Pada tahun 2016, World Economic Forum mengemukakan bahwa dunia sedang berada dalam pusaran Revolusi Industri Keempat. Sebuah masa ketika terjadi dislokasi ekonomi, perubahan cara-cara produksi, dan keuntungan ekonomi bagi mereka yang mampu memanfaatkan mesin-mesin baru bagi ekspansi ekonomi mereka.
Apabila Revolusi Industri Pertama didorong oleh penemuan mesin tenun, yang kedua oleh mesin uap, yang ketiga oleh mesin rakitan, maka yang keempat akan didorong oleh penemuan mesin yang dapat berpikir sendiri (systems of intelligence).
Dalam buku berjudul Apa yang Harus Dilakukan Ketika Mesin Melakukan Semuanya (Elex Media Komputindo, 2018), Malcolm Frank dkk berupaya menjelaskan apa dan bagaimana Revolusi Industri Keempat yang sedang berlangsung dan dampaknya dalam kehidupan manusia.
Alih-alih mereka bersikap pesimistis terhadap kehadiran mesin-mesin artificial intelligence (AI), sebaliknya mereka mengajak kita untuk optimistis dan cerdas memanfaatkan Era Mesin yang Baru ini.
Hammond, salah satu praktisi AI terkemuka di dunia, melihat bahwa meluasnya penggunaan AI dan pengaruhnya dalam kehidupan manusia, khususnya dunia kerja, tak bisa dihindari. Tak ada yang bisa membatasi kehadiran AI meskipun disadari dampak perubahan sosial yang akan menyertainya.
Inovasi telah mendorong manusia bergerak maju selama berabad-abad; meski proses inovasi selalu berantakan dan menimbulkan masalah. Namun, kekuatannya tak bisa dihentikan. Buku ini mengajak kita berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan ketika mesin dalam banyak hal menggantikan manusia, dan mengambil alih pekerjaannya. (YKR/LITBANG KOMPAS)
Waspada Perangkap Jaringan Sosial
Buku ini dilandasi kegelisahan mendalam dari penulisnya, B Melkyor Pando, SJ, terhadap orang zaman sekarang yang lebih mudah dan lebih senang memberikan perhatian pada layar telepon genggam atau gadget daripada orang yang ada di dekatnya. Suatu gejala sosial yang melanda dunia.
Demi memperoleh pemahaman filosofis, Melkyor mengkaji pemikiran Sherry Turkle dan Don Ihde terkait dengan fenomena sosiologis dalam masyarakat digital saat ini.
Sherry Turkle adalah guru besar ilmu-ilmu sosial dan teknologi di Massachusetts Institute of Technology. Turkle fokus mengkaji tema-tema tentang relasi manusia dengan teknologi, khususnya bagaimana manusia berelasi dengan komputer.
Selama tiga dekade, penulis buku Alone Together (2011), Life on the Screen (1995), dan beberapa buku lainnya ini mendalami perubahan relasi manusia dengan budaya digital. Turkle membangun perspektif yang unik keterkaitan antara teknologi, interaksi sosial, dan dimensi psikologi dari perkembangan teknologi.
Menurut Turkle, kecanggihan teknologi tidak hanya mengubah apa yang kita lakukan, tetapi juga cara kita berpikir. Turkle berusaha menemukan titik temu teknologi digital dan relasi manusia sejak terciptanya komputer hingga munculnya robot, artificial intelligence, jaringan sosial, dan mobile connectivity.
Melalui buku Hiruk Pikuk Jaringan Sosial Terhubung: Refleksi Filsafat Teknologi atas Jaringan Sosial Terhubung (Kanisius, 2014), Melkyor mengungkap adanya problem etis di balik tegangan relasi manusia dengan perkembangan teknologi jaringan sosial terhubung yang bersifat ambigu. Perlu kesadaran kritis dalam menyikapi teknologi sebab ada kekuatan kapital di baliknya. (YKR/LITBANG KOMPAS)