Alat Tes Korona Siap Diproduksi secara Massal
Kementerian Riset dan Teknologi akan segera memproduksi perangkat pemeriksaan virus korona secara massal. Hal itu bertujuan mempercepat penapisan penyakit Covid-19.
Riset dan inovasi bisa memercepat penanganan Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona (corona) baru. Karena itu, Kementerian Riset dan Teknologi akan memproduksi alat tes korona secara massal untuk mendapatkan data lebih luas sebaran penyakit itu.
Pendataan kasus Covid-19 saat ini minim sehingga sulit mendeteksi dan memutus rantai penularan penyakit itu. Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro dalam konferensi pers daring, Senin (6/4/2020), di Jakarta, mengatakan, pihaknya telah membentuk konsorsium ristek untuk penanganan korona.
Konsorsium itu beranggotakan, antara lain, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), sejumlah perguruan tinggi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Litbangkes), badan usaha milik negara dan swasta, serta beberapa usaha rintisan bidang kesehatan.
Baca juga : Tes, Tes, dan Tes Kunci Tangkal Korona
Mereka memiliki tiga sasaran kerja, yakni jangka pendek, menengah, dan panjang. ”Fokus kerjanya adalah mencegah, mendeteksi, dan respons cepat terhadap penanganan kasus yang ada. Semua dilakukan berbasis riset dan inovasi,” ujarnya.
Salah satu fokus utama saat ini, pihaknya melalui BPPT akan segera memproduksi alat tes secara massal dalam metode reaksi rantai polimerasi (polymerase chain reaction/PCR) dan non-PCR atau metode tes cepat (rapid test). Untuk metode PCR, BPPT selesai melaksanakan pengujian dan dalam waktu dekat produk itu bisa digunakan.
Fokus kerjanya adalah mencegah, mendeteksi, dan respons cepat terhadap penanganan kasus yang ada.
Bahkan, dalam waktu kurang sebulan, mereka pun akan mengembangkan alat tes PCR portabel (mobile test kit PCR) yang berstandar laboratorium level keamanan hayati atau Bio Safety Level (BSL)-2 sehingga bisa mendukung tes usap (swab tes) di daerah yang belum ada laboratorium BSL-2.
Untuk tes cepat, BPPT akan segera memproduksi alatnya 100.000 unit. Alat-alat itu akan menambah alat tes cepat didatangkan dari luar negeri. ”Metode itu diakui tidak seakurat PCR, tetapi bisa digunakan untuk penyaringan awal dan penanganan yang sudah tes,” kata Bambang.
Adapun hasil tes cepat, tambah Bambang, bisa keluar 10-15 menit, tetapi hasil yang keluar bisa berupa negatif salah (false). Jadi, butuh tes lebih dari sekali. ”Tetapi, kalau langsung positif, bisa langsung dilakukan penanganan,” tuturnya.
Sejauh ini, Satuan Tugas Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC19) berhasil menyelesaikan purwarupa perangkat uji untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2. Perangkat itu menjalani penyempurnaan hingga bisa mendeteksi galur virus yang beredar di Indonesia.
Pengembangan perangkat uji SARS-CoV-2 itu dilakukan oleh Nusantics, perusahaan rintisan teknologi genomika, sebagai bagian dari TFRIC19 yang dipimpin BPPT. Perangkat itu dinamai Nusantara TFRIC-19.
Perangkat ini bekerja dengan mendeteksi dua gen virus SARS-CoV-2, yaitu gen RdRP (RNA-dependent RNA polymerase) dan gen N. Namun, sejauh ini gen yang diuji itu berasal dari virus SARS-CoV-2 dengan galur virus yang menyebar di Asia, belum spesifik galur virus asli Indonesia.
”Hasil uji menunjukkan Nusantara TFRIC-19 bisa mengidentivikasi virus SARS-CoV-2 galur Asia,” kata Pimpinan Teknologi Tertinggi (CTO) Nusantics Revata Utama di Jakarta, Sabtu (4/4/2020).
