Membayangkan Pertempuran Dua Kerajaan di Atas Papan Catur
Menulis berita catur tidak semudah melihat para pecatur duduk manis di atas kursi sambil fokus memperhatikan buah dan papan catur. Tanpa memahami taktik pergerakan permainan itu, akan sulit menemukan sisi menarik dari tiap langkahnya. Namun, bila penulis mampu membayangkan ada pertempuran dua kerajaan di atas papan catur, niscaya penulis akan segera menemukan sisi menarik dari permainan olah otak tersebut.
Rabu (5/12/2018), Kepala Desk Olahraga Kompas Johan Waskita Utama (WAS) menawarkan saya untuk meliput Kejuaraan Catur Kontinental Asia 2018 di Makati, Filipina, 15-19 Desember 2018. Walau berpeluang ke Filipina untuk pertama kali, saya tidak serta merta menerima tawaran itu.
Ada kekhawatiran di benak, saya tidak mampu untuk meliput dan menulis pertandingan catur. Sebab, saya tidak pernah meliput catur kecuali sewaktu masih berstatus calon wartawan Kompas pada 2013 atau lima tahun lalu.
Selama menjadi anggota Desk Olahraga Kompas setahun ini, saya pun tidak pernah bersentuhan dengan catur. Selain meliput, membawa berita catur pun saya tidak pernah. Selain kurang familiar, saya juga kurang tertarik dengan olahraga olah otak itu.
Oleh itu, saya benar-benar menimbang tawaran Mas WAS tersebut. Sempat terpikir untuk menolaknya. Tapi, akhirnya, hati kecil saya berkata, kalau bukan sekarang, lalu kapan lagi saya akan belajar menulis catur. Sebagai wartawan, tentu saya wajib menyerap banyak ilmu dan informasi baru. Akhirnya, saya menerima tugas itu dengan pasti.
Selain menerima tawaran itu, saya langsung mempersiapkan diri untuk meliput catur. Awalnya adalah saya mencari informasi dasar kepada Ketua Bidang Pembinaan PB Percasi Kristianus Liem tentang berapa banyak atlet yang dikirim Indonesia, mereka ikut kategori apa saja, apa targetnya, hingga latar belakang maupun aturan yang ada dalam kejuaraan itu.
Setelah info dasar dipegang, saya mulai membuka arsip harian Kompas tentang artikel-artikel kejuaraan catur. Dari itu, saya belajar bagaimana pola menulis catur. Intinya tentu harus ada info aktual, jalanya pertandingan, hingga prediksi ke depan. Dari semua bagian itu yang paling sulit adalah menjabarkan jalannya pertandingan.
Saya yang awam catur bingung, bagaimana caranya menemukan sisi menarik pertandingan catur. Bukankah kita hanya melihat langkah-langkah buah catur, bergerak, hingga "memakan" buah catur lawan di atas papan kecil. Semua itu tampak datar-datar saja. ”Lalu, di mana menariknya?” tanya saya dalam hati.
Semua itu tampak datar-datar saja. ”Lalu, di mana menariknya?” tanya saya dalam hati.
Sehabis membaca berita-berita catur, saya pun memilih bertanya langsung dengan wartawan Desk Olahraga Kompas yang biasa meliput catur, Mas Caesar Alexey (ECA). Dari dia, saya bertanya di mana bisa melihat pertandingan catur secara langsung, hasil pertandingannya, hingga menganalisis sisi menarik pertandingan itu.
Secara umum, Mas ECA berpesan, saya harus menangkap langkah-langkah menentukan dalam pertandingan catur. Mulai dari di mana pertandingan berimbang, di mana langkah brilian atau blunder, kapan permainan mulai timpang, hingga ada kepastian yang menang.
Bekal informasi dari Mas ECA sangat baik. Tetapi, jujur, saya masih belum bisa membayangkan, bagaimana cara melihat, menyadari, dan memahami ada momen-momen menentukan itu saat pertandingan catur. Sampai saya menginstal aplikasi yang merekap hasil kejuaraan catur, Follow Chess, hingga gim catur di ponsel pintar, saya masih belum jua paham dalam menemukan titik-titik krusial permainan catur.
Sebelum berangkat ke Filipina pada Jumat (14/12/2018), Mas WAS berpesan kepada saya agar banyak bertanya dengan Pak Kristianus. Sebab, Pak Kris adalah pengurus senior di PB Percasi dan dia sering berinteraksi dengan wartawan. Dari dia pula, wartawan peliput catur banyak dapat informasi detail mengenai olahraga itu.
Sesampai di Makati, Sabtu (15/12/2018), saya langsung menemui Pak Kristianus. Kepadanya, saya terus terang mengatakan bahwa minim sekali pengetahuan mengenai catur dan memohon dibimbing dalam meliput dan menulis pertandingan catur. Ternyata, Pak Kristianus merupakan sosok yang sangat bersahabat. Dia tak segan berbagi ilmu dan sabar dalam memberikan informasi/pelajaran mengenai cara membaca titik krusial pada laga catur.
Paling tidak, saya kursus singkat dengan Pak Kristianus kurang lebih dua jam pada Sabtu malam itu. Walau sudah banyak mencatat, jujur saya belum benar-benar paham dengan keberadaan fase-fase penting pada laga catur. Kendati selama belajar saya telah ditunjukkan simulasi pergerakan buah catur hasil laga pecatur Indonesia, GM Susanto Megaranto.
Nasihat Kristianus Liem
Mungkin karena melihat wajah saya masih mengercit dan masih melempar pertanyaan konyol, Pak Kristianus lalu menasihati saya sembari mengajak membayangkan pertandingan catur layaknya menyaksikan pertempuran/perang dua kerajaan di atas papan catur.
”Kamu jangan melihat pertandingan catur sebagai pergerakan buah di atas papan saja. Coba kamu bayangkan itu adalah suatu peperangan sungguhan antara dua kerajaan. Bayangkan memang ada prajurit/pion yang berusaha menjaga pertahanan, perwira (menteri, gajah, kuda, dan benteng) yang mengendalikan serangan, serta raja yang patut dilindungi. Kalau kamu mampu membayangkan itu, kamu akan mendapatkan keseruan menonton catur dan akan merasakan sendiri keberadaan titik-titik kritis itu,” pesan Pak Kