Pemerintah kabupaten Jayapura dan warga mengalami banjir bandang besar pada Maret 2019.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·5 menit baca
SENTANI, KOMPAS — Fenomena La Nina yang diikuti penguatan hujan menguat sepanjang akhir tahun ini. Sejumlah daerah dengan musim hujan, seperti di wilayah Kabupaten Jayapura, Papua, bersiap menghadapinya. Persiapan mutlak adanya demi mencegah banyaknya korban jiwa, seperti dampak banjir bandang pada 16 Maret 2019.
Pada banjir bandang dan longsor Maret itu, data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Papua menyebut, total kerugian di Kabupaten Jayapura mencapai Rp 506 miliar. Jumlah korban meninggal 105 orang di Kabupaten Jayapura dan 7 orang di Kota Jayapura.
Banjir juga mengakibatkan kerusakan pada 7 jembatan, jalan sepanjang 21 kilometer, 21 sekolah, 115 rumah toko, dan 5 tempat ibadah. Selain itu, sebanyak 291 rumah mengalami rusak berat, 209 rumah rusak sedang, dan 1.288 rumah rusak ringan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jayapura, Jonson Nainggolan, saat ditemui di Sentani pada Rabu (11/11/2020), mengatakan, Bupati Jayapura Matius Awoitauw telah mengeluarkan surat edaran sejak tanggal 27 Oktober 2020 untuk mewaspadai cuaca ekstrem, baik di darat maupun perairan. Cuaca ekstrem diperkirakan dari November 2020 hingga Maret 2021 .
Dalam surat itu, masyarakat dilarang membuka perkebunan dan tinggal di lereng gunung terjal karena rawan longsor. Penghambat banjir dari kantung berisi pasir disiapkan, lalu mengelola tata air dari hulu ke hilir, serta pembentukan tim tanggap bencana di tingkat distrik (kecamatan) dan kampung (desa).
”Diperkirakan curah hujan meningkat 20 persen hingga 40 persen. Hal ini juga dipicu fenomena La Nina. Karena itu, kami terus bersinergi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Papua, organisasi masyarakat seperti Hiroshi dan tentunya warga untuk menyiapkan upaya mitigasi bencana di tengah cuaca ekstrem,” kata Jonson.
Ia menuturkan, BPBD Kabupaten Jayapura telah memetakan sejumlah titik rawan banjir bandang berdasarkan pengalaman pada musibah tahun lalu. Terdapat 13 aliran sungai yang hulunya dari Cagar Alam Gunung Cyloop
”Tiga belas titik ini tersebar di sejumlah daerah di Kabupaten Jayapura, yakni Doyo, Sereh, dan Kemiri. Daerah Doyo dan Kemiri yang kondisinya terdampak paling parah saat banjir bandang tahun lalu,” tutur Jonson.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Jayapura Lenny Pasulu, saat ditemui di tempat yang sama, menambahkan, pihaknya selama setahun terakhir telah melatih warga dan menyiapkan lokasi untuk evakuasi di sejumlah daerah rawan longsor dan banjir bandang seperti Kemiri, Doyo, Tauladan, dan Pos Tujuh.
Ia mengungkapkan, potensi kerawanan bencana hidrometeorologi pada tahun ini lebih besar. Sebab, Kabupaten Jayapura tak hanya dilanda curah hujan tinggi namun juga fenomena La Nina.
”Kami telah menyiapkan sebanyak 150 tenaga relawan BPBD untuk membantu proses evakuasi warga ke tempat yang aman. Para tenaga relawan adalah warga setempat yang mengetahui tanda alam akan terjadinya banjir dan lokasi yang aman untuk evakuasi warga,” ungkap Lenny.
Kepala Subbidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Ezri Ronsumbre memaparkan, Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten Keerom bagian utara telah memasuki musim hujan sejak hari ke-20 pada Oktober 2020.
Dalam kondisi ini berpotensi terjadi hujan lebat meningkat dan berdampak pada potensi kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan banjir bandang.
”Kami mengimbau warga waspada banjir, pohon tumbang dan longsor. Caranya adalah memperhatikan kondisi lingkungan tempat tinggal, seperti saluran air, pohon-pohon tinggi, juga untuk masyarakat yang bertempat tinggi di wilayah bantaran sungai, kaki gunung atau perbukitan,” tutur Ezri.
Orpa Arim (22), salah satu warga yang bermukim di kompleks Perumahan BTN Nauli, daerah Doyo, Distrik Waibu, saat ditemui pada Jumat, mengatakan telah menyiapkan lokasi mengungsi bila terjadi hujan deras berjam-jam.
Orpa merupakan salah satu warga yang selamat saat banjir bandang 2019 menerjang ratusan rumah dan sebuah lapangan terbang pesawat milik lembaga Adventis Aviation di daerah Doyo. ”Saya bersama keluarga lebih meningkatkan kewaspadaan di tengah curah hujan tinggi saat ini. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi banjir bandang tahun ini,” ujar Orpa.
Dua kegiatan
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Edward Sembiring memaparkan, pihaknya melaksanakan dua kegiatan utama mitigasi bencana di kawasan Cagar Alam Cycloop, yakni patroli secara rutin untuk menemukan adanya bendungan alami yang menampung air dan pemulihan ekosistem dengan penanaman pohon endemik.
Dalam patroli, tim BBKSDA Papua bersama Pemkab Jayapura dan organisasi masyarakat setempat membongkar bendungan alami tersebut sehingga mencegah potensi banjir. Terbentuknya bendungan alami tersebut di kawasan cagar alam dipicu adanya longsoran tanah.
”Dalam kegiatan pemulihan ekosistem, kami telah menanam lebih dari 60.000 pohon di kawasan cagar alam seluas 110 hektar. Pohon yang ditanam harus berasal dari kawasan tersebut seperti merbau, bintangur pantai, cemara hutan, lolang hutan, matoa, dan sengon laut,” papar Edward.
Kepala Kepolisian Resor Jayapura Ajun Komisaris Besar Viktor Mackbon mengatakan, pihaknya menyiagakan tiga peleton pasukan atau sebanyak 90 personel untuk membantu warga menyelamatkan diri saat terjadi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor.
Ia pun menyatakan sudah terjadi satu kali banjir pada bulan ini. Data Polres Jayapura, terjadi banjir setinggi 70 sentimeter di Kampung Purnawajati Distrik Yapsi Kabupaten Jayapura pada Kamis (12/11/2020).
Kondisi ini menyebabkan 56 warga mengungsi akibat banjir yang dipicu hujan deras selama lima jam di daerah tersebut. Air dari Sungai Nawa meluap dan menggenangi rumah warga di Kampung Purnawajati. Aparat kepolisian dari Polsek Kaureh membantu proses evakuasi warga ke balai kampung setempat.