Siswa Alami Dampak Psikologis Pembelajaran Jarak Jauh Paling Nyata
Dari semua subyek satuan pendidikan, siswa ternyata paling terdampak selama proses pembelajaran jarak jauh. Mereka harus melakukan penyesuaian akademik, membatasi interaksi sosial, dan mengalami perasaan negatif.
JAKARTA, KOMPAS — Penerapan pembelajaran jarak jauh ataupun tatap muka di era normal baru pendidikan memiliki implikasi psikologis kepada siswa. Diperlukan dukungan orangtua, guru, dan sesama teman pergaulan agar siswa tidak stres.
Sejumlah dosen di Departemen Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, menyurvei 1.403 responden siswa dari 21 provinsi di Indonesia. Penelitian menggunakan kuesioner daring yang disebar secara acak melalui jejaring media sosial selama 6-12 Mei 2020. Dari sisi jenjang pendidikan, responden SMP mencapai 753 orang, SMA 351 orang, dan perguruan tinggi 299 orang.
Penelitian itu salah satunya bertujuan melihat penyesuaian akademik siswa atau kemampuan pelajar dalam menyesuaikan dan menyikapi beragam permasalahan untuk beradaptasi dengan kondisi akademik. Analisis profil itu memakai tiga domain penyesuaian akademik, yaitu gaya hidup, prestasi, dan motivasi.
Domain gaya hidup menganalisis pelajar bisa menyesuaikan diri dengan perannya sebagai pelajar dan kemampuan mereka beradaptasi dengan pola pembelajaran daring. Domain prestasi akademik menyasar pada proses adaptasi pelajar sehingga bisa mencapai performa maksimal akademiknya. Adapun motivasi akademik melihat seberapa jauh adaptasi pelajar untuk melanjutkan dan menyelesaikan semua aktivitas akademik.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan profil kemampuan penyesuaian akademik dari responden SMP dengan kelompok SMA dan mahasiswa. Menurut responden kelompok SMA dan mahasiswa, selama instruksi jelas, mereka tahu apa yang harus dikerjakan dan menunjang kemampuan akademik.
Kelompok SMP memiliki rentetan faktor pendorong penyesuaian, mulai dari ada tidaknya panduan yang jelas, ketersediaan sarana prasarana, sampai tingkat beban tugas. Selain itu, psikologis anak SMP masih berada pada transisi di antara peralihan dari pembelajaran dasar ke tingkat menengah.
Cemas dan khawatir
Dosen di Fakultas Psikologi Unpad, Anissa Lestari Kadiyono, saat dihubungi, Minggu (12/7/2020), dari Jakarta, mengatakan, pihaknya bersama ketiga dosen lain melakukan penelitian lebih spesifik menyasar ke 867 orangtua, siswa, dan guru di Kota Bandung. Survei ini menindaklanjuti penelitian sebelumnya. Rentang waktu survei adalah 8-14 Juni 2020.
Sebanyak 19,6 persen dari total responden mengaku cemas dan khawatir, 12,5 persen merasa bosan, 9 persen merasa akan kehilangan kemampuan penguasaan materi, dan 8,3 persen merasa akan butuh liburan jika pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) diperpanjang.
Siswa, khususnya, paling terdampak selama pembelajaran jarak jauh.
Secara psikologis, hal yang membuat peserta survei merasakan hal yang negatif adalah adanya pengurangan penguasaan materi selama PJJ. Siswa, khususnya, paling terdampak selama PJJ. Mereka harus penyesuaian akademis, interaksi sosial terbatas, dan kemungkinan perasaan negatif.
Aspek-aspek psikologis yang timbul seperti itu tidak bisa dibiarkan. Ketidakteraturan dan ketiadaan alat ukur PJJ, seperti belum terbitnya kurikulum dan penyederhanaan kompetensi dasar, semakin membawa dampak negatif kepada siswa. Misalnya, kemampuan akademik mereka turun.
Dari sisi keyakinan terhadap protokol kesehatan di sekolah, 47,7 persen responden tidak yakin, 36,2 ragu-ragu, dan 16,10 yakin. Annisa menduga, pertanyaan survei seperti itu jika diterapkan secara nasional akan menghasilkan jawaban yang mirip.
Menurut dia, penanganan stres kepada siswa diperlukan. Siswa perlu dibekali kemampuan untuk mengenali emosi diri guna menjamin kesejahteraan psikologisnya selama menjalani PJJ. Program konseling teman sebaya (peer counseling ) perlu dikembangkan untuk membantu siswa yang membutuhkan sehingga mereka bisa bersama-sama melewati stres selama PJJ.
”Sebelum ada PJJ karena pandemi Covid-19, tidak semua guru piawai memahami kebutuhan setiap siswa. Ketika PJJ seolah jadi satu-satunya cara, guru bisa stres karena mau tidak mau harus memahami spesifik kondisi siswa. Ditambah lagi, belum semua di antara guru cakap menggunakan teknologi,” kata Annisa.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hamid Muhammad, saat menghadiri webinar ”Pengenalan Lingkungan Sekolah secara Virtual: Menyambut Tahun Ajaran di Kenormalan Baru, Semua Terlibat Semua Hebat”, Sabtu (11/7/2020), menyebutkan, per 5 Juli 2020 terdapat 104 kabupaten/kota masuk zona hijau Covid-19. Sekitar 43 kabupaten/kota di antaranya tidak mengalami penambahan kasus.
