yang dibutuhkan untuk memeriksa kepastian virus sudah dimiliki oleh laboratorium di Balitbangkes. Begitu pula dengan tenaga ahli yang diperlukan.
“Sampai saat ini sudah ada 30 sampel yang dicek di laboratorium. Pengecekan dilakukan dengan pemeriksaan sputum (kultur dahak) dan swab teenggorokan. Dari seluruh sampel yang dicek tersebut semua hasilnya negatif,” ucapnya.
Pemulangan WNI
Wiendra menuturkan, terkait rencana pemulangan 249 WNI yang berada di Provinsi Hubei, China menuju Tanah Air telah disiapkan secara maksimal. WNI yang nantinya tiba di Indonesia akan terlebih dahulu dilakukan karantina sampai 14 hari.
Dalam penjemputan WNI, sejumlah petugas kesehatan juga akan dilibatkan untuk memastikan kondisi mereka. Setidaknya, ada 8 petugas keamanan yang turut ikut. Selain itu, ada 5 petugas kesehatan yang turut, yakni dokter umum, dokter spesialis paru, dokter kebidanan, perawat, serta dokter kejiwaan.
“Seluruh prosedur telah disiapkan. Sejak keberangkatan dari China sampai tiba ke Indonesia. Hal ini penting untuk memastikan keamanan dan kesehatan mereka juga seluruh rakyat yang ada di Tanah Air. Ini juga terkait lokasi karantina yang aman,” ujar Wiendra.