Pengawasan Pengunjung dari Negara Terinfeksi Virus Korona Diperketat
Pengawasan terhadap warga negara yang datang dari negara-negara yang terinfeksi virus korona semakin ketat. Ini dilakukan setelah dikonfirmasi ada satu WNI di Singapura yang positif terinfeksi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah semakin memperketat pengawasan di pintu masuk negara, terutama pada seluruh pengunjung yang datang dari negara-negara yang terkonfirmasi ditemukan infeksi virus korona tipe baru. Selain pemeriksaan suhu tubuh dan pemberian kartu kewaspadaan kesehatan, upaya surveilans juga kian masif dijalankan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, per 4 Februari 2020 terdapat 20.630 kasus yang terkonfirmasi positif terinfeksi virus korona tipe baru. Tercatat ada peningkatan 3.241 kasus dari hari sebelumnya. Sebanyak 159 kasus di antaranya ditemukan di 23 negara lain di luar daratan China, seperti Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Singapura, Australia, Malaysia, Thailand, Amerika, Jerman, dan Perancis.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono, saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (5/2/2020), menyampaikan, kasus penularan virus korona jenis baru yang terus bertambah membuat pemerintah semakin memperketat kewaspadaan terhadap penyebaran virus ini. Pengawasan terus diperkuat, terutama di pintu masuk negara, baik dari jalur udara, laut, maupun lintas daratan.
”Tidak perlu panik dan jangan takut, tetapi harus tetap waspada untuk melakukan berbagai upaya terukur. Semua prosedur yang dilakukan untuk menghadapi novel coronavirus (virus korona tipe baru) mengikuti protokol kesehatan dari WHO yang harus dilakukan secara disiplin,” ujarnya.
Pengawasan yang semakin ketat ini terutama dilakukan setelah dikonfirmasi ada satu WNI di Singapura yang positif terinfeksi virus korona tipe baru. WNI yang merupakan pekerja migran ini berjenis kelamin perempuan dan berusia 44 tahun. Ia diketahui tidak memiliki riwayat bepergian ke China.
Namun, WNI ini merupakan pekerja rumah tangga dari warga negara Singapura yang sebelumnya telah dikonfirmasi positif terinfeksi virus korona tipe baru. Saat ini, ia telah dirawat secara intensif di Rumah Sakit Umum Singapura dan dipantau secara ketat oleh otoritas Pemerintah Singapura.
Anung mengatakan, semua penerbangan dan kedatangan dari Singapura akan diperketat melalui pintu masuk negara. Penularan di Singapura merupakan kasus yang ditularkan dari manusia ke manusia sehingga pengawasan akan semakin diperkuat.
”Prosedur tetap untuk kekarantinaan menjadi satu hal yang sangat penting, termasuk pemberian HAC (kartu kewaspadaan kesehatan) bagi pengunjung yang sering bepergian. Ini juga berlaku bagi semua pengunjung dari negara lain yang dilaporkan ada kasus infeksi. Di samping itu, surveilans secara aktif dilakukan masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan kita,” katanya.
Ia menambahkan, sampai saat ini belum diberlakukan skenario karantina mandiri bagi pengunjung yang datang dari negara dengan kasus positif virus korona tipe baru. Menurut dia, pemerintah tidak membatasi kunjungan, tetapi secara ketat mengikuti pergerakan dari pengunjung dan memastikan mereka dalam kondisi sehat.
Pemerintah akan menginventarisasi sekaligus melakukan pengetatan dalam pemeriksaan kesehatan di pintu masuk negara dari Singapura. ”Per hari ini diperkirakan ada 17.000 orang yang lalu lalang dari Singapura ke Indonesia dan sebaliknya,” ucap Anung.
Observasi WNI
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Widyawati mengatakan, laporan terakhir terkait para WNI yang diobservasi di Natuna semua dalam kondisi sehat. Semua WNI tersebut tidak ada yang menunjukkan gejala infeksi virus korona tipe baru, seperti demam lebih dari 38 derajat celsius, batuk, pilek, dan sesak napas.
”Pengawasan rutin terus dilakukan kepada WNI yang diobservasi. Ini dilakukan secara menyeluruh, mulai dari pengawasan kebersihan lingkungan, kualitas air, hingga makanan yang dikonsumsi. Disinfeksi tempat tinggal mereka juga dilakukan dua kali sehari, begitu pula dengan meja dan alat makan mereka setiap tiga kali sehari,” katanya.
Tim kesehatan yang disiagakan di lokasi observasi berjumlah 11 orang yang juga turut dalam penjemputan di Wuhan. Tim tersebut terdiri dari 8 orang anggota TNI dan 3 orang dari Kementerian Kesehatan, yang merupakan dokter spesialis paru, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anastesi dan reanimasi, dokter spesialis kandungan, dokter umum, perawat, serta interpreter.
Widyawati menambahkan, selain itu, disiagakan pula 35 orang dari tim medis dari Rumah Sakit Lapangan Yonkes Marinir, 10 orang dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Pinang, 3 orang dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit Batam, 10 orang dari tim Nubika TNI, 6 psikolog dan 1 psikiater dari Kementerian Kesehatan, serta 4 orang dari tim pengendalian kesehatan lingkungan.
Kementerian Kesehatan mencatat, 283 orang menjalankan observasi di Natuna, Kepulauan Riau, setelah tiba dari Wuhan, China. Jumlah itu meliputi 237 warga negara Indonesia, 1 warga negara asing, 5 orang tim aju (advance), dan 42 tim penjemput. Jumlah itu berkurang tujuh orang dari yang sebelumnya direncanakan.
Tercatat empat orang mengundurkan diri dari penjemputan dan tiga orang dinyatakan tidak lolos penapisan kesehatan dari otoritas Pemerintah China.
Anung menyampaikan, berdasarkan laporan dari juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, tiga WNI yang tidak bisa dievakuasi ke Indonesia kini dalam keadaan sehat. Meski demikian, kondisi kesehatan mereka masih harus dipantau sesuai protokol kesehatan dari otoritas kesehatan China.
Sampai saat ini belum ada temuan kasus positif virus korona tipe baru yang dikonfirmasi di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada Rabu (5/1/2020) pukul 08.00 telah menerima 42 spesimen yang diduga terinfeksi virus tersebut.
Spesimen tersebut diterima dari 27 rumah sakit yang tersebar di 15 provinsi di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, 40 spesimen dinyatakan negatif terinfeksi virus korona tipe baru dan dua lainnya masih dalam proses pemeriksaan.