Warga Metropolitan Sudah Mencegah Virus Korona, tetapi Ada Juga yang Tetap Cuek
Di kalangan sebagian warga Jakarta, kebiasaan mencuci tangan dan memakai masker muncul bersamaan dengan merebaknya virus korona. Akan tetapi, banyak warga belum mengubah kebiasaannya sebagai langkah antisipasi.
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian warga Ibu Kota sudah melakukan upaya pencegahan terhadap penularan virus korona baru. Akan tetapi, ada pula warga Jakarta yang tidak ambil pusing atas merebaknya virus yang awalnya ditemukan di Wuhan, China, itu.
Rian Rahmawan, karyawan swasta di salah satu perusahaan di Jakarta Pusat, mengaku sempat panik melihat perkembangan sebaran virus korona tipe baru. Beberapa hari lalu ia berencana ingin menambah stok masker, tetapi masker-masker di apotek sekitar tempat tinggalnya, kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, ludes.
Pantauan Kompas, Kamis (13/2/2020), masker sudah habis sejak tiga hari lalu di salah satu apotek di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Padahal, pemilik apotek sudah membatasi pembelian masker sejak merebaknya informasi virus korona, yakni satu kotak masker per pembeli.
Baca juga: WHO Menamakan Virus Korona Baru sebagai COVID-19
Sebelum muncul pemberitaan tentang virus korona, Rian rajin memakai masker, ketika naik bus Transjakarta ataupun berbelanja di mal dan tempat umum lainnya. Semenjak muncul kasus virus korona, semakin banyak orang memakai masker di tempat publik, termasuk bus.
”Kalau dulu, yang pakai masker di Transjakarta atau mal gitu hanya beberapa orang. Semenjak ada korona, jumlahnya semakin banyak. Mereka kebanyakan orang-orang kantoran,” katanya.
Selain memakai masker, Rian juga sudah memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan baik dan benar sejak lama. ”Kalau setiap habis bepergian, pasti selalu cuci tangan pakai sabun. Begitu masuk mal juga pasti langsung cari wastafel,” ujarnya.
Baca juga: Wabah Virus Korona, Presiden Jokowi Tawarkan Bantuan ke China
Akhtian Ferdhani, karyawan swasta salah satu perusahaan di Jakarta Pusat, mengungkapkan, lift di kantornya saat ini telah dipasangi handsanitizer. ”Sambil menunggu lift terbuka, biasanya karyawan banyak yang memencet botol (handsanitizer),” katanya.
Selain itu, pimpinan di kantornya juga telah mengeluarkan kebijakan khusus bagi karyawan yang bepergian ke luar negeri. Mereka diberikan waktu selama 14 hari untuk beristirahat di rumah sepulang dari negara tujuan.
Leonnie Saraswati Y, karyawan swasta perusahaan di Jakarta Utara, mengaku terus mengonsumsi vitamin C saat mengetahui kondisi tubuhnya melemah. Hal itu ia lakukan agar menjaga daya tahan tubuhnya tetap optimal agar terhindar dari virus korona tipe baru.
”Kalau ada orang batuk-batuk juga segera menjauh. Teman-teman kantor juga banyak yang konsmsi vitamin C dan pakai difuser untuk mensterilkan udara di ruang kerja,” ujarnya.
Baca juga: Akibat Korona, Warga Amerika Berusia 60 Tahun Tewas di Wuhan
Budiyono (61), warga Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, juga terus memantau perkembangan terbaru virus korona melalui berita koran. Dari situ ia mendapat informasi bahwa belum ada warga Indonesia yang terinfeksi. Ia juga mendapat informasi bahwa Kementerian Kesehatan menganjurkan agar warga beristirahat cukup dan rajin berolahraga. Selain itu, warga juga tidak dianjurkan memakan daging mentah. Budiyono juga berpesan kepada anak cucunya agar mencuci tangan pakai tabun seusai beraktivitas.
”Informasi terkait korona ini penting karena ini menyangkut kesehatan keluarga saya,” katanya.
Pimpinan di kantornya juga telah mengeluarkan kebijakan khusus bagi karyawan yang bepergian ke luar negeri. Mereka diberikan waktu selama 14 hari untuk beristirahat di rumah sepulang dari negara tujuan.
Tidak mengikuti
Sementara itu, Siti Listyawati (55), warga RT 004 RW 007 Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, jarang mengikuti perkembangan virus korona. Ia pun menanggapi wabah virus yang berasal dari Wuhan, China, itu biasa saja.
