Layanan belanja dari rumah yang dikeluarkan oleh PD Pasar Jaya dinilai belum optimal untuk membantu para pedagang yang terdampak Covid-19. Mereka berharap ada evaluasi terkait layanan ini agar penjualan lebih maksimal.
Oleh
Sharon Patricia
·4 menit baca
Pedagang sayur-mayur di Perusahaan Daerah Pasar Jaya yang terhubung dengan layanan belanja dari rumah kini harus memenuhi kebutuhan lain, misalnya bahan pokok yang dipesan pembeli. Hal ini terjadi karena pembeli dapat menghubungi langsung pedagang melalui nomor telepon dan merinci apa saja yang hendak dibelinya, bukan apa yang dijual pedagang.
Keadaan ini membuat para pedagang berpikir ulang untuk berjualan secara daring. Sebab, mereka harus mencari barang-barang yang diminta pembeli dan meninggalkan barang dagangannya untuk sementara waktu. Selain itu, keuntungan pun tidak bertambah.
Hoerudin (42), pedagang sayur-mayur di Pasar Baru Metro Atom, Jakarta Pusat, mengeluhkan sistem layanan belanja dari rumah karena sering kali membuatnya tambah ”repot”. Para pembeli, katanya, banyak yang meminta untuk sekaligus dibelanjakan barang lain yang tidak ia jual.
”Sebenarnya lumayan kalau ada yang beli secara online, tetapi kalau harus keliling pasar buat memenuhi yang diminta pembeli, biasanya saya tolak. Soalnya, saya sendiri punya dagangan yang harus dijaga, apalagi saya tidak ada yang bantu,” katanya saat dihubungi Kompas, Senin (13/4/2020).
Layanan belanja dari rumah yang dimulai sejak akhir Maret 2020, kata Hoerudin, belum signifikan dalam meningkatkan daya beli masyarakat. Ia menyatakan, omzet harian yang turun lebih dari 50 persen menjadi Rp 1 juta tidak berubah banyak meski sudah ada layanan ini.
Begitu juga yang dialami Dwi (37), pedagang sayur-mayur di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur. Omzet harian secara normal yang dapat mencapai Rp 3 juta, kini hanya sekitar Rp 1 juta.
”Penjualan online sebenarnya cukup membantu, tetapi agak merepotkan karena saya harus ambil barang ke sana ke sini sesuai yang diminta pembeli, padahal saya enggak jual barang itu. Jadi, setiap hari saya target, paling melayani 10 pembeli online,” ujarnya.
Dwi menyampaikan, tidak hanya diminta membelikan barang di luar yang dijual, ia pun masih harus mengantarkan sendiri atau mencarikan pengemudi ojek daring untuk membawa barang belanjaan tersebut. Ia berharap layanan belanja dari rumah dapat lebih dioptimalkan, khususnya terkait sistem yang digunakan.
”Saya inginnya bisa berjualan sesuai dengan apa yang memang saya jual, tidak harus mencari barang lain yang diminta pembeli karena tidak ada yang menjaga barang dagangan saya,” ucapnya.
Yudi (45), pedagang bahan pokok di Pasar Grogol, Jakarta Barat, juga berpendapat senada. Ia menyatakan, meski sudah terhubung dengan layanan tersebut, belum ada pembeli yang berbelanja secara daring ke tokonya.
”Saya sudah terdaftar untuk berjualan online, tetapi sampai sekarang belum ada pesanan. Malah yang ada itu pedagang sayur yang berbelanja bahan pokok ke saya, katanya pesanan dari pembeli,” ujar Yudi.
Yudi berharap, layanan belanja dari rumah dapat mengikuti layanan di platform marketplace, yakni pedagang dapat menjajakan barang dagangan beserta harga yang sudah pasti. Dengan begitu, para pedagang tidak akan dipusingkan untuk mencari barang lain.
Sistem berbeda
Layanan belanja dari rumah yang sudah menghubungkan 88 pasar dari 155 pasar di seluruh DKI Jakarta memang berbeda dengan layanan belanja yang ada di marketplace. Para pembeli dapat menghubungi langsung melalui nomor telepon pedagang yang tersedia di laman PD Pasar Jaya.
Dalam laman tersebut, selain nomor telepon, ada pula keterangan lain, yakni nama, jenis dagangan, dan lokasi pasar dari pedagang. Para pembeli tidak mengetahui secara detail apa saja yang dijual dan berapa harganya.
Sistem ini dimaksudkan agar hubungan antara pedagang dan pembeli tetap sama seperti di pasar, yaitu adanya transaksi tawar-menawar. Namun, pada kenyataannya, para pedagang mengeluh karena mereka diminta membelikan barang-barang yang tidak dijual.
Sementara layanan belanja di marketplace, pedagang dapat menjajakan dagangan sesuai stok yang mereka miliki, lengkap dengan keterangan atau spesifikasi dari barang dagangan dan harganya. Dengan sistem ini, artinya pembeli hanya dapat membeli apa yang tertera dalam laman tersebut.
Sebagai contoh, kini Tokopedia memberikan layanan Lengkapi Persediaan Rumah dari Toko di Kotamu. Selain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, layanan ini pun tersebar di 14 kota lain.
Pembeli dapat mengunjungi toko sesuai kategori yang telah disediakan, antara lain daging, hasil, laut, sayur dan buah, bahan pokok, kopi, akses supermarket, dan perlengkapan ibu bayi. Saat mengunjungi setiap toko, pembeli pun dapat melihat apa saja yang dijual lengkap dengan harganya.
Melalui sistem ini, para pedagang dapat mengoptimalkan penjualannya tanpa harus direpotkan untuk mencari barang lain yang tak dijualnya. Dengan begitu, aktivitas ekonomi para pedagang dapat tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19.