Vaksinasi tahap kedua mulai menyasar warga lanjut usia. Sayangnya, informasi tentang penerimaan vaksin bagi kelompok usia ini masih minim.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keterbatasan informasi yang diterima warga lanjut usia membuat mereka hanya memiliki secuil pengetahuan soal vaksinasi Covid-19, termasuk cara mendapatkan vaksin ini. Sebagian warga lansia pun masih memiliki anggapan yang keliru soal vaksinasi.
Tui Tumakar (72), warga RT 001 RW 002 Kelurahan Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, rajin mengikuti perkembangan vaksinasi melalui pemberitaan di televisi. Ia tahu betul, sebelumnya kelompok warga lansia tidak bisa mendapatkan vaksin Covid-19. Aturan tersebut kemudian diubah. Pemerintah kini mengizinkan pemberian vaksin Covid-19 untuk kelompok usia di atas 60 tahun seperti dirinya.
”Dulu, kan, di berita, enggak boleh (lansia mendapatkan vaksin Covid-19). Sekarang sudah boleh. Saya ikuti terus itu dari televisi,” jawabnya saat ditemui pada Kamis (18/2/2021).
Tui bahkan mengetahui, ada sejumlah pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum vaksin disuntikkan. Salah satunya adalah riwayat alergi obat calon penerima vaksin. Namun, bisa atau tidaknya pemilik riwayat alergi obat ini divaksin masih menjadi pertanyaan baginya. Meskipun kerap menyimak pemberitaan, informasi yang Tui terima rupanya masih terbatas.
Saat ini, Tui masih terdaftar sebagai karyawan pada salah satu produsen genset di Jakarta Pusat. Setiap hari dia masih pergi ke kantor dan rumah-rumah konsumen untuk menyervis genset yang bermasalah. Alhasil, dia kerap bertemu banyak orang.
Sebagai warga lansia yang terus menjalani kegiatan produktifnya, Tui mengaku antusias dengan rencana vaksinasi bagi warga lansia. Dia siap menerima vaksin kapan pun. Hanya saja, Tui tidak mengetahui cara menjadi penerima vaksin. Lagi-lagi informasi yang dia dapatkan terbatas perihal ini. Di sisi lain, belum ada pihak mana pun yang mendatanginya untuk keperluan pendataan atau sosialisasi.
”Belum ada (pendataan). Dari RT atau puskesmas juga enggak ada. Tahu, deh, bagaimana itu daftarnya,” ucapnya.
Harapan Tui sangat besar dengan adanya vaksin ini. Dia membayangkan, vaksin tidak sekadar melindungi dirinya sendiri dari paparan Covid-19, tetapi juga keluarga besarnya. Terlebih anak, menantu, dan cucu-cucunya sering berkumpul di rumahnya.
Belum ada (pendataan). Dari RT atau puskesmas juga enggak ada. Tahu, deh, bagaimana itu daftarnya.
Jika diperbolehkan memilih, dia ingin segera mendapatkan vaksin tersebut. Sebab, kekhawatiran Tui pada penularan Covid-19 kini tengah memuncak setelah beberapa tetangga dekatnya terpapar virus ini.
Bahkan, awal tahun 2021, dia sempat dinyatakan positif Covid-19 melalui tes rapid antigen. Namun, saat melakukan tes serupa di dua lokasi yang berbeda, hasilnya negatif.
”Di klinik pertama, saya positif. Saya tes lagi di tempat lain, hasilnya negatif. Besoknya, bos minta saya tes lagi, hasilnya juga negatif. Benar-benar khawatir waktu itu,” katanya.
Untuk yang sehat
Amir (63), warga Kelurahan Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, mengangguk-angguk saat ditanya tahu atau tidaknya dia mengenai vaksin. Namun, saat kembali ditanya soal manfaat vaksin, dia terdiam. Meski belum memahami betul soal vaksin, Amir terang-terangan menolak menerimanya.
”Ya itu, kan, buat orang sakit. Kalau orang sehat buat apa divaksin. Saya, kan, sehat,” ujarnya.
