logo Kompas.id
Bebas AksesMemperkuat Akar Budaya Osing...
Iklan

Memperkuat Akar Budaya Osing di Kalangan Anak Muda

Anak-anak muda Banyuwangi di Jawa Timur diajak mengenal dan mencintai pangan lokal Osing. Kegiatan itu dilakukan sebagai rangkaian dari pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan desa di Desa Kemiren.

Oleh
DAHLIA IRAWATI, BUDI SUWARNA
· 5 menit baca
Peserta makan bersama masyarakat dengan makanan khas Desa Kemiren dalam acara Festival Kemiren 2023 di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (17/11/2023). Festival Kemiren dengan tema Raksa Rumyat Bentur ini bertujuan untuk memuliakan pangan lokal masyarakat Osing.
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Peserta makan bersama masyarakat dengan makanan khas Desa Kemiren dalam acara Festival Kemiren 2023 di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (17/11/2023). Festival Kemiren dengan tema Raksa Rumyat Bentur ini bertujuan untuk memuliakan pangan lokal masyarakat Osing.

BANYUWANGI, KOMPAS — Anak-anak muda Banyuwangi di Jawa Timur diajak mengenal dan mencintai pangan lokal Osing. Kegiatan itu dilakukan sebagai rangkaian dari pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan desa di Desa Kemiren.

Pengenalan pangan lokal Osing tersebut dilakukan dalam sesi Bincang Pangan Lokal Osing di Desa Adat Kemiren, Banyuwangi, Jumat (17/11/2023) malam. Sasaran bincang adalah puluhan siswi SMA/SMK se-Kabupaten Banyuwangi. Para siswi dipilih karena perempuan memiliki peran utama dalam hal kuliner serta tradisi masak Osing.

Kegiatan digelar Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bekerja sama dengan Desa Adat Kemiren. Kerja sama desa dan kementerian itu sudah berlangsung selama tiga tahun.

Kegiatan kali ini berupa Festival Adat Kemiren ”Raksa Rumyat Bentur” dan digelar mulai 17-19 November 2023. Rangkaian acara berupa bincang pangan lokal bertujuan memuliakan pangan lokal, mocoan lontar Yusuf, workshop, cooking class, pertunjukan seni janger dan barong Banyuwangi, serta festival jajanan pasar khas Osing. Selama acara, peserta disuguhi aneka makanan khas Osing, seperti pecel pithik, tumpeng serakat, sego golong, dan set selamatan tumpeng sewu.

Baca juga: Masyarakat Adat Osing Butuh Perda Pengakuan dan Perlindungan

Ketua Lembaga Adat Kemiren Suhaimi mendoakan makanan yang akan dimakan para peserta di acara Festival Kemiren 2023 di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (17/11/2023).
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Ketua Lembaga Adat Kemiren Suhaimi mendoakan makanan yang akan dimakan para peserta di acara Festival Kemiren 2023 di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (17/11/2023).

Hal menarik di antaranya rangkaian acara adalah Bincang Pangan Lokal. Hadir sebagai narasumber malam itu adalah Ketua Ijen Geopark Abdillah Baraas serta Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Osing Wiwin Indiarti. Abdillah membawakan materi keterkaitan geologi dengan kondisi vegetasi di Desa Kemiren, sedangkan Wiwin membawakan materi tentang Makanan Ritual Osing. Hadir dalam acara tersebut Kepala Pokja Ketahanan Budaya Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek Syukur Asih Suprojo memberikan sambutan terkait kegiatan di sana.

”Kegiatan ini merupakan tahun ketiga dalam rangkaian program pemajuan kebudayaan desa. Tahun pertama adalah temu kenali potensi budaya desa, tahun kedua pengembangan potensi desa, dan tahun ketiga adalah pemanfaatan potensi desa. Kami pilih Desa Kemiren karena kalau dilihat dari obyek pemajuan kebudayaan, di sini komplet. Ada ritual, pengetahuan kebudayaan tradisional, seni, dan lainnya. Desa Kemiren ini jadi pilot project dari 230 desa lain dalam program Pemajuan Kebudayaan Desa,” kata Syukur.

Menurut Syukur, Kemendikbudristek memilih program tersebut karena desa adalah jantung atau akar kebudayaan. ”Kebudayaan di desa ini dilakukan turun-temurun. Banyak local heroes yang harus diperbanyak, dan harapannya bisa direplikasi di desa-desa lain,” katanya.

Baca juga: Sekolah Adat Osing Pesinauan, Upaya Mewariskan Nilai dan Tradisi

Ragam makanan khas masyarakat Desa Kemiren dijelaskan pembicara di acara Festival Kemiren 2023 di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (17/11/2023).
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Ragam makanan khas masyarakat Desa Kemiren dijelaskan pembicara di acara Festival Kemiren 2023 di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (17/11/2023).

