Laboratorium Bergerak untuk Perbanyak Tes Covid-19
Tim peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi meluncurkan inovasi teknologi berupa laboratorium bergerak. Ini diharapkan bisa memperbanyak pemeriksaan Covid-19 dengan metode reaksi rantai polimerase.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi meluncurkan inovasi teknologi untuk mempercepat pemeriksaan molekuler dalam mendeteksi virus korona tipe baru pemicu Covid-19. Inovasi itu berupa laboratorium pemeriksaan bergerak dengan standar keamanan hayati level dua.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro, Selasa (16/6/2020), di Jakarta, mengatakan, berbagai pengembangan riset dan inovasi yang terkait dengan penanganan Covid-19 terus dilakukan. Salah satu riset yang kini siap dimanfaatkan adalah laboratorium pemeriksaan bergerak dengan standar levek keamanan hayati atau biosafety level-2 (BSL-2).
Inovasi ini dihasilkan oleh sejumlah peneliti dari BPPT yang tergabung dalam Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19. Penelitian yang dilakukan cukup singkat. Meski begitu, kualitas dari laboratorium bergerak ini telah teruji dan terstandardisasi.
”Keberadaan mobile laboratorium BSL-2 ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan laboratorium di sejumlah daerah yang belum tersedia layanan laboratorium pemeriksaan. Kami juga minta agar BPPT terus memperbanyak laboratorium ini sehingga bisa mendukung peningkatan pemeriksaan spesimen di Indonesia,” kata Bambang.
Kepala BPPT Hammam Riza menuturkan, laboratorium BSL-2 bergerak ini telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Standar itu, antara lain, memiliki biosafety cabinet level-2 untuk mencegah infeksi virus, memiliki ruang utama yang dilengkapi tekanan negatif agar virus yang diperiksa tidak menginfeksi ke luar laboratorium, memiliki alat pemusnah limbah virus, serta dilengkapi dengan alat pemantau suhu dan kamera pemantau.
Keberaaan mobile laboratorium BSL-2 ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan laboratorium di sejumlah daerah yang belum tersedia layanan laboratorium pemeriksaan.
”Dengan sistem yang diterapkan, mobile laboratorium ini memilik kapasitas pemeriksaan sekitar 120 spesimen per 12 jam. Diharapkan inovasi ini bisa terus dikembangkan sehingga bisa memperkuat kapasitas pemeriksaan spesimen di pelosok Nusantara,” tuturnya.
Kapasitas pemeriksaan
Jumlah orang yang diperiksa spesimennya terkait Covid-19 dengan metode reaksi rantai polimerase atau PCR masih di bawah target yang ditetapkan. Sejumlah strategi pun dipersiapkan agar pemeriksaan spesimen tersebut di Indonesia bisa optimal.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Abdul Kadir menuturkan, sebanyak 139 laboratorim yang tersebar di seluruh Indonesia telah aktif melakukan pemeriksaan spesimen terkait Covid-19. Jika kinerja dari seluruh laboratorium itu bisa dioptimalkan, kapasitas pemeriksaan molekuler bisa mencapai 30.000 spesimen per hari.
”Kondisi saat ini kinerja dari seluruh laboratorium belum optimal. Dari laporan yang diterima, jumlah pemeriksaan tertinggi baru sekitar 19.000 spesimen per hari,” ujarnya dalam konferensi pers tanpa tatap muka, di Jakarta, Selasa (16/6/2020).
Ia menuturkan, ada sejumlah kendala yang menyebabkan kurang optimalnya pemeriksaan spesimen. Beberapa hambatan tersebut meliputi, antara lain, terbatasnya jumlah sumber daya laboratorium dan jumlah spesimen yang masuk ke laboratorium tidak maksimal.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kemenkes pun kini telah melatih 300 orang yang akan diberdayakan sebagai tenaga laboratorium yang memeriksa spesimen Covid-19 dengan metode PCR. Pelatihan ini dilakukan secara komprehensif selama lima hari. Kemudian para peneliti akan ditugaskan di laboratorium yang tersedia di daerah tugasnya masing-masing.
Lamanya jam kerja dari para peneliti yang melakukan pemeriksaan spesimen juga akan ditingkatkan. Kadir mengatakan, rata-rata pemeriksaan spesimen dilakukan 6-8 jam per hari. Bahkan, sejumlah laboratorium tidak melakukan pemeriksaan pada Sabtu dan Minggu dengan alasan hari libur.
”Dengan penambahan SDM, jam kerja para peneliti di laboratorium pemeriksaan diharapkan bisa sampai 12 jam per hari. Itu berarti jumlah spesimen yang diperiksa bisa lebih maksimal hingga 30.000 spesimen per hari,” ujarnya.
Selain itu, komitmen dan kerja sama dari semua pemangku kepentingan di daerah diperlukan agar pemeriksaan spesimen lebih optimal. Ini terutama terkait upaya pelacakan dari kasus yang ditemukan. Dengan pelacakan yang masif, diharapkan semakin banyak sampel kasus yang diambil agar lebih banyak lagi jumlah spesimen yang diperiksa.
Kasus terus melonjak
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan, pada 16 Juni 2020 hingga pukul 12.00, tercatat 17.052 spesimen telah diperiksa dalam sehari. Spesimen itu diperoleh dari 10.119 orang yang diperiksa. Dengan penambahan jumlah itu, total spesimen yang diperiksa di Indonesia menjadi 540.115 spesimen.
”Dari spesimen yang telah diperiksa, memberikan hasil penambahan kasus positif 1.106 orang sehingga akumulasinya menjadi 40.400 orang,” ujarnya.
Secara rinci, penambahan kasus paling banyak ditemukan di Jawa Timur dengan 245 kasus baru, Sulawesi Selatan dengan 175 kasus baru, Kalimantan Selatan dengan 169 kasus baru, dan DKI Jakarta dengan penambahan 101 kasus baru. Adapun jumlah orang yang masih dalam pemantauan (ODP) di seluruh Indonesia mencapai 29.124 orang dan pasien yang masih diawasi (PDP) sebanyak 13.510 orang.
Sementara itu, penambahan jumlah kasus sembuh yang dilaporkan dalam sehari sebanyak 580 kasus sehingga total menjadi 15.703 kasus sembuh. Pada kasus kematian yang dilaporkan juga bertambah sebanyak 33 kasus sehingga jumlahnya menjadi 2.231 kasus.