Mark Heyward Menjelajah Indonesia
Judul : Crazy Little Heavens: Pesona Kepingan Surga di Indonesia
Penulis : Mark Heyward
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Cetakan : I, 2018
Tebal : xxi + 306 halaman
ISBN : 978-602-412-405-2
Globalisasi membuat makin banyak orang kerap bepergian, menjelajahi aneka tempat di muka bumi dan menjadi ”manusia ulang-alik” antara tanah air dan tanah asing.
Globalisasi membuat makin banyak orang memiliki lebih dari satu kampung halaman, lebih dari satu ”rumah”. Wilayah yang dulu dianggap asing perlahan-lahan bisa menjelma menjadi kampung halaman atau ”rumah” kedua.
Salah seorang anak kandung globalisasi yang kemudian memiliki lebih dari satu ”rumah” itu adalah Mark Heyward. Lelaki yang lahir dan tumbuh besar di Kota Hobart, Tasmania, pulau di selatan benua Australia. Mark tak lagi bisa menyebut Hobart sebagai kampung halaman atau ”rumah” satu-satunya bagi dirinya.
Ia memang tak akan pernah melupakan Hobart dan Australia, tetapi ia juga tak bisa menghindar lagi bahwa beberapa tempat di Indonesia pun telah menjadi ”rumah”-nya. Ia telah menjadi orang Australia sekaligus Indonesia, orang Indonesia sekaligus orang Australia.
Buku ini berisi catatan perjalanan Mark dan beberapa kawannya ke Kalimantan sejak lebih dari 20 tahun lalu. Buku edisi bahasa Indonesia ini didiskusikan di acara Makassar International Writers Festival, Mei 2018. Edisi bahasa Inggrisnya diterbitkan dan diluncurkan di Jakarta pada 2013.
Crazy Little Heaven dominan memiliki latar cerita di Pulau Kalimantan, dari Samarinda sampai Pontianak. Selain menceritakan tentang perjalanan di berbagai kota dan pedalaman Kalimantan yang penuh misteri dan sekaligus penuh pesona itu, Mark juga berkisah mengenai hal lain, misalnya tentang liku-liku perjalanan cintanya dengan istrinya yang orang Indonesia.
Perjalanan permenungan
Perjalanan cinta yang menimbulkan perenungan mendalam mengenai ”rumah” dan keluarga barunya di Yogyakarta, daerah asal istrinya. Bagian paling mengharukan adalah ketika ia mengisahkan dan merenungi pengalaman mudik bersama istrinya.
Di kampung istrinya itu, Mark menjumpai banyak pelajaran tentang keluarga, terutama tentang berbagai aspek agama Islam, seperti ritual-ritual ibadah dan juga ritual-ritual sosial terkait perayaan Idul Fitri.
Renungan mendalam dari seorang ”asing”, tetapi kemudian lewat proses berliku menjadi ”bagian” dari sebuah ”keluarga baru” dan ”rumah baru” di Indonesia. Meskipun selalu pula ia tegaskan bahwa ”keluarga lama” dan ”rumah lama”-nya di Australia tidak pernah ia lupakan.
Mark Heyward datang ke Indonesia untuk mengajar di sekolah di pedalaman Kalimantan. Pada mulanya, ia tidak menyadari bahwa keputusan tersebut akan mengubah seluruh hidupnya. Ia memilih judul buku Crazy Little Heaven karena saat berada di Indonesia, ia merasakan sesuatu yang ”gila” yang belum pernah dialami sebelumnya.
Mark selalu menjelaskan bahwa itu adalah ”gila” dalam pengertian yang baik. Buku ini tidak sekadar membeberkan sebuah perjalanan secara datar. Mark bahkan mengungkapkan, ia seperti bertemu dengan ”surga dunia” ketika berada di Indonesia.
Kelebihan buku ini adalah karena ia merupakan sebuah kisah perjalanan dan perenungan panjang, yang mencakup waktu sampai dua dasawarsa. Mark dengan halus mengajak pembaca menyelami kisah masa kecilnya di negeri jauh nun di Tasmania sana hingga kehidupan barunya di negara dengan populasi umat Muslim terbesar di dunia, membuat buku ini makin istimewa.
Apalagi karena seiring berjalannya waktu, penulis hidup, bekerja, dan mengembara dari ujung ke ujung negara kepulauan ini, mulai dari kehidupannya di dalam rimba di Kalimantan sampai ke masa di mana pergolakan politik dan huru-hara terjadi di Jakarta.
Dibandingkan negara besar di Asia lainnya, seperti China dan India, tak banyak buku perjalanan yang memukau mengenai bumi Indonesia setelah buku perjalanan menakjubkan dari penjelajah asal Inggris, Alfred Russel Wallace, berjudul The Malay Archipelago.
Buku Mark ini mengisi kekosongan besar itu. Tidak heran apabila buku ini mendapatkan sambutan hangat dari para penulis dan wartawan dengan reputasi besar.
Penulis kenamaan Tim Bowden, misalnya, menegaskan bahwa Mark berhasil menuliskan catatan perjalanan atau memoar yang luar biasa yang merupakan penelusuran mendalam tentang budaya Indonesia dan sejarah era modern.
Sementara Jay Daniel Thompson dari Australian Book Review menyatakan, Crazy Little Heaven menawarkan kepada pembacanya wawasan intim tentang negeri ini dan keberagaman budayanya. Prosa Heyward sangat menggugah.
Crazy Little Heaven adalah pengantar dari studi-studi tentang budaya Indonesia. Buku ini juga bukti nyata keahlian Heyward merangkai kata.
Pendekatan empatik
Berbeda dengan penulis perjalanan Indonesia lainnya, seperti Elizabeth Pisani yang juga telah menerbitkan sejumlah buku tentang Indonesia dengan pendekatan lebih analitis dan karena itu berjarak, Mark secara sadar memilih pendekatan lebih intim.
Tentu saja setiap pendekatan memiliki kekuatan dan kelebihannya sendiri-sendiri. Namun, pendekatan empatik yang dipilih Mark membuatnya bisa memahami lebih dalam berbagai macam fenomena sosial ataupun kontradiksi sosial di negara sekompleks Indonesia.
Pendekatan empatik itu yang membuatnya mampu menulis catatan penutup yang begitu mengharukan mengenai bagaimana ia mengarungi dua kampung halaman dan dua rumahnya di Australia dan Indonesia, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Mark Heyward tak pelak lagi telah menjadi jembatan berharga bagi dua negara dan masyarakat bertetangga, Australia dan Indonesia, untuk dapat lebih saling memahami.
Peran buku seperti ditulis Mark ini penting untuk memperkuat hubungan antara dua negara dan masyarakat yang ditakdirkan bertetangga tetapi punya begitu banyak perbedaan.
Penerjemahan buku ini ke dalam bahasa Indonesia juga berlangsung lancar dan memakai pendekatan intim karena penerjemah adalah sahabat Mark sendiri sehingga proses penerjemahannya bersifat dialogis.
Proses dialogis seperti itu yang membuat buku edisi bahasa Indonesia ini tidak kehilangan nuansa dan tetap mengharukan.
Sayangnya, buku ini tidak disertai dengan foto-foto atau gambar-gambar yang memperlihatkan sekelumit keindahan Indonesia. Keberadaan beberapa gambar atau foto akan membuat daya gugahnya lebih kuat lagi.
SUDIRMAN NASIR, Dosen dan Peneliti di Universitas Hasanuddin, anggota Ikatan Alumni Australia