logo Kompas.id
Bebas AksesMenghirup Segar di Hutan...
Iklan

Menghirup Segar di Hutan Gelora Bung Karno

Warga yang berkunjung ke Hutan Kota GBK berasal dari latar belakang beragam. Ada kalangan pekerja, keluarga, siswa, hingga muda-mudi yang tengah dimabuk asmara.

Oleh
STEFANUS ATO
· 5 menit baca
Warga bersantai sembari menikmati suasana sore di Hutan Kota Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (25/6/2023).
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Warga bersantai sembari menikmati suasana sore di Hutan Kota Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (25/6/2023).

Lalu lintas Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat, padat pada Kamis (22/6/2023) sore. Para pekerja yang baru bubar dari gedung-gedung tinggi di kawasan Senayan hingga Sudirman Central Business District, Jakarta Selatan, berpacu dengan waktu kembali ke kediaman masing-masing.

Hiruk-pikuk kendaraan bermotor dan lalu lalang manusia di salah satu pusat ekonomi Jakarta itu seolah-olah terhenti di Hutan Kota Gelora Bung Karno (GBK), Senayan. Di tempat ini, warga bersantai, mengobrol, bercanda ria, sembari menikmati rerumputan hijau hingga asyik menonton ikan-ikan yang berkejaran di kolam.

Warga yang berkunjung ke Hutan Kota GBK sore itu berasal dari latar belakang yang beragam. Ada kalangan pekerja, keluarga, siswa, hingga muda-mudi yang tengah dimabuk asmara.

Winda (20) dan Alfin Maulana (23), misalnya, seusai mengikuti mata kuliah sore di kampus mereka di wilayah Grogol, Jakarta Barat, memutuskan mampir di Hutan Kota GBK. Di tempat itu, mereka asyik mengobrol di atas rerumputan taman kota tersebut.

”Sering mampir ke sini. Lumayan untuk refreshing. View-nya juga keren,” kata Alfin, Kamis sore.

Baca juga : Warga Antusias Sambut LPS Monas Half Marathon

Warga memberi makan ikan di kolam Hutan Kota Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (25/6/2023). Ruang terbuka hijau di Kompleks GBK ini dulunya adalah lahan lapangan golf <i>driving range</i>.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Warga memberi makan ikan di kolam Hutan Kota Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (25/6/2023). Ruang terbuka hijau di Kompleks GBK ini dulunya adalah lahan lapangan golf driving range.

Tak jauh dari tempat sepasang kekasih itu, ada pula sekeluarga bersama anak-anak mereka tengah asyik berfoto di tepi kolam yang menjadi tempat bermain-main ikan. Keluarga yang berasal dari wilayah Cideng, Jakarta Pusat, itu sengaja mampir ke Hutan Kota GBK seusai berputar-putar seharian di salah satu pusat perbelanjaan yang hanya berjarak ratusan meter dari area GBK.

Berlii (35), salah satu dari anggota keluarga itu, mengatakan, mereka awalnya mengetahui Hutan Kota GBK dari posting-an Instagram. Sejak saat itu, saat sedang berada di sekitar kawasan Senayan, mereka biasanya mampir ke tempat itu untuk sekadar berfoto-foto atau mengajak anak-anak bermain.

Hutan Kota GBK tergolong unik karena menawarkan pemandangan alam berpadu dengan gedung-gedung tinggi. Salah satu ikon ibu kota ini bakal pula menjadi bagian dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Monas Half Marathon pada Minggu (2/7/2023). Lomba lari itu mengambil rute 21 kilometer dari Monas, Patung Kuda, Patung Selamat Datang, Lapangan Banteng, dan berakhir di GBK.

Di GBK, seperti para pengunjung harian yang menemukan oase di hutan kotanya, para pelari peserta LPS Monas Half Marathon pun akan disambut dengan keunikan ruang terbuka hijau seluas 4 hektar itu. Hutan Kota GBK menawarkan beragam fasilitas yang membuat betah. Ada fasilitas jogging track, lapangan rumput, kolam ikan, pos keamanan, bangku taman, toilet, dan ruang ganti. Untuk urusan perut, ada beragam tempat makan di sekitar taman tersebut.

Baca juga: Taktik Mencapai 30 Persen Ruang Terbuka Hijau di Jakarta

Warga bersantai sembari menikmati suasana sore di Hutan Kota Gelora Bung Karno, Jakarta, dengan latar gedung pencakar langit, Minggu (25/6/2023).
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Warga bersantai sembari menikmati suasana sore di Hutan Kota Gelora Bung Karno, Jakarta, dengan latar gedung pencakar langit, Minggu (25/6/2023).

Kebutuhan warga kota

Iklan

Keberadaan hutan kota ataupun ruang terbuka hijau di Jakarta selalu dirindukan warganya untuk sekadar melepas penat atau sebagai tempat refreshing yang murah meriah. Apalagi, kondisi Jakarta yang selalu bising dan padat, hutan kota kerap menjadi pelarian warga dari rutinitas yang menjenuhkan.

