Menjelang Puasa, Penjualan Daging Sapi Meningkat

Para pedagang daging sapi gembira karena penjualan daging meningkat dalam tiga hari terakhir menjelang puasa. Karena disadari peningkatan penjualan hanya sementara, momen ini digunakan untuk menabung.

KOMPAS/ZULKARNAINI

Meski dalam keadaan darurat Covid-19, suasana Pasar Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, Aceh, Rabu (22/4/2020), tetap ramai.

Meskipun tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya, permintaan daging sapi menjelang Ramadhan mengalami peningkatan dibandingkan dengan rata-rata harian dalam sebulan terakhir selama masa pandemi coronavirus disease 2019 atau Covid-19. Dalam tiga hari terakhir ini, khususnya, pedagang daging sapi bersyukur penjualan mereka cukup meningkat.

Teguh (37), pedagang daging sapi di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, menyampaikan, permintaan pasar meningkat dua kali lipat dalam tiga hari terakhir. Apabila di tengah pandemi Covid-19 secara harian hanya bisa menjual satu ekor, sekarang menjadi dua ekor.

”Pasar rasanya kembali normal seperti sebelum ada virus korona. Namun, kalau dibandingkan dengan tahun lalu, menjelang puasa seperti ini, saya biasanya memang bisa menjual sampai delapan ekor (sekitar 2.400 kilogram),” katanya saat dihubungi Kompas, Kamis (23/4/2020).

Stok daging sapi lokal hingga saat ini masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar karena memang permintaan juga tidak terlampau tinggi. Namun, stok daging sapi impor, diakui Teguh, memang mulai menipis.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Para pedagang daging sapi berbincang sembari menunggu pembeli yang tak kunjung datang di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada hari pertama diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus korona baru, Jumat (10/4/2020).

Dari sisi harga, kata Teguh, saat ini mencapai Rp 130.000 per kg untuk sapi lokal dari sebelumnya Rp 120.000 per kg. Peningkatan harga salah satunya disebabkan oleh meningkatnya harga dari tingkat pemotong hingga Rp 5.000 per kg.

Pengalaman serupa dialami Yudi (31), pedagang daging sapi di Pasar Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Dalam dua hari terakhir, ia mampu menjual satu ekor sapi per hari dari yang sebelumnya hanya setengah ekor per hari dengan harga Rp 120.000 per kg.

”Lumayan ada peningkatan, tetapi memang, kan, menjelang puasa dan paling nanti menjelang Lebaran. Kalau hari-hari selanjutnya mungkin akan sama saja (sepi). Makanya, mumpung lagi ramai, harus pintar-pintar menabung untuk menyambung hidup,” tutur Yudi.

Baca juga: Problem Distribusi Picu Disparitas

Penjualan secara daring pun dikatakan Yudi cukup membantu meningkatkan permintaan. Meski tidak setiap hari, untuk hari ini sudah ada tiga pembeli yang berbelanja secara daring.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Spanduk berisi daftar harga bahan pangan murah terpampang di depan Toko Tani Indonesia Center milik Kementerian Pertanian di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (6/4/2020).

Sementara itu, penjualan daging kambing masih relatif sedikit seperti hari-hari sebelumnya selama pandemi Covid-19. Kusnandar (50), pedagang daging kambing di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, menyampaikan, penjualan masih berkisar di 10 kg daging per hari dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 100 kg daging per hari.

”Harga masih sama Rp 115.000 per kg, stok juga masih aman. Masalahnya, permintaan yang rendah karena pelanggan saya kebanyakan dari restoran dan warung makan yang sekarang pada tutup,” kata Kusnandar.

Sama halnya dengan penjualan ayam. Andi (38), pedagang ayam hidup atau potong di Pasar Baru Metro Atom, Jakarta Pusat, mengatakan, permintaan pasar belum kembali normal. Bahkan, menjelang puasa pun tidak ada lonjakan permintaan seperti tahun-tahun sebelumnya.

”Permintaan ayam sejak ada virus korona turun sampai 90 persen karena banyak tempat makan tutup. Sekarang, permintaan menjelang puasa masih sama saja, sekitar 100 ekor per hari untuk ayam ras,” kata Andi.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pedagang daging ayam di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, tengah melayani pembelinya, Rabu (22/4/2020).

Harga ayam, khususnya ayam ras, cenderung turun, yakni Rp 20.000 per kg dari harga normal sekitar Rp 35.000 per kg. Sementara, untuk ayam kampung, harga per ekor berkisar Rp 40.000 hingga Rp 75.000.

Baca juga: Pemerintah Pusat dan Daerah Mesti Seragam soal Distribusi Pangan

Masih tinggi

Komoditas lain yang harganya meningkat jelang bulan puasa adalah bawang merah. Dalam sebulan terakhir, harga bawang merah di tingkat konsumen menyentuh Rp 60.000 per kg dari harga normal sekitar Rp 35.000 per kg.

Info pangan Jakarta mencatat, rata-rata harga bawang merah pada 22 Maret 2020 sebesar Rp 37.766 per kg. Sehari setelahnya, harga naik menjadi Rp 42.319 per kg. Harga terus meningkat hingga saat ini sebesar Rp 51.478 per kg.

Nasipah (62), penjual sayur-mayur dan bumbu dapur di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, mengatakan, tidak ada peningkatan penjualan menjelang puasa.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Bawah merah yang ditebar untuk ditanam sebagai pembibitan di Desa Gubugsari, Kecamatan Pegadon, Kebupaten Kendal, Jawa Tengah, Rabu (22/4/2020).

”Anehnya, di saat harga komoditas lain turun, harga bawang merah malah naik. Sudah seminggu lebih, harga bawang merah yang saya jual mencapai Rp 60.000 per kg,” kata Nasipah.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi menyampaikan, secara keseluruhan, ketersediaan bawang merah surplus dengan total mencapai 330.000 ton. ”Ketersediaan cukup dan harga stabil,” katanya.

Namun, kata Agung, yang perlu diwaspadai adalah masalah distribusi agar tidak menghadapi kendala. Untuk itu, Kementerian Pertanian juga bekerja sama dengan kementerian lain, termasuk Satuan Tugas Pangan.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Buruh tani menanam bawang merah di Desa Gubugsari, Kecamatan Pegadon, Kebupaten Kendal, Jawa Tengah, Rabu (22/4/2020).

Sebagai contoh, apabila ada provinsi yang kekurangan bawang merah, sementara ada provinsi lain yang berlebihan, bisa dipindahkan untuk didistribusikan di lokasi yang membutuhkan. Upaya memperlancar distribusi juga terus dilakukan untuk menjamin ketersediaan pangan.

Baca juga: Daya Petani Desa Menjaga Kota

”Dalam kondisi saat ini meski ada penerapan PSBB (pembatasan sosial berskala besar), angkutan logistik tidak dilarang. Kontrol akan terus dilakukan untuk memperlancar distribusi,” kata Agung menegaskan.