Baca juga : Antara Kebal atau Bebal Hadapi Korona
Saat ditanya tentang kemungkinan virus tersebut masuk ke Indonesia, ia menyatakan tidak ada persiapan khusus. Termasuk dalam hal menjaga kebersihan lingkungan di tempat tinggal dan warung makan yang ia miliki.
”Kami udah terbiasa hidup seperti ini. Tidur dengan tikus yang berkeliaran juga sering,” katanya.
Selama ini Siti tidak memedulikan ancaman penyakit yang ditimbulkan melalui kebersihan lingkungan. Namun, ia khawatir dengan ancaman penyakit yang berasal dari makanan. Padahal, keduanya saling berhubungan. Warung makan Siti berdiri di sekitar Pasar Kalimati, Karet Tengsin. Lokasinya berdekatan dengan Apartemen Karet Tengsin. Di dalam warung terdapat sebuah etalase yang biasa digunakan menaruh sayur-sayuran dan daging.
Tak jauh dari etalase tersebut terdapat tempat cuci piring yang dilengkapi dengan keran air. Menurut Siti, keran air tersebut selalu mengalirkan air secara normal. ”Di sini masih banyak orang yang mencuci piring pakai sabun mandi, kalau saya pasti pakai sabun cuci piring,” katanya.
Imah Hasanah, warga RT 004 RW 009 Kelurahan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, malah lebih parah. Ia sama sekali tidak mengetahui apa itu virus korona dan bagaimana cara penyebarannya. ”Pernah dengar, tetapi tidak tahu itu apa,” katanya.
Hal senada disampaikan pedagang minuman, Titik (48), di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Titik tidak sempat mencari informasi terkait dengan virus korona karena sibuk bekerja. Ia juga jarang menonton televisi.
Di sisi lain, dia juga belum dapat imbauan dari petugas medis setempat soal upaya pencegahan korona. Oleh sebab itu, ia jarang memakai masker. Sekali waktu, ia pernah mengenakan masker, kemudian dilepas lagi karena merasa pengap.
”Tetapi, kalau cuci tangan sering. Setiap selesai membuat jus, saya selalu cuci tangan, tapi enggak pakai sabun,” katanya.
Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PP PDPI) Agus Dwi Susanto, salah satu upaya pencegahan virus korona adalah menjaga kebersihan tangan. Itu karena tangan dianggap sebagai media yang paling sering menularkan infeksi.
”Jangan memegang mulut, hidung, dan mata terlalu sering jika tangan kita tidak bersih. Kita tahu tangan kita sering memegang benda di tempat umum atau bersentuhan dengan orang lain,” katanya.
Agus menambahkan, Pemerintah Singapura telah menganjurkan kepada masyarakatnya untuk mencegah risiko penularan virus korona baru dengan menjaga kebersihan tangan sesering mungkin. Cara tersebut lebih dianjurkan ketimbang menggunakan masker.
”Beberapa riset di negara yang telah terjangkit, virus-virus banyak ditemukan di gagang pintu atau benda lain yang sering dipegang secara bergantian oleh orang-orang,” ucapnya.
Oleh sebab itu, mencuci tangan sesering mungkin setelah beraktivitas menjadi langkah jitu untuk menjaga tangan agar tetap bersih. Agus mengimbau untuk melakukan cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun cair secara benar.
Jika tidak memungkinkan mencuci tangan dengan air dan sabun, masyarakat bisa mencuci tangan mereka menggunakan handsanitizer. Menurut Agus, setidaknya ada enam langkah cuci tangan baik dan benar yang bisa dilakukan selama waktu 20 detik.
Langkah pertama adalah menggosok kedua telapak tangan. Kedua, gosok punggung tangan secara bergantian. Ketiga, gosok kedua sela-sela jari tangan. Keempat, membersihkan jari-jari dengan cara sambil mengunci tangan. Kelima, gosok dan putar ibu jari secara bergantian. Terakhir, letakkan semua ujung jari di telapak tangan dan putar secara perlahan.
”Bila tidak ada air, juga bisa dicuci menggunakan alkohol 70 persen,” ujarnya.
Selain itu, jika hendak bersin dan batuk, Agus menyarankan untuk tidak menutupinya menggunakan telapak tangan. Masyarakat diminta untuk menutupinya menggunakan lengan bagian dalam. Hal ini untuk menghindari penularan kuman, bakteri, atau virus antarsesama manusia ketika melakukan kontak tangan.