Namun, Syukur mencatat, tidak semua desa bisa jadi desa wisata. Ia memiliki data bahwa sebelumnya ada desa dipaksakan menjadi desa wisata, tetapi akhirnya tidak berkembang karena tidak punya akar budaya kuat. ”Di Kemiren ini memiliki kekuatan budaya sehingga insya Allah desanya akan bisa berkembang dan memberi manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat hingga kesejahteraan meningkat,” kata Syukur.

Iklan

Adapun Ketua Ijen Geopark Abdillah Baraas mengatakan bahwa secara geologi, Desa Kemiren merupakan daerah agraris. Ini karena terkait letusan gunung. Di mana dampaknya, saat gunung meletus tanahnya jadi subur.

”Karena itu, harusnya potensi tanaman di tanah subur ini harus dijaga. Minimal tanaman yang harus ada di sini adalah tanaman yang menjadi toponimi (penanda nama daerah) di masa lalu. Jadi jika Desa Kemiren itu berasal dari Kemiri dan Duren, saat ini minimal tanaman itu harusnya ada di sini,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Abdillah juga menyampaikan beberapa tanaman berpotensi lain yang ada di Desa Kemiren. Beberapa tanaman disebut memiliki keunikan dan bermanfaat, misalnya untuk pewarna alami (pandan), ritual (kenanga), dan obat (suruh). ”Dengan demikian, anak-anak itu (peserta) tahu bahwa di masa lalu, nenek moyangnya sudah pintar membuat pabrik alami dari bahan alami sehingga tidak berbahan kimia seperti saat ini,” katanya.

Baca juga: Selametan Sawah, Bermohon agar Panen Berlimpah

Peserta mendengarkan mocoan lontar Yusuf dalam acara Festival Kemiren 2023 di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (17/11/2023). Festival Kemiren dengan tema Raksa Rumayat Bentur ini bertujuan untuk memuliakan pangan lokal masyarakat Osing.
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Peserta mendengarkan mocoan lontar Yusuf dalam acara Festival Kemiren 2023 di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (17/11/2023). Festival Kemiren dengan tema Raksa Rumayat Bentur ini bertujuan untuk memuliakan pangan lokal masyarakat Osing.

Berikutnya, Ketua AMAN Osing Wiwin Indiarti menyampaikan bahwa masyarakat adat gunung, seperti Osing, selalu erat dengan alam. Kgiatan-kegiatan tersebut, menurut dia, bagian dari mengokohkan identitas dan kebanggaan Osing.

”Pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan itu harus ditindaklanjuti dengan perlindungan dan pembinaan. Jangan hanya dimanfaatkan tanpa dilindungi karena akan berdampak buruk pada kebudayaan. Itu sebabnya, gerakan kebudayaan seperti ini harus dilakukan bersama-sama, tidak bisa sendiri-sendiri,” katanya.

Misalnya, menurut Wiwin, jika di Desa Kemiren ada kearifan lokal terkait tetumbuhan yang sangat erat kaitannya dengan tradisi, pemerintah sudah sepatutnya mendukung pelestariannya. ”Misalnya, pemerintah bisa lewat dinas lingkungan hidup atau dinas pertanian. Kalau di daerahnya ada masyarakat adat atau lokal dengan kekhasannya terkait alam (tanaman), tanaman lokal di sana bisa dikembangkan sehingga varietas lokal tidak hilang,” katanya.

Baca juga: Wiwin Indarti Pengabdi Budaya Osing

Peserta acara Festival Kemiren berbincang dengan masyarakat setempat di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (17/11/2023).
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Peserta acara Festival Kemiren berbincang dengan masyarakat setempat di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (17/11/2023).

Wiwin menjelaskan, kuliner Osing sangat erat kaitannya dengan alam dan ritual. Salah satu contohnya, tumpeng serakat yang terdiri dari tumpeng dengan sejumlah tanaman sebagai lalapan. Lalapan yang disediakan seperti kacang panjang, daun katu, dan mentimun.

Untuk itukah, tetumbuhan menjadi penting sebagai bagian dari kehidupan dan ritual Osing, menurut Wiwin, sudah sepatutnya untuk dijaga dan pengetahuannya diwariskan turun temurun. Tujuannya, agar tidak punah.

Adapun terkait kegiatan itu, Bulan Rizka (21), siswi SMAN 1 Rogojampi yang menjadi salah satu peserta, mengaku sangat tertarik dan menimba ilmu cukup banyak dalam kegiatan itu. ”Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat dan penting. Kami diajak mengenali dan mencintai makanan punya kita sendiri. Sangat penting bagi generasi muda seperti kami yang kadang tidak tahu bahwa makanan lokal sangat beragam dan banyak manfaatnya,” katanya.

Acara hari itu dilanjutkan dengan makan bersama sajian kuliner Osing berupa pecel pithik, tumpeng serakat, sego golong, dan set tumpeng sewu. Kegiatan ditutup dengan gebyar seni janger Banyuwangi bertema ketahanan pangan.

Baca juga: Kedai Kopi dan Pergulatan Identitas Banyuwangi

Editor:
SUSY BERINDRA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000