Meski demikian, galur virus SARS-CoV-2 yang ada di Indonesia itu diperkirakan mirip dengan galur virus yang beredar di Asia. Saat ini, TFRIC19 menunggu sampel virus lokal dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
”Setelah mendapat sampel virus galur lokal, Nusantics akan memvalidasi kembali akurasi Nusantara TFRIC-19. Baru kemudian perangkat ini bisa masuk tahap produksi massal,” kata Pimpinan Eksekutif Tertinggi (CEO) Nusantics Sharlini Eriza Putri.
Baca juga : Percepat Pemeriksaan Spesimen secara Massal
Menurut rencana, perangkat uji Covid-19 produksi Indonesia itu akan diproduksi secara massal oleh BPPT, Bio Farma, dan Indonesia International Institute for Life Science. Sebanyak 100.000 perangkat uji cepat Covid-19 akan diproduksi menggunakan dana yang digalang melalui gerakan Indonesia Pasti Bisa.
Sumber daya manusia
Untuk mempercepat pemeriksaan Covid-19, menurut Bambang, mereka pun melakukan pelatihan 800 sukarelawan untuk menjadi petugas laboratorium minimal BSL-2 di Laboratorium BSL-3 LIPI di Cibinong, Jawa Barat.
”Saat ini, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sudah bantu Litbangkes dalam tes PCR dengan uji mencapai 180-270 spesimen. Ke depan, harus lebih besar. Tapi, kita terbatas sumber daya manusia dalam tenaga penguji laboratorium BSL-2 dan BSL-3. Maka itu, lewat LIPI, kami berupaya menambah tenaga baru dengan melatih para sukarelawan itu,” ujarnya.
Di luar itu, Kemenristek menyerahkan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 4.000 botol (per botol 200 mililiter) cairan pembersih tangan berjenis gel berpelembab dan 10 tempat cuci tangan portabel/mobile hand washer (per unit berisi 300 liter air).
Ke depan, mereka akan melakukan pengembangan produk suplemen, multivitamin, ataupun imun regulator dari tanaman-tanaman herbal Indonesia. Produk seperti itu sangat penting untuk meningkatkan imunitas penduduk agar tak mudah tertular Covid-19.
”Kami juga berupaya membuat vaksin virus ini, tapi butuh waktu minimal satu tahun untuk membuat sendiri. Opsi lain, kita memproduksi vaksin hasil luar negeri di sini. Kami juga menguji pil kina yang memiliki kesamaan dengan klorokuin,” jelas Bambang yang menerangkan Kemenristek merelokasikan belanja barangnya Rp 38 miliar untuk tahap awal penanganan Covid-19.
Data lebih besar
Atik Choirul Hidajah, dosen pada Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, menerangkan, angka kasus positif Covid-19 di Indonesia boleh jadi jauh lebih besar dibandingkan data yang ada saat ini.
Sebagai gambaran basic reproduction number untuk Covid-19 atau potensi penyebaran Covid-19 saat ini 2-2,5. Artinya, satu orang positif Covid-19, bisa menularkan kepada dua-tiga orang lain. Kalau berpatokan seperti itu, jumlah kasus positif virus di Indonesia saat ini sejatinya bisa 5.000-7.500 kasus.
Dengan tingginya potensi yang ada di lapangan, Atik berharap, pemerintah bisa mengambil langkah lebih cepat untuk mencari orang-orang yang membawa Covid-19, terutama yang orang tanpa gejala. Mereka bisa memperluas cangkupan penyebaran virus.
Menjadi gawat, kalau mereka menularkan virus kepada orang-orang rentan atau memiliki penyakit bawaan, seperti hipertensi, diabetes, kanker, HIV, lansia, maupun perokok. ”Kalau sempat tertular, kondisi orang rentan itu akan cepat memburuk,” tuturnya.