Sebagai penjual sate, Amir mengaku tidak begitu resah dengan merebaknya Covid-19. Satu-satunya yang membuatnya khawatir adalah berkurangnya pembeli di warungnya akibat pembatasan kegiatan saat pandemi.
”Pembeli sekarang tinggal seperempatnya (dibandingkan dengan sebelum pandemi). Saya, mah, biasa saja kalau sama Covid-19. Mau sehat atau sakit, pasrah saja sama Yang di Atas,” kata pria asal Bangkalan, Madura, ini.
Tidak berbeda jauh dengan Amir, Urip (62), warga Kelurahan Karet Tengsin, Tanah Abang, belum memahami tentang vaksinasi Covid-19. Dia mengaku sering mendengar istilah tersebut dari teman atau tetangganya. Meski belum paham, dia mengaku siap divaksin.
Jangankan mekanisme pendaftaran, Urip bahkan tidak mengetahui kapan vaksinasi dimulai. ”Ya tahu saja (soal vaksinasi) dari teman-teman. Buat apanya (vaksinasi), enggak tahu. Siap saja kalau dikasih,” katanya.
Sebelumnya, Sachuri (72), warga Bendungan Hilir, Tanah Abang, menganggap warga lansia tidak bisa mendapatkan vaksinasi Covid-19. Namun, setelah mendapatkan penjelasan dari Kompas, dia baru mengetahui bahwa warga lansia berhak mendapatkan vaksin.
Meski siap menerima vaksin, Sachuri enggan mendaftar atau menawarkan diri. Dia hanya bersedia divaksin jika ada petugas terkait yang mendatanginya ke rumah.
”Kalau minta (divaksin), saya enggak mau, tetapi kalau dikasih, saya siap. Kalau dikasih berarti, kan, memang ada jatah buat saya. Tetapi, kalau saya minta, mungkin sebenarnya itu jatah vaksin untuk orang lain yang lebih membutuhkan,” ujarnya.
Kepala Humas Puskesmas Kecamatan Palmerah Ary Nurhayati mengatakan, hingga kini pihaknya masih menunggu aturan teknis vaksinasi bagi orang lansia yang diterbitkan Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Di saat yang bersamaan, vaksinator di Puskesmas Kecamatan Palmerah saat ini masih fokus menyelesaikan vaksinasi tahap kedua bagi tenaga kesehatan.
”Kami belum membuat SOP sama sekali untuk warga lansia karena belum ada instruksi dari Dinas Kesehatan DKI,” katanya saat dihubungi.
Sebelumnya, pemerintah telah memperluas cakupan vaksinasi guna mengendalikan pandemi Covid-19. Rabu (17/2/2021), vaksinasi sudah dilakukan kepada para pedagang Pasar Tanah Abang sebagai representasi dari pekerja dan pelayan publik.
Sementara pada Kamis pagi, pihak Puskesmas Kecamatan Palmerah juga telah memberikan sosialisasi vaksinasi kepada para pedagang di Pasar Slipi, Jakarta Barat. Dalam hal ini, Ary juga mengaku belum ada aturan teknis mengenai vaksinasi bagi pedagang pasar lansia.
”Sebelum mereka terpapar hoaks, kami berikan informasi mengenai apa itu vaksin, apa kegunaannya, bagaimana efek sampingnya. Ada sekitar 300 pedagang yang disasar,” katanya.
Hal yang sama diungkapkan Kepala Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Rully Dewi Anggraeni. Menurut dia, pendataan vaksinasi bagi para lansia saat ini masih ditunda. Dia masih menunggu arahan dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
”Untuk sementara ditunda dulu sesuai informasi yang saya dapat. (Aturannya) masih menunggu dari dinas,” ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta belum memberikan komentar apa pun mengenai mekanisme pendataan vaksinasi bagi kelompok lansia. Sementara di saat yang bersamaan, tautan pendaftaran vaksinasi mulai tersebar di media sosial. Akan tetapi, tautan itu tidak jelas asalnya dan tidak bisa digunakan warga lansia untuk mendaftar.