logo Kompas.id
Bebas AksesKala ”Roh Papua” Menari di...
Iklan

Kala ”Roh Papua” Menari di Pesisir Kaldera Toba

Patung khas Kamoro, yaitu Mbitoro dan Wemawe, turut menghiasi Taman Totem Dunia yang berada di pesisir Danau Toba. Taman itu merupakan refleksi dari niat untuk merajut keragaman Indonesia dan dunia.

Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
· 5 menit baca
Bupati Samosir Vindo L Gultom dan tua-tua adat masyarakat Samosir, Kamis (23/11/2023), <i>manortor</i> bersama saat peresmian Taman Totem Dunia di Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO

Bupati Samosir Vindo L Gultom dan tua-tua adat masyarakat Samosir, Kamis (23/11/2023), manortor bersama saat peresmian Taman Totem Dunia di Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Untuk sementara malam menyembunyikan keindahan Samosir. Pekatnya terusir oleh lampu dari geladak KMP Sumut-II, feri yang melayani penyeberangan dari Tigaras di Simalungun ke Simanindo, Samosir, Sumatera Utara.

Saat awan yang menggantung menutup semarak bintang-bintang, riak permukaan Danau Toba memainkan pantulan sinar lampu itu. Sesaat, butiran-butiran gerimis yang melintas membawa pelangi. Selebihnya, selepas senja pada Rabu (22/11/2023), Toba berselimut gelap.

Baca juga : Wisata Danau Toba yang Makin Marak

Sekitar dua bulan lalu, dalam suasana yang lebih kurang sama, Leander Kaumapokeyau membakar beberapa batang rokok. Asapnya membubung seiring lagu berisi doa yang dilantunkannya lirih untuk para leluhur. Tak jauh darinya, bungkusan berisi sirih, buah pinang, dan tembakau yang dibawanya jauh-jauh dari Timika, Papua, dibuka lebar-lebar.

”Bersama ini kami menyerahkan dua patung kayu, Mbitoro dan Wemawe, kepada warga di sini,” kata Leander, sesepuh dan pemegang hak adat untuk ritual pemberian nama dalam komunitas suku Kamoro, Papua. Doa Leander didaraskan agar para leluhur warga Kamoro menyertai proses pembongkaran hingga pemasangan Wemawe dan Mbitoro.

Salah satu totem asal Kamoro tengah dibongkar. Foto diambil pada Selasa (26/9/2023).
KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO

Salah satu totem asal Kamoro tengah dibongkar. Foto diambil pada Selasa (26/9/2023).

Pada Selasa (26/9/2023) sore itu, Leander tidak sendiri. Bersama Frederikus Manakopearu, pemegang adat Mbitoro, ia mengiringi kedatangan dua totem raksasa berdiameter lebih dari 1 meter dengan tinggi lebih dari 7 meter itu. Setelah menempuh perjalanan laut dan darat, total sekitar 5.000 kilometer, dua totem tersebut tiba di Pangururan, ibu kota Samosir.

Dengan menggunakan dua truk pengangkut peti kemas, dua totem yang diukir oleh 14 pengukir Kamoro itu dibawa dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menuju Pangururan yang berada di pesisir Danau Toba. Sebelumnya, menurut Vice President Government Relation PT Freeport Indonesia Jonny Lingga, kedua totem tersebut diangkut menggunakan kapal dari Pelabuhan Amamapare yang dikelola PT Freeport Indonesia menuju Tanjung Priok.

Baca juga : Strategi Pengembangan Pariwisata Danau Toba

Kedua totem khas Suku Kamoro itu akan melengkapi koleksi Taman Totem Dunia, salah satu segmen pada proyek penataan Waterfront City Pangururan. Proyek yang dikembangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat itu merupakan bagian dari pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional Danau Toba.

Salah satu arsitek yang terlibat dalam proyek tersebut, Tony Sianipar, menjelaskan, Waterfront City Pangururan memanjang hingga 1,5 kilometer. Selain Mbitoro dan Wemawe dari Timika, pada segmen Taman Totem Dunia diletakkan juga tiga patung khas Batak yang menyimbolkan Dalihan Na Tolu, pandangan hidup sekaligus relasi kekerabatan dalam komunitas masyarakat Batak.

Salah satu motif pada patung Dalihan Na Tolu. Foto diambil pada Selasa (26/9/2023) di Danau Toba, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO

Salah satu motif pada patung Dalihan Na Tolu. Foto diambil pada Selasa (26/9/2023) di Danau Toba, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

”Nantinya, Taman Totem Dunia ini akan dilengkapi pula patung dari masyarakat adat Dayak, totem dari Jepang, dan totem dari Selandia Baru,” kata Tony.

Selain itu, pada taman yang memanjang di pesisir Danau Toba tersebut ada pula Pelataran Samosir, di mana warga dapat menikmati pemandangan Danau Toba sembari duduk, ”air mancur bermain”, serta tayangan tentang Danau Toba dan budaya lokal yang diproyeksikan pada ”tabir air”.

Iklan

Meskipun berada di Samosir, menurut Tony, sejatinya Taman Totem Dunia merupakan refleksi dari niat untuk merajut keragaman Indonesia dan dunia. Totem dipilih karena benda budaya itu merefleksikan filosofi sekaligus kekayaan serta idea suatu masyarakat. Ketika dipadu dalam satu atmosfer bersama, kehadirannya mewakili perjumpaan antarkomunitas dan budaya.

