Dampak Pandemi, Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 2,97 Persen
Perlambatan konsumsi rumah tangga dan investasi mengerek pertumbuhan ekonomi ke bawah karena keduanya berkontribusi paling besar dalam struktur PDB.
Oleh
karina isna irawan/hendriyo widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2020 hanya 2,97 persen. Perlambatan pertumbuhan ini dipengaruhi oleh dampak awal penyebaran Covid-19 dan respons kebijakan pembatasan sosial di beberapa negara, termasuk Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2020 itu terendah sejak triwulan I-2001. Dibandingkan dengan triwulan IV-2019, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2020 terkontraksi atau tumbuh negatif 2,41 persen. Adapun besaran produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2020 sebesar Rp 3.922,6 triliun.
Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2020 jauh di bawah proyeksi konsensus kisaran 4 persen. Pada tahun ini, pemerintah yang semula memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh pada kisaran 4,5-4,6 persen merivisinya dalam dua skenario. Dalam skenario berat, ekonomi RI pada 2020 diperkirakan tumbuh 2,3 persen dan dalam skenario sangat berat bisa minus 0,4 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berubah. Namun, semua motor penggerak ekonomi, menurut lapangan usaha dan pengeluaran, tumbuh melambat. Perlambatan dipengaruhi dampak awal penyebaran Covid-19 dan respons kebijakan pembatasan sosial di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Konsumsi rumah tangga yang pada triwulan I-2019 tumbuh 5,02 persen secara tahunan melambat menjadi 2,84 persen pada triwulan I-2020. Investasi juga melambat dari 5,03 persen menjadi 1,7 persen, dan konsumsi pemerintah dari 5,22 persen menjadi 3,74 persen. Ekspor tumbuh 0,24 persen dan impor negatif 2,19 persen.
”Perlambatan konsumsi rumah tangga dan investasi mengerek pertumbuhan ekonomi ke bawah karena keduanya berkontribusi paling besar dalam struktur PDB,” kata Suhariyanto dalam telekonferensi pers di Jakarta, Selasa (5/5/2020).
Perlambatan konsumsi rumah tangga dan investasi mengerek pertumbuhan ekonomi ke bawah karena keduanya berkontribusi paling besar dalam struktur PDB.
Suhariyanto menambahkan, pemerintah harus tetap menjaga daya beli masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB berkisar 55-58 persen. Karena itu, inflasi mesti dikendalikan dengan menjaga pasokan dan distribusi barang-barang kebutuhan pokok selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Kepala Ekonom HSBC Wilayah ASEAN Joseph Incalcaterra menilai, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2020 itu jauh dari ekspektasi pasar. Padahal, Indonesia termasuk negara yang tidak mengunci total (lockdown) wilayahnya.
Untuk menekan penyebaran pandemi Covid-19, Indonesia memilih menerapkan PSBB. PSBB ini masih memungkinkan pergerakan orang dan aktivitas ekonomi kendati tetap dibatasi dengan menerapkan protokol kesehatan.
”Kendati begitu, konsumsi rumah tangga dan investasi swasta tetap terimbas dan diperkirakan akan turun pada triwulan II dan III tahun ini. Konsumsi rumah tangga akan semakin terpukul karena ada larangan mudik sehingga momen Ramadhan dan Lebaran tahun ini tidak akan cukup mendongkrak pertumbuhan ekonomi,” katanya dalam siaran pers.
Momen Ramadhan dan Lebaran tahun ini tidak akan cukup mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Incalcaterra memproyeksikan, ekonomi Indonesia pada tahun ini hanya tumbuh 0,1 persen. Perkiraan ini lebih rendah dari proyeksi pemerintah dan BI yang sebesar 2,3 persen.