Inkubator UMKM dan Sepenggal Bisnis Virtual Warung Rakyat
UMKM dan warung rakyat adalah tulang punggung ekonomi nasional dan keluarga. Inkubator sangat dibutuhkan bagi pengembangan bisnis UMKM, sedangkan warung rakyat bisa memiliki usaha baru, yaitu bisnis virtual.
Oleh
cyprianus anto saptowalyono/mediana
·4 menit baca
Ekonomi Indonesia tak hanya digerakkan perusahaan-perusahaan besar. Ekonomi Indonesia juga ditopang usaha mikro, kecil, dan menengah, serta warung-warung rakyat yang memberi kehidupan bagi ”wong cilik” di seantero penjuru Nusantara.
Untuk menggeliatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta warung-warung rakyat, pemerintah menggandeng berbagai pemangku kepentingan terkait. Salah satunya, para pelaku usaha rintisan (start up), yang didapuk menjadi inkubator UMKM dan membawa warung rakyat ke ranah digital.
Jumat pekan lalu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki menerima tamu dari Kaya.id yang berkolaborasi dengan Bahana Artha Ventura. ”Mereka adalah inkubator. Peran mereka penting dalam pengembangan produk-produk UMKM,” ujar Teten.
Menurut Teten, peran inkubator bukan saja mendampingi, melainkan juga membantu mengembangkan produk, pengemasan, dan pemasaran produk-produk UMKM. Pemerintah membutuhkan inkubator untuk membawa UMKM naik kelas, termasuk agar memiliki produk berkualitas, punya merek bagus, dan skala atau volume penjualannya meningkat.
”Ini inisiatif swasta yang bisa membantu banyak UMKM. Kami ingin melibatkan semua pemangku kepentingan karena jumlah UMKM di Indonesia besar,” katanya.
Peran inkubator bukan saja mendampingi, melainkan juga membantu mengembangkan produk, pengemasan, dan pemasaran produk-produk UMKM. Pemerintah membutuhkan inkubator untuk membawa UMKM naik kelas.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada 2018 tercatat ada 63.350.222 usaha mikro, 783.132 usaha kecil, dan 60.702 usaha menengah di Indonesia. UMKM merupakan elemen penting bagi ekonomi Indonesia karena mampu menyerap 96 persen tenaga kerja, serta berkontribusi sebesar 60 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Bagi Teten, pemerintah tidak mungkin bisa mengembangkan UMKM sendirian. Pemerintah juga membutuhkan bantuan swasta untuk membuat UMKM naik kelas. ”Saya berharap para inkubator ikut membantu pemerintah mendukung UMKM agar siap berkembang dan naik kelas,” ujarnya.
Commissioner PT Lumina Kaya Indonesia (Kaya.Id) Richard Sambera mengatakan, Kaya.id berkomitmen membantu UMKM mengembangkan produk. Kaya.id akan membantu di bidang pemasaran agar para UMKM bisa fokus di produksi, sedangan Bahana Artha Ventura membantu pembiayaan dan pendampingan.
”Dukungan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan beban UMKM. Kami lumayan terbuka, tergantung hasil kurasi UMKM yang berpotensi dan siap untuk naik kelas,” katanya.
CEO dan Founder Kaya.Id Nita Kartikasari menambahkan, Kaya.id menginginkan produk-produk UMKM dapat bersanding dengan produk usaha skala lebih besar di pertokoan atau pusat perbelanjaan. ”Jadi, produk UMKM itu akan ada di jajaran pajangan reguler. Bahkan, orang mungkin tidak akan tahu kalau itu adalah produk UMKM,” kata Nita.
Bisnis virtual warung
Selain UMKM, Kementerian Koperasi dan UKM juga berkomitmen mengembangkan warung-warung rakyat. Saat ini terdapat sekitar 3,5 juta warung rakyat yang mendesak diberdayakan agar mampu menjadi sumber penghidupan keluarga. Salah satunya melalui bisnis virtual.
Menurut Teten, beberapa tahun belakangan ini, warung rakyat terdesak ritel modern. ”Warung adalah kekuatan ekonomi rakyat yang paling nyata yang menghidupi keluarga sehingga perlu mendapatkan perhatian,” kata Teten dalam siaran pers peluncuran virtual produk terbaru Bukalapak di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Minggu lalu.
Warung adalah kekuatan ekonomi rakyat yang paling nyata yang menghidupi keluarga sehingga perlu mendapatkan perhatian.
Teten menambahkan, warung tradisional biasanya memiliki keterbatasan dagangan dan jangkauan pasar. Digitalisasi memungkinkan pengembangan pasar dan jenis layanan, tidak hanya berjualan barang-barang kebutuhan konsumsi.
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan, Bukalapak bermitra dengan 1,5 juta warung yang tersebar di 189 kabupaten/kota di Indonesia. Sekitar 500.000 warung di antaranya berada di Jawa Barat.
Bisnis virtual itu, pemilik warung tidak hanya menjual bahan pangan dan produk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga pulsa, token listrik, isi ulang dompet digital, dan membeli voucer gim.
Warung rakyat atau warung tradisional tersebut dirangkul Bukalapak untuk mengembangkan bisnis virtual. Melalui bisnis virtual itu, pemilik warung tidak hanya menjual bahan pangan dan produk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga pulsa, token listrik, isi ulang dompet digital, dan membeli voucer gim.
”Masyarakat juga bisa menabung emas melalui warung tradisional mitra Bukalapak dengan mengalokasikan dana mulai dari Rp 10.000. Warung tersebut juga melayani jasa pengiriman uang, khususnya bagi masyarakat yang belum memiliki akses perbankan,” ujarnya.
Kulakan secara digital
Sementara itu, perusahaan rintisan bidang teknologi Warung Pintar berencana menambah 50.000 mitra warung pada 2020. Upaya itu dilakukan dengan ekspansi ke 10 kabupaten/kota di luar Jabodetabek serta di Bali dan Sumatera.
Untuk mendukung rencana ekspansi, Warung Pintar akan membangun infrastruktur rantai pasok dan menambah solusi yang dibutuhkan pemilik mitra. Misalnya, akses pembiayaan modal usaha.
Co-founder and Vice President Smart Distribution Warung Pintar Christian Winata mengatakan, Warung Pintar saat ini telah bekerja sama dengan Paxel, perusahaan logistik dan jasa pengantaran barang tiba pada hari yang sama. Kerja sama ini memungkinkan mitra warung berbelanja stok barang tanpa minimum pesanan, gratis ongkos kirim, dan akan tiba besok hari.
”Pesanan barang dikelola di gudang, lalu besoknya dijemput Paxel pukul 10.00 untuk didistribusikan ke setiap warung dan bisa tiba sebelum pukul 14.00 pada hari yang sama,” ujarnya.
Kerja sama Paxel dan Warung Pintar baru berjalan pada November 2019. Sekitar 60 kurir Paxel terlibat dalam pengantaran barang kulakan ke mitra Warung Pintar.
Salah satu mitra Warung Pintar di Jakarta, Junaidi, mengaku memperoleh manfaat positif sejak tergabung sebagai mitra. Misalnya saja, dia tidak perlu lagi menutup warung untuk kulakan.
Dia cukup berbelanja barang melalui aplikasi Juragan yang dikembangkan Warung Pintar. Jenis barang yang dipesan pun bisa menyesuaikan dengan karakter pembeli.
”Saya sekarang lebih banyak membeli kopi instan kemasan dibandingkan sabun mandi. Jumlah stok barang juga menjadi lebih terprediksi,” katanya.