Kesetiaan Andik Prayogo untuk Komik Indonesia
Andik Prayogo mengembangkan komik Indonesia dengan mendirikan re:ON Comics. Dia mencari talenta komikus-komikus muda ke daerah-daerah. Saat ini, dia berusaha mempertahankan keberlangsungan komik di tengah pandemi.
Andik Prayogo (46) tak pantang menyerah mengembangkan komik Indonesia. Selama hampir tujuh tahun, dia membesarkan majalah re:ON Comics hingga ke mancanegara. Dia mencari talenta komikus-komikus muda di daerah-daerah.
Pembaca komik di Indonesia sering kali memilih produk dari luar negeri, seperti Amerika dan Jepang. Padahal, karya komikus Indonesia tak kalah menarik. Itulah yang dibuktikan Andik melalui majalah re:ON Comics yang mengompilasi komik-komik Indonesia dalam platform cetak dan daring.
Majalah cetak yang sebagian besar berisi komik manga ini terbit setiap 4-6 minggu sekali. Sementara melalui situs reoncomics.com, pembaca mempunyai banyak pilihan cerita. Satu seri komik bisa dibaca ratusan hingga ribuan pembaca. Pilihan genre komik pun bermacam-macam, mulai dari kehidupan keseharian, drama, misteri, sampai action.
Keberhasilan majalah komik itu bertahan hingga kini tidak lepas dari perjuangan Andik. Pada 5 Juli 2013, re:ON Comics Volume 1 diluncurkan di acara PopCon Asia 2013. Saat itu, majalah yang semua isinya karya komikus Indonesia itu laku sebanyak 970 eksemplar dalam waktu tiga hari. Penerbitan majalah komik digagas oleh Andik, Chris Lie, dan Yudha Negara Nyoman.
”Saya bersyukur bisa bekerja di bidang yang sangat saya sukai. Dengan menjadi komikus, saya berkesempatan keliling dunia, menjadi pembicara berbagai acara komik dunia, melakukan riset penulisan, ikut berbagai pameran buku internasional, dan menjual lisensi re:ON Comics ke berbagai dunia,” kata Andik, saat dihubungi di Jakarta, Selasa (26/5/2020).
Andik menceritakan, bagaimana majalah komik yang dirintisnya mendapat perhatian penerbit Comic Catapult dari Jepang. ”Tahun 2015, kami mendapat kehormatan dari Komite Buku Nasional ikut pameran Frankfurt Book Fair. Saya nyaris tidak percaya ketika komik-komik terbitan kami muncul versi e-book-nya di Comic Catapult,” katanya.
Saat itu, Comic Catapult membeli lisensi tiga judul komik, yaitu Grand Legend Ramayana, Chrysalis, dan Me vs Big Slacker Baby. Semuanya karya komikus Indonesia yang diwadahi oleh re:ON. ”Sejak itu, saya semakin giat dan bersemangat menjual komik Indonesia ke sejumlah negara. Hingga kini, lebih dari 21 judul serial komik kami terjual lisensinya ke Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Rusia, dan Italia,” ucap Andik.
Tahun 2019 menjadi puncak prestasi re:ON, yaitu berhasil menjual 15 judul serial komik ke NC Soff Bufftoon Korea. Dua serial komik di antaranya karya Andik, yaitu Lay-Lay Cat dan Ohayo Tokyo!. ”Ini sesuatu yang sangat saya banggakan karena sangat susah bagi komik Indonesia bisa go international, apalagi bisa tembus ke pasar Eropa,” katanya.
Andik menyebutkan, komik Ohayo Tokyo! merupakan hasil riset di Jepang pada tahun 2016 yang diadakan melalui Program Residensi Penulis dari Komite Buku Nasional serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dia dibantu oleh sahabatnya, Direktur Comic Catapult Tatsuki Hirayanagi. ”Awalnya, dia hanya sekadar rekan bisnis, sekarang menjadi sahabat saya. Dia banyak membantu melakukan riset komik,” ujarnya.
Adapun Lay-lay Cat merupakan komik yang dibuat Andik untuk mengisi jika ada halaman kosong di majalah. ”Format re:ON Comics majalah komik cetak yang jumlah halamannya harus pas, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Idenya muncul ketika saya sedang melamun melihat maneki neko di kantor sesudah kehabisan ide setelah seluruh ide cerita saya ditolak,” katanya.
Tantangan
Perjalanan Andik di dunia perkomikan Indonesia berawal ketika duduk di bangku SD sering membaca komik HC Andersen dengan gambar hitam putih. Andik melahap semua jenis komik. Saat SMA, misalnya, ia mulai suka komik Hong Kong dan manga Jepang. Saat kuliah, ia berburu komik superhero Amerika.
”Saya benar-benar suka komik setelah membaca Tintin karya Herge. Setelah itu, mulai banyak berburu dan membaca komik-komik Eropa lainnya,” katanya.
Tahun 2009, Andik mendapat tawaran dari Chris Lie, pendiri Caravan Studio, untuk membuat naskah komik adaptasi cerita Bharatayudha untuk UNIMA Indonesia. Dia merasa tertantang sekaligus kurang percaya diri karena tidak memahami cerita perwayangan, kecuali sedikit cerita Pandawa.
