Chappy Hakim mengajak publik mengulik lebih dalam dunia penerbangan Indonesia.
Oleh
SUSY SARTIKA RUMBO
·4 menit baca
Dunia penerbangan di Indonesia masih menyimpan banyak permasalahan, salah satunya angka kecelakaan dalam penerbangan nasional yang masih tinggi. Dari hasil investigasi, beberapa faktor penyebab kecelakaan adalah pelanggaran dari aturan-aturan yang berlaku, antara lain keterampilan pilot, perizinan pengoperasian maskapai penerbangan, perang tarif, serta sistem pemeliharaan sarana dan prasarana.
Buku berjudul Pesawat Itu Berbahaya (Penerbit Buku Kompas, 2024) yang disusun sebanyak tujuh bab ini adalah kumpulan artikel karya Chappy Hakim di Kompas sejak tahun 1988 hingga tahun 2023. Sebagai wujud kecintaannya pada dunia kedirgantaraan, Chappy mengungkapkan rekam jejak, polemik, dan tantangan dalam penerbangan di Indonesia dari perspektif pertahanan dan keamanan.
Chappy Hakim mengungkap beberapa peristiwa kecelakaan dalam penerbangan nasional. Pada awal tahun 2007, pesawat Adam Air hilang di Tambolaka karena tidak berfungsinya peralatan navigasi pesawat. Kemudian tergelincirnya Lion Air di Ambon dan pesawat Boeing 737-900 rute Jakarta-Balikpapan mengalami gagal tinggal landas karena bagian bawah ekor atau kargo robek sekitar 2,5 meter.
Awal tahun 2009, pesawat terbang Lion Air JT972, yang membawa 162 penumpang dan enam orang kru, melakukan pendaratan di Batam akibat patahnya nose wheel water deflector. Deflector berupa batang besi ini memiliki fungsi penting mencegah cipratan air masuk ke mesin pesawat saat mendarat (landing).
Tak hanya di Indonesia, pada 8 Maret 2014 pesawat Boeing 777-200 juga hilang kontak dalam rute Kuala Lumpur-Beijing. Hilangnya pesawat milik maskapai penerbangan Malaysia Airlines System (MAS) ini menimbulkan banyak spekulasi. Karena tidak sempatnya pesawat mengirimkan pesan tanda darurat (emergency signal). Pesawat dengan 12 awak Malaysia dan 227 penumpang dari 14 negara ini tidak diketahui keberadaannya hingga kini.
Di San Francisco International Airport, pesawat B-777-200ER Asiana Airlines Flight mengalami kecelakaan saat mendarat pada 6 Juli 2013 yang memakan korban sebanyak tiga orang meninggal, 181 luka-luka, dan 304 lainnya selamat.
Ketergantungan pada Sistem Otomatis
National Transportation Safety Board (NTSB) menjelaskan kecelakaan terjadi karena pilot terlalu mengandalkan mekanisme pengendalian otomatis yang belum dikuasai dengan baik. Kedua badan penyelidik lainnya, Bureau d’Enquetes et d’Analyses pour la Securite de l’Aviation Civile (BEA) dan Dutch Safety Board (DSB) ikut mempertegas bahwa automation addiction menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang.
Sistem otomatis di kokpit pesawat membuat penerbangan menjadi lebih aman, tetapi ketergantungan yang besar telah menurunkan dan mengganggu konsentrasi pilot dalam menerbangkan pesawat. Penyebabnya dicurigai akibat turunnya keterampilan pilot mengoperasikan pesawat secara manual. Selain itu, ditemukan bahwa 60 persen dari kecelakaan pesawat terbang terjadi karena kesalahan dalam mengoperasikan flight management computer.
Seperti yang diungkapkan oleh Dr Thomas ”Mach” Schnell, pemimpin tim riset dari NASA yang melakukan penelitian selama tiga tahun lebih terkait masalah hubungan pilot, sistem otomatis, dan kecelakaan pesawat terbang. Sejak tahun 2010, pilot generasi baru sejak awal belajar terbang terbiasa menggunakan peralatan serba otomatis. Akibatnya, dalam situasi darurat tidak lagi memiliki keterampilan yang cukup menerbangkan pesawatnya.
Chappy merinci upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kecelakaan dalam penerbangan. Upaya itu, antara lain, melakukan pengawasan yang ketat, disiplin yang tinggi, penegakan aturan tanpa kompromi dan tindakan hukum dengan efek jera apabila terjadi pelanggaran.
Adu murah
Antara 10-15 tahun terakhir, harga tiket pesawat terbang bersaing ”adu murah” yang dilayani dengan pesawat terbang relatif baru. Persaingan adu murah ini sangat berdampak pada banyaknya maskapai penerbangan domestik yang sudah beroperasi puluhan tahun harus gulung tikar, persaingan slot penerbangan rute membengkak, dan banyak terjadi kecelakaan pesawat terbang.
Lonjakan penumpang yang fantastis ini membuat fasilitas pelayanan di bandara tidak bisa menampung dengan baik. Akibatnya, sering terjadi keterlambatan (delayed) dan pembatalan (cancelled) jadwal penerbangan. Hal ini tidak berjalan seirama dengan rencana pengadaan sumber daya manusia dan pengembangan infrastruktur penerbangan.
Akibat pandemi Covid-19, beberapa maskapai penerbangan di Indonesia mengalami titik krisis, seperti Garuda Indonesia mengalami kesulitan keuangan. Pada 20 Februari 2023, Merpati Nusantara Airlines melalui Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2023 resmi dibubarkan. Menyusul Susi Air resmi mengumumkan penghentian operasi penerbangan perintis di Papua pada 1 Maret 2023 akibat insiden pembakaran pesawat dan penyanderaan kapten pilot.
Di tengah kemajuan teknologi bidang kedirgantaraan, negara sangat perlu menjaga kedaulatan dan kehormatan negaranya di udara. Sesuai dengan yang tercantum dalam Konvensi Chicago 1944, kedaulatan negara di wilayah udara kedaulatan Republik Indonesia dapat dikelola berdasarkan hak berdaulat yang lengkap dan eksklusif. Dengan demikian, kita dapat terbang di wilayah kedaulatan negara sendiri dengan nyaman dan dihargai sesuai harkat dan martabat sebagai pemilik yang sah.
Lewat tulisan yang mengalir dan informatif, buku ini tidak hanya sebuah bacaan informatif bagi para pencinta penerbangan. Namun, juga menjadi jendela yang terbuka bagi siapa pun yang ingin memahami lebih dalam tentang dinamika pesawat terbang Indonesia.
Upaya keras yang dilakukan otoritas penerbangan di Indonesia perlu mendapatkan banyak dukungan dari pihak-pihak yang peduli dengan dunia penerbangan nasional. Jika tak ingin bom waktu terus bergulir menghantui dunia penerbangan di Indonesia. (Litbang Kompas/SSY)