Atik menuturkan, pencarian orang-orang dengan Covid-19 bisa dilakukan berlapis dengan metode tes cepat dan PCR. Tes cepat bisa dimanfaatkan untuk menyaring orang-orang yang terbukti positif.
Selanjutnya, mereka bisa dibuktikan lebih kuat dengan metode PCR. Itu juga untuk mengakali keterbatasan alat tes PCR ataupun tenaga uji metode tersebut serta lamanya hasil tes PCR yang bisa mencapai dua-tiga hari.
Di sisi lain, Kemenkes perlu memperluas jejaring laboratorium standar BSL-2. Saat ini, mereka menetapkan ada 49 laboratorium di 34 provinsi yang berstandar minimal BSL-2 sehingga bisa melakukan tes PCR.
”Agar pencarian semakin luas, Kemenkes perlu menambah jejaring laboratorium itu. Mereka bisa bekerja sama dengan laboratorium milik perguruan tinggi atau swasta. Tinggal nanti teknologinya ditambah jika laboratorium belum memenuhi standar BSL-2.
Dengan begitu, tes secara luas bisa dilakukan agar bisa segera menemukan orang-orang dengan Covid-19 guna memutus mata rantai penyebaran,” pungkasnya.
Terus bertambah
Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 sekaligus Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengutarakan, pemerintah telah melakukan pemeriksaan spesimen 11.242 orang, 80 persennya negatif korona.
Per Senin (6/4/2020), jumlah kasus positif Covid-19 bertambah 218 kasus sehingga total jadi 2.491 kasus. Adapun jumlah pasien meninggal bertambah 11 orang sehingga total jadi 209 orang, serta ada penambahan 28 orang sembuh sehingga total 192 orang.
”Secara keseluruhan, masih ada penularan di lapangan. Ini karena ada kasus positif korona jenis OTG (orang tanpa gejala/gangguan) sehingga membuat orang yang rentan menjadi tertular. Ini karena ada orang tidak disiplin jaga jarak, tidak memakai masker, tidak rajin mencuci tangan, dan tetap bepergian (tidak bertahan di rumah),” katanya.
Menurut Yurianto, situasi ini yang membuat Menteri Kesehatan menerbitkan Peraturan Menkes Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar. Tujuannya, untuk membatasi komunikasi sosial secara fisik dengan skala besar. ”Ini jadi tindak lanjut maklumat jaga jarak secara fisik. Agar, transmisi dari orang sakit kepada sehat dihentikan,” katanya.
Yurianto mengatakan, pihaknya berharap warga melakukan pembatasan diri guna memutus mata rantai penyebaran virus korona baru. Orang-orang yang ada gejala ataupun tanpa gejala tapi pernah berinteraksi dengan orang bergejala diminta melakukan isolasi diri.
”Kami telah melakukan kajian epidemiologis, kunci untuk menekan penyebaran penyakit yang disebabkan virus korona baru adalah membatasi mobilitas manusia. Untuk itu, kami minta warga menahan diri dulu bepergian ke luar, salah satunya tidak mudik karena punya risiko tinggi (untuk menularkan ataupun tertular Covid-19),” ujarnya.
Mereka juga meningkatkan kepedulian kepada petugas medis, seperti terus meningkatkan distribusi alat pelindung diri (APD) berbasis kebutuhan per provinsi. Saat ini, APD itu sudah didistribusikan ke 27 provinsi dan 154 kabupaten/kota.
Hal itu menjadi bentuk harmonisasi pemerintah pusat dan daerah untuk cegah penyebaran Covid-19. Pemerintah pusat juga telah menerima bantuan internasional, antara lain sumbangan Rp 82,5 miliar untuk penanganan virus tersebut.
”Namun, masyarakat adalah ujung tombak utama untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Kalau masyatakat tak displin menjaga jarak, menggunakan masker, cuci tangan setiap saat, dan bertahan di rumah, penyebaran akan terus terjadi,” katanya.