Pemeriksaan cepat pandemi Covid-19 sudah dilaksanakan di beberapa daerah. Meskipun sudah dilakukan, pemeriksaan cepat, masih harus dikonfirmasi kembali dengan uji laboratorium bagi orang yang positif.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemeriksaan cepat atau rapid test pandemi Covid-19 sudah dilaksanakan di beberapa daerah. Meskipun sudah dilakukan, petugas kesehatan masih harus melakukan uji laboratorium bagi orang yang dinyatakan positif.
Hal itu disampaikan Direktur Direktorat Kemitraan dan Inkubator Bisnis Universitas Indonesia Wiku Adisasmito pada konferensi pers di Jakarta, Minggu (22/3/2020). Hadir pula dalam acara itu Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat Mayor Jenderal TNI Tugas Ratmono dan Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia Andre Rahardian.
Sebelumnya, pemerintah akan menyiapkan 1 juta alat tes yang didatangkan dari luar negeri. Sebanyak 2.000 peralatan sudah digunakan di DKI Jakarta. Selain itu, Provinsi Jawa Timur juga sudah melakukan pemeriksaan cepat.
Wiku menjelaskan, pemeriksaan cepat ini dilakukan dalam rangka screening untuk mengetahui orang yang tertular wabah atau tidak. Setelah hasil pemeriksaan cepat keluar dan hasilnya positif, akan dikonfirmasi kembali melalui pemeriksan real time polymerase chain reaction (RT-PCR) di laboratorium dengan reagen positif Covid-19.
”Semakin banyak yang terdeteksi, akan semakin baik agar cepat diambil tindakan. Dan, perlu diketahui sekarang di berbagai daerah sudah memiliki laboratorium yang baik untuk menjalankan konfirmasi seusai pemeriksaan cepat,” ujar Wiku.
Ia menambahkan, pemeriksaan cepat dilakukan berdasarkan dua hal, yakni pemeriksaan cepat berdasarkan antigen dan pemeriksaan cepat berdasarkan antibodi. Untuk pasien yang positif, setelah diperiksa cepat akan dilakukan isolasi rumah selama 14 hari.
”Pemeriksaan berdasarkan antigen ini adalah pemeriksaan yang diharapkan karena memiliki konfirmasi yang tinggi, sedangkan yang berdasarkan antibodi perlu diulang apabila hasilnya negatif,” kata Wiku.
Untuk melaksanakan itu, ia melanjutkan, tim pakar yang terdiri atas berbagai ahli dari berbagai organisasi kesehatan di Indonesia sudah merumuskan tata kelola pelaksanaan pemeriksaan cepat. Pemeriksaan cepat ini harus dilakukan di fasilitas kesehatan dengan tenaga kesehatan yang sudah disiapkan untuk menjalaninya.
Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat Mayor Jenderal TNI Tugas Ratmono menjelaskan, pemeriksaan cepat juga bagian dari deteksi dini agar mengetahui mana pasien positif yang dengan atau tanpa gejala, atau orang dalam pemantauan.
”Ini penting agar pemerintah bisa cepat mengambil tindakan dan sangat penting untuk mencegah atau memotong penyebaran wabah ini,” kata Tugas.
Strategi pemeriksaan cepat ini tetap harus didukung dengan komunikasi edukasi kepada masyarakat. Salah satunya adalah dengan menerapkan pembatasan sosial, dan yang terbaru adalah pembatasan fisik.
”Protokol ini harus benar-benar bisa dijalankan masyarakat untuk kebaikan bersama, (dan) semua kalangan benar-benar harus menjalankannya,” ucapnya.
Butuh relawan
Saat ini pemerintah melalui Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 sudah menerima bantuan dari dalam ataupun luar negeri. Namun, tim tersebut masih membutuhkan banyak bantuan, beberapa hal yang dibutuhkan yang sudah disusun tim pakar, antara lain alat pelindung diri (APD), reagen RT-PCR, peralatan pemeriksaan cepat, nasal swab, dan ventilator yang menjadi kebutuhan prioritas di lapangan.
”Tim pakar sudah membuat daftar kebutuhan prioritas, selain itu tenaga kesehatan juga tetap dibutuhkan di lapangan,” kata Wiku.
Melihat hal itu, Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia Andre Rahardian, yang juga masuk dalam Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 mengungkapkan, pihaknya membuka kesempatan untuk relawan agar ikut bersama-sama membantu tenaga medis ataupun tim.
Pihaknya juga saat ini sudah mengumpulkan tenaga medis tambahan dan mahasiswa tingkat akhir untuk membantu tim di rumah sakit rujukan ataupun rumah sakit di daerah untuk menjaga ketahanan tim medis di gugus depan.
Selain itu, Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 juga membutuhkan relawan lain untuk logistik. ”Para tenaga medis juga butuh makanan bergizi dan vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh mereka,” ungkapnya.
Tim Gugus mengajak masyarakat yang ingin menggalang dana ataupun menjadi relawan membantu masyarakat yang rentan secara ekonomi. ”Penyaluran bisa langsung kami bawa ke daerah-daerah di tiap provinsi dan kabupaten,” katanya.
Untuk mendaftar, selain berhubungan langsung dengan organisasi kesehatan yang sudah membuka pendaftaran, pendaftaran juga bisa dilakukan melalui kanal atau situs daring Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).