Lihat juga : Konservasi Satwa PT Freeport Indonesia di Mile 21

Jonny Lingga mengatakan, PT Freeport Indonesia sepakat dengan gagasan itu. Ketika mendapat tawaran untuk terlibat dalam proyek tersebut, salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia itu segera menyanggupi. ”Kami lantas mengusulkan Mbitoro dan Wemawe untuk turut melengkapi Taman Totem Dunia. Kebetulan komunitas adat Kamoro, tempat kami berada, memiliki kekayaan budaya dan keahlian mengukir yang luar biasa, dan kami ingin membagikannya untuk masyarakat dan dunia,” kata Jonny.

”Wajah” leluhur

Dalam komunitas masyarakat Kamoro, Wemawe adalah patung adat yang menggambarkan sosok leluhur suku Kamoro. Wemawe biasanya dibuat dengan bagian tengah totem kosong. Sementara Mbitoro adalah totem sakral yang biasanya mengadopsi sosok binatang atau manusia. Secara fisik, pada bagian puncak, Mbitoro memiliki satu ”sayap”.

Salah satu motif ukiran pada Mbitoro hasil karya pengukir Kamoro, Timika, Papua. Foto diambil pada Kamis (23/11/2023) di Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO

Salah satu motif ukiran pada Mbitoro hasil karya pengukir Kamoro, Timika, Papua. Foto diambil pada Kamis (23/11/2023) di Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Dalam tradisi suku Kamoro, Mbitoro dibuat untuk mengiringi dan menjadi salah satu bagian pokok upacara Karapao. Beberapa ciri yang menandai sifat sakral Mbitoro dimulai dari proses awal totem itu dibuat. Ada upacara khusus untuk mencari kayu khusus, biasanya dari sejenis pohon bakau yang memiliki akar mirip sayap, lantas dilanjutkan dengan ritual pemotongan hingga pengangkutan serta ritual untuk memulai pengukiran. Setelah proses itu tuntas, Mbitoro lantas diarak dan ditempatkan di rumah Karapao.

Karapao adalah upacara inisiasi, menandai masa akil balig pemuda-pemuda Kamoro. Ada beragam keterampilan dan ritual yang harus dipenuhi oleh anak-anak yang terlibat dalam upacara adat itu. Oleh karena itu, sebagai bagian dari upacara inisiasi, Mbitoro tidak sekadar menjadi penghias. Mbitoro adalah bagian integral dari proses pendewasaan anak-anak Kamoro.

Baca juga : Membangkitkan Magis Seni Ukir Kamoro

Dalam Karapao, kayu yang dibuat untuk Mbitoro adalah kayu pohon bakau. Kali ini, Mbitoro dan Wemawe yang dibuat untuk melengkapi Taman Totem Dunia terbuat dari kayu besi. Menurut Luluk Indarti dari Yayasan Maramowe, lembaga yang mewadahi pengukir-pengukir Kamoro, dua totem asal Timika itu dibuat dari kayu besi. Salah satu dari totem itu, Wemawe, dibuat dari satu pohon tumbang yang memiliki tinggi batang utama 30 meter.

Para pengukir Kamoro menarikan tarian tradisional saat peresmian Taman Totem Dunia, Kamis (23/11/2023), di Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO

Para pengukir Kamoro menarikan tarian tradisional saat peresmian Taman Totem Dunia, Kamis (23/11/2023), di Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Para pengukir asal Kamoro, Kabupaten Mimika, Papua, disambut tarian adat Batak menjelang peresmian Taman Totem Dunia, Kamis (23/11/2023), di Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO

Para pengukir asal Kamoro, Kabupaten Mimika, Papua, disambut tarian adat Batak menjelang peresmian Taman Totem Dunia, Kamis (23/11/2023), di Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

”Proses pembuatan dimulai pada Mei lalu, saat kami mencari kayu yang cocok untuk membuat totem-totem itu. Pengukiran dilakukan pada pertengahan Juli dan selesai pada 15 Agustus. Sebanyak 14 pengukir terlibat dalam proyek ini,” kata Luluk.

Pada upacara peresmian yang dihadiri pula oleh Bupati Samosir Vandiko T Gultom, Kamis (23/11/2023), para pengukir itu turut datang. Mereka menyajikan tari-tarian asli Kamoro sembari secara adat ”meresmikan” kedua totem tersebut. Vandiko mengatakan, Samosir yang dalam khazanah budaya Batak menjadi titik awal, sianjur mula-mula, merasa terhormat menjadi tempat berjumpaan dua budaya Indonesia itu.

Meskipun terik siang memanggang, perhatian warga yang hadir terus tersita. Saat para pengukir yang mengenakan pakaian tradisional Kamoro tiba di Pantai Pangururan, warga menyambutnya dengan seruan ”horas!”.

Baca juga : Danau Toba untuk Destinasi Wisata Olahraga

Tarian adat Toba pun menyambut, lantas warga dari dua budaya berbeda itu berjalan beriring sambil menari. Mereka membawakan tarian adat dari suku masing-masing, diiringi dengan gondang (Toba) serta tifa (Timika). Dewan Adat Toba yang menyambut kehadiran mereka mengapresiasi perjumpaan itu. Luluk mengungkapkan, para pengukir pun merasa gembira. Mereka dapat terlibat untuk memperkenalkan Papua kepada warga Toba dan dunia.

Kesepakatan untuk mempertemukan simbol-simbol budaya dari latar yang berbeda ternyata mampu menghadirkan kegembiraan bagi warga, dan semoga dunia.

Editor:
FRANSISCA ROMANA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000