Ragam Pustaka
Menapak Jejak Sang ”Kuda Besi”
Perkembangan kereta api, khususnya lokomotif uap, dimulai saat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api swasta pertama di Hindia Belanda yang didirikan pada 1863, mendapat konsesi untuk membangun jalur dari Semarang menuju Yogyakarta. Dalam perintisan jalur awal itu, NIS mendatangkan lokomotif buatan pabrik Borsig-Jerman yang digunakan untuk mengangkut material jalan rel, sekaligus menjadi sarana berlatih bagi para calon masinis.
Pada kisaran tahun 1866-1869, lokomotif uap banyak didatangkan dari berbagai pabrik lokomotif terkenal Eropa. Lokomotif-lokomotif itu digunakan untuk mengangkut komoditas seperti gula pasir yang diekspor ke Eropa serta melayani angkutan penumpang. Selain sejarah kedatangan kereta api, buku ini juga menginventarisasi berbagai armada lokomotif uap yang pernah beroperasi di Indonesia, termasuk informasi tentang maskapai dan kisah masinisnya. Penulis ingin mengingatkan akan peran penting lokomotif uap dalam perjalanan bangsa. (AEP/Litbang Kompas)
Ragam Pesona Kereta Api Indonesia
Dunia perkeretaapian Indonesia memiliki sejarah panjang yang merentang jauh sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Pembangunan jalur kereta api pertama di Indonesia dilakukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Mr. LAJ Baron Sloet van den Beele pada 17 Juni 1864 di Semarang. Ayunan cangkul pertama sang gubernur menjadi tengara mula perkeretaapian Indonesia, yang dalam perjalanannya mewariskan beragam keunikan jenis lokomotif dan kereta, kemegahan dan eksotisme infrastruktur perkeretaapian, hingga aktivitas manusia dan budayanya.
Buku The Indonesian Railways (PT Kereta Api Indonesia, 2012) mengeksplorasi ragam pesona perkeretaapian Indonesia itu. Tim penulis menyuguhkan informasi mengenai berbagai jenis lokomotif dan kereta dalam balutan foto-foto berlatar belakang alam yang memesona, salah satunya adalah Lori Wisata Kaliraga yang menelusuri keindahan pegunungan di timur provinsi Jawa Timur. Ada pula keunikan Trem Rasuna Epicentrum, trem bernuansa klasik yang beroperasi sejak 2012 ini menghadirkan romantisme masa lalu di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.
Dari sisi infrastruktur, stasiun-stasiun bersejarah tersaji. Seperti Stasiun Tanggung di Jawa Tengah, stasiun perintis yang tetap dipertahankan keaslian bentuk bangunannya. Buku ini juga mengulas keagungan jembatan-jembatan dan terowongan yang masih berdiri kokoh hingga kini, serta keanekaragaman unsur-unsur perkeretaapian lainnya. Melalui buku ini, diharapkan tumbuh kepedulian dan kebanggaaan atas kehadiran dan peran kereta api bagi bangsa Indonesia. (AEP/Litbang Kompas)