Dari jajak pendapat Kompas pada 10-13 Mei 2022, diketahui kalau mayoritas responden berkunjung ke taman kota untuk rekreasi atau persentasenya mencapai 73,8 persen. Adapun warga yang berkunjung untuk tujuan olahraga 30 persen, berburu kuliner 20,1 persen, dan berkunjung dengan tujuan menghadiri acara 11,2 persen.

Dari jajak pendapat tersebut juga diketahui bahwa warga yang berkunjung ke taman kota didominasi kalangan menengah ke bawah. Persentase responden kalangan menengah yang berkunjung ke taman kota mencapai 78,9 persen. Warga status ekonomi menengah dan bawah menjadikan taman kota sebagai alternatif tujuan rekreasi yang murah meriah.

Kebutuhan warga akan taman kota belum sebanding dengan ketersediaan taman kota di Jakarta. Berdasarkan data dari laman jakartasatu.jakarta.go.id, ruang terbuka hijau (RTH) DKI Jakarta sebesar 33,33 juta meter persegi atau 33,33 kilometer persegi. Jumlah itu mencakup 5,18 persen dari luas Jakarta yang mencapai 664,01 kilometer persegi.

Cakupan yang ada tersebar di Jakarta Timur sebanyak 26,2 persen, Jakarta Selatan 24,92 persen, Jakarta Utara 20,87 persen, Jakarta Pusat 12,69 persen, Jakarta Barat 8,64 persen, dan null (belum diketahui) 6,61 persen.

Baca juga: Ruang Gerak Masyarakat Menengah Bawah di Taman Kota

Warga bersantai sembari menikmati suasana sore di Hutan Kota Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (25/6/2023).
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Warga bersantai sembari menikmati suasana sore di Hutan Kota Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (25/6/2023).

Berdasarkan jumlah obyek, ada 2.307 RTH, 1.710 jalur hijau, 1.335 taman lingkungan, 140 belum diketahui, 133 taman interaktif, 123 hutan kota, 114 pemakaman, 77 taman kota, 18 lapangan olahraga, 17 kebun bibit, dan 10 taman rekreasi.

Cakupan 5,18 persen RTH yang ada saat ini masih jauh dari ketentuan yang disyaratkan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam aturan itu, proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayahnya dan proporsi RTH publik paling sedikit 20 persen.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terbilang sangat lamban, tidak kreatif, tidak serius dalam menambah luasan RTH kota secara signifikan.

Menambah RTH

Nirwono Joga dari Pusat Studi Perkotaan, saat dihubungi, Senin (26/6/2023), mengatakan, hutan kota sangat berperan penting sebagai ruang terbuka hijau (RTH) kota lantaran mempercepat perbaikan kualitas udara kota, menciptakan iklim mikro yang baik, menyerap air dalam jumlah besar, dan sebagai habitat satwa liar. Namun, keberadaan hutan kota di Jakarta dinilai masih sangat sedikit.

”Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terbilang sangat lamban, tidak kreatif, tidak serius dalam menambah luasan RTH kota secara signifikan. Padahal, potensi RTH masih banyak seperti bantaran sungai, bantaran rel kereta api, kolong jalan layang, bawah SUTET, median dan trotoar,” ucap Nirwono.

DKI Jakarta juga memiliki taman, situ, danau, embung, hingga tepi pantai kawasan pesisir yang dapat dikembangkan menjadi hutan kota. Langkah-langkah mengoptimalkan lahan yang ada dinilai lebih mudah daripada membeli lahan karena mahal dan prosesnya rumit.

Rombongan keluarga berpiknik di hamparan rumput hijau di Hutan Kota GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (30/4/2023).
KOMPAS/RIZA FATHONI

Rombongan keluarga berpiknik di hamparan rumput hijau di Hutan Kota GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (30/4/2023).

”Jakarta masih punya potensi RTH publik sekitar 14 persen yang dapat dioptimalkan. Jakarta juga punya potensi RTH privat sebesar 16 persen yang bisa ditetapkan sebagai RTH privat. (Tentu) dengan kompensasi dan insentif menarik kepada masyarakat yang mau menyediakan lahan pribadi sebagai RTH privat,” kata Nirwono.

Ajang yang melibatkan publik seperti LPS Half Marathon diharapkan tak sekadar lomba lari, tetapi turut mengenalkan warga pada kotanya. Dari kenal bakal tumbuh rasa senang dan memiliki. Hal tersebut diyakini dapat memacu perhatian dan dorongan publik ataupun pemerintah daerah setempat agar Jakarta memperbaiki citra ataupun kualitas kotanya. Perbaikan kualitas itu di antaranya dengan mempercepat penambahan RTH.

Jika makin banyak tempat seperti Hutan Kota GBK, pasti Jakarta makin asyik.

Editor:
NELI TRIANA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000