Pemerintah daerah yang memutuskan membuka kembali sekolah harus melalui asesmen sesuai dengan arahan daftar periksa di surat keputusan bersama empat menteri. Dia mengingatkan bahwa prinsip PJJ adalah memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, fokus pada pendidikan kecakapan hidup yang bersifat inklusif dan kontekstual, serta penugasan yang bervariasi sesuai dengan minat dan kondisi setempat peserta didik. Pendidik harus memberikan umpan balik yang bersifat kualitatif dan mengedepankan pola interaksi yang positif dengan siswa dan orangtuanya.
Apabila persyaratan PJJ metode daring tidak terpenuhi, guru menyelenggarakan metode luring. Misalnya, menggunakan modul, buku, serta konten pembelajaran di TVRI dan RRI.
”Saya minta setiap satuan pendidikan harus menyiapkan rencana pembelajaran selama satu semester. Kemendikbud juga mendorong sesama guru saling berbagi rencana pembelajaran,” ujarnya.
Susun standar PJJ
Badan Standar Nasional Pendidikan sedang mengembangkan standar pembelajaran jarak jauh jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Abdul Mu’ti menyampaikan, pihaknya sedang mengembangkan standar PJJ jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah guna menjawab amanat dalam Pasal 31 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan sebagai bagian dari upaya penjaminan mutu pendidikan. Saat ini, proses pengembangan draf standar PJJ sudah sampai pada tahap uji publik.
Dalam konferensi pers tanggal 8 Juli 2020, dia menjelaskan, PJJ adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi dan informasi atau media lain. Pembelajaran jarak jauh merupakan alternatif moda PJJ. Sistem PJJ yang semakin berkembang dengan inovasi abad ke-21 merupakan salah satu sistem pendidikan yang memiliki daya jangkau luas lintas ruang, waktu, dan sosio-ekonomi.
BSNP memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan masukan melalui surel Sekretariat BSNP (sekretariat@bsnp.or.id). Sayangnya, dia tidak berkenan membagikan draf uji publik standar PJJ yang dimaksud kepada media.
”Intinya, substansi standar PJJ mengikuti delapan standar nasional pendidikan sesuai dengan UU Sisdiknas. Ada standar waktu dan metode penerapan PJJ, baik metode daring, luring, maupun campuran,” ujarnya.
Setelah ada masukan publik, Abdul mengatakan, BSNP akan membahasnya dalam pleno. Setelah final di BSNP dimintakan pengesahan kepada Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Menteri, menurut rencana, akan menetapkan surat keputusan.
Sementara itu, terkait masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) selama masa pandemi Covid-19, Hamid mengatakan, MPLS tatap muka harus ditiadakan dulu, kendati sekolah berada di zona hijau. Sekolah bisa menggelar MPLS melalui Youtube atau media sosial lainnya untuk mengenalkan profil sekolah. Sementara pengenalan pendidikan karakter bisa dilakukan melalui aplikasi video jarak jauh yang memungkinkan tatap muka. Setelah dua bulan kabupaten/kota zona hijau terbukti tidak ada penambahan kasus, maka MPLS tatap muka bisa digelar.
MPLS metode luring juga tetap harus disiapkan sekolah karena untuk mengantisipasi siswa yang kesulitan akses internet dan keterbatasan gawai. Ini berbentuk poster, buku, modul, atau buklet.
Kepala SMP Negeri 38 Kota Medan Rohanim mengatakan, pihaknya telah mempersiapkan materi MPLS yang sudah didistribusikan secara daring sejak Kamis (9/7/2020) hingga Sabtu (11/7/2020). Materi itu melibatkan alumni, perwakilan dinas, puskesmas setempat, dan Badan Narkotika Nasional.
”Kami sempat menerima sejumlah orangtua yang tetap ingin agar MPLS ataupun pembelajaran dilangsungkan tatap muka di sekolah. Ini tantangan kami sekarang. Sementara Kota Medan masuk zona merah Covid-19,” ujar Rohanim menceritakan salah satu tantangan yang dihadapi.
Baca juga: Sekolah Menyiasati Teknologi Belajar Jarak Jauh
Guru Bimbingan Teknologi Informasi Komunikasi SMP Labschool Jakarta, Wijaya Kusuma, menyampaikan, mulai Senin (13/7/2020) sampai Jumat (17/7/2020) akan digelar MPLS secara daring. Bentuk MPLS bersifat umum dan khusus. Bersifat umum berarti pertemuan tatap muka secara virtual di aplikasi Zoom yang sudah dialokasikan sampai 500 peserta. Sementara bersifat khusus artinya siswa kelas VII bertatap muka dan kenalan di setiap kelasnya secara virtual.
”Kami bahkan sudah menggelar pra-MPLS. Ada guru berjaga di sekolah untuk menjaga kelancaran. Sementara siswa kelas VIII dan IX juga mulai PJJ besok,” katanya.