Pembela Laut dan Kehormatan Negeri
Jauh sebelum Kartini dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan, ribuan janda di Aceh mati syahid sebagai pejuang. Taktik dan keberanian membawa mereka pada kemenangan. Belanda berhasil diusir dari perairan Aceh abad ke-16.
Kemenangan itu tak lepas dari pemimpin perang bernama Keumalahayati. Dialah laksamana perempuan pertama di dunia. Tahun 1599, perempuan yang akrab dipanggil Malahayati itu memimpin 2.000 tentara Inong Balee. Para prajurit pasukan adalah janda-janda yang tengah berduka. Mereka kehilangan para suami yang gugur di medan perang.
Rasa duka akhirnya mengobarkan semangat dan keberanian. Para ibu yang tinggal di desa-desa dilatih berperang oleh Malahayati. Pada saatnya, mereka berhasil mengusir pasukan Belanda yang berlabuh memasuki perairan Aceh untuk menguasai rempah-rempah. Pertempuran berakhir dengan kemenangan di tangan para janda pejuang.
Keberanian dan perjuangan Malahayati memimpin pasukan Inong Balee tergambar dalam komik berjudul Keumalahayati, Laksamana Perempuan Pertama yang diproduksi Keana Komik. Komik itu merupakan hasil kolaborasi anak-anak muda yang diproduseri artis Marcella Zalianty.
Besutan gambar Ardian, komikus asal Tulungagung yang mendunia lewat komik Marvels-nya, membangun karakter Malahayati yang pemberani. Gambar-gambar itu diperkaya dengan polesan warna Aris Naka Abee yang juga komikus andal. Adapun narasi dalam alur cerita dibuat oleh penulis Kompas, Edna Caroline Pattisina.
Marcella mengatakan, produksi komik Keumalahayati melalui proses riset yang cukup panjang. Lebih lanjut dijelaskan oleh perisetnya, Habibie Yukezain, tekad menggali bahan sedalam-dalamnya membawa tim komik itu melintasi sejumlah daerah di Nusantara untuk menemui keturunan-keturunan Keumalahayati. Tim bahkan terbang ke Turki dan Portugal demi mendapatkan bahan yang lebih kaya tentang sosok tersebut dan perjuangan menjaga Nusantara di masa itu.
Sejak kecil
Kisah keberanian dan kecerdasan Malahayati berawal dari kehidupannya sejak masa kecil. Malahayati dikenal lebih suka bermain di hutan dan di laut ketimbang membantu ibunya memasak di dapur. Beranjak remaja, ia pun lebih tertarik mendalami ilmu di sekolah militer Baitul Mukaddis. Gadis itu berlatih keras dalam sejumlah latihan dan pelajaran mengenai sejarah dan strategi berperang. Malahayati akhirnya menamatkan pendidikan sebagai lulusan terbaik.
Ketika kapal-kapal besar berbendera Belanda memasuki Selat Malaka menuju Teluk Aceh, pertengahan 1599, pasukan Malahayati bergegas mengejar. Di atas kapal, para perempuan Aceh itu berhasil melumpuhkan pasukan Belanda dan menawan salah satu pemimpinnya bernama Frederick de Houtman.
Pemimpin lain yang bernama Cornelis de Houtman, saudara Frederick, bahkan tewas di tangan Malahayati. Itu terjadi dalam sebuah pertempuran satu lawan satu antara Malahayati dan Cornelis di atas kapal. Frederick sendiri akhirnya dilepaskan pulang ke negeri Belanda dalam kondisi kalah.
Kuatnya pengaruh Malahayati bahkan menjadikannya sebagai laksamana kepercayaan Sultan. Bahkan, Sultan Iskandar Muda pernah mengatakan, ”Wahai Laksamana, engkaulah pemilik samudra ini,” ucap Rafli Kande, musisi asal Aceh, menirukan ucapan Sultan pada masa itu. Di era sekarang, keteguhan Malahayati untuk memperjuangkan kebenaran dapat menjadi sumber semangat bagi semua orang.
Kisah keberanian Laksamana Malahayati memimpin ribuan prajurit perempuan sungguh menginspirasi dunia. Meskipun ia akhirnya gugur dalam perang, yakni saat bertempur melawan Portugis di Selat Malaka pada 1606, keberaniannya telah mengobarkan semangat. Keberanian itu dapat menjadi sumber penyemangat bagi anak-anak muda di era milenial ini.
Seniman muda, Prilly Latuconsina, tampil membawakan sebuah puisi tentang Keumalahayati. Ia pun menyatakan ingin melanjutkan perjuangan sang pejuang idola. Di era milenial, kata Prilly, saatnya anak-anak muda membangun kreativitas sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya kehidupan sehari-hari.
Salah satu keturunan Keumalahayati, Pocut Haslinda, mengatakan, darah pejuang memang telah mengalir dalam tubuh Malahayati. Darah itu juga yang turut mengaliri para keturunannya di masa kini. Ia pun berharap sosok sang pejuang dapat menjadi panutan bagi seluruh perempuan. Untuk melanjutkan perjuangan Malahayati, Pocut telah membangun Yayasan Tjut Nja Dien yang berkecimpung dalam pengembangan dunia pendidikan, khususnya bagi kaum perempuan.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengatakan, kehadiran komik Keumalahayati menandai kegairahan komik nasional. Inilah era kelahiran kembali komik Nusantara. ”Jika berhasil dipasarkan, menjadi pertanda bahwa kebangkitan komik Indonesia sudah berjalan,” katanya.
Gairah komik sekaligus menandai imajinasi dan kreativitas. Ia mendorong generasi muda untuk mencintai baca komik. Sebab, komik yang menampilkan banyak gambar tak bergerak itu sebenarnya memacu imajinasi menjadi liar. Dalam imajinasi yang liar, lahirlah beragam wujud kreativitas yang tak terduga.