Andik mengatakan, untuk menulis cerita, dirinya belajar sendiri, dari membaca buku, komik, dan menonton film. Saat kuliah di Desain Komunikasi Visual Universitas Trisakti, Jakarta, Andik belajar menggambar ilustrasi.
”Dari pengalaman membaca banyak buku, kadang-kadang, saya tidak suka dengan penyelesaian ceritanya. Saya selalu membayangkan, kalau saya jadi penulisnya, akan saya buat begini atau begitu. Dari situ kemudian iseng bikin cerita parodi film dan dibagikan ke teman-teman dekat,” tutur Andik.
Setelah meminta Chris untuk mencari penulis cadangan, Andik mulai membeli novel dan komik terkait Mahabharata. Bahkan, dia survei ke beberapa dalang. Usaha itu berbuah kesuksesan, Andik menerima penghargaan sebagai penulis komik terbaik dan komik anak-anak terbaik di ajang Anugerah Komik Indonesia 2010.
Sayangnya, penjualan komik Bharatayudha tidak memuaskan sehingga peredarannya hanya sampai 11 seri buku dari 4 seri yang direncanakan. ”Rasanya sedih karena merasa berutang kepada pembaca setia yang selalu menunggu kapan buku Bharatayudha terbit,” ujarnya.
Dari pengalaman itu, muncullah ide membuat majalah komik sendiri. ”Saya, Chris Lie, dan Yudha Negara Nyoman memberanikan diri menerbitkan majalah kompilasi komik, buatan seratus persen komikus Indonesia. Kami merekrut komikus-komikus muda, yang gaya gambarnya lebih modern dan lebih disukai pembaca muda,” kata Andik.
Selain itu, mereka juga menggelar re:ON Comics Convention sejak tahun 2015, untuk mengangkat nama dan mempromosikan komikus Indonesia. Di ajang itu, komikus bisa bertemu para penggemarnya. Komikus yang karyanya terkenal akan disibukkan dengan bertemu penggemar dan tanda tangan buku.
Ajang itu juga membuka kesempatan bagi pencinta cosplayer. Untuk meramaikan acara itu, re:ON Comics mengundang 14 komikus yang setia melayani penggemar komik, mulai dari foto bersama sampai bagaimana caranya supaya komiknya dimuat di re:ON. Selain Is Yuniarto dan Annisa, beberapa komikus juga hadir, seperti C Suryo Laksono, Ockto Baringbing, Ino Septian, Sheila Rooswitha, Maximillian Fansyuri, Dini Marlina, Kristoforus Marvino, Hendry Iwanaga, Kaari Karina, Rii Wels, Angie, Kate Yan, dan Shu Eirin.
Dalam beberapa kesempatan, Andik juga mencari talenta komikus ke sejumlah daerah. Menurut dia, paling banyak komikus berbakat berasal dari Yogyakarta dan Bandung.
”Tentunya saya bakal super-senang dan bangga ketika berhasil mengorbitkan komikus-komikus yang berasal dari daerah. Salah satu komikus yang paling sukses adalah Anissa Nisfihani dari Tenggarong, Kalimantan Timur. Bahkan, komiknya, Me vs Big Slacker Baby, juga sudah terjual lisensinya ke Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia,” ucapnya.
Saat ini, Andik harus memikirkan cara bagaimana bertahan di tengah pandemi Covid-19. Apalagi, saat ini hampir semua toko buku tutup sehingga mereka hanya mengandalkan penjualan melalui toko daring.
”Untuk menyiasati tutupnya toko buku konvensional di tengah wabah Covid-19 ini, re:ON Comics mulai mempersiapkan penjualan melalui online store, e-book, serta membagikan konten komik gratisnya di media Instagram Reoncomics,” katanya.
Andik Prayogo
Pekerjaan: Creative director, penulis, Co-Founder re:ON Comics
Lahir: Madiun, 16 November 1973
Pendidikan:
- SMA Kolese de Britto, Yogyakarta
- Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti Jakarta.
Komikografi:
2010-2013: Baratayuda Vol 1-11 (ilustrasi: Afif Numbo & Caravan Studio); UNIMA
2013-2015: Lay-Lay Cat (ilustrasi: Sheila R.Putri); re:ON Comics
2013-2017: Bagas, Tentara Pelajar Vol 1-7 (ilustrasi: Afif Numbo & Caravan Studio); Gatra Media
2014: Shivers - Reuni (ilustrasi: Felix Setiawan); re:ON Comics
2016: Shivers - Revival (ilustrasi: Felix Setiawan); re:ON Comics
2016: Shivers - Requiem (ilustrasi: Felix Setiawan); re:ON Comics
2017: Shivers - Night Shift (ilustrasi: Matto Haq); re:ON Comics
2017: Shivers - The Tresspassers (ilustrasi: Fachreza Octavio & Angelika Sagtavilia); re:ON Comics
2018: Shivers - Penumpang Terakhir (ilustrasi: C Suryo Laksono); re:ON Comics
2018-2020: Ohayo Tokyo (ilustrasi: Fachreza Octavio); COMICO Indonesia
2019: Shivers - Jati (ilustrasi: Dhang Ayupratomo); re:ON Comics
2019: Reon Junior (ilustrasi: Dini Marlina); M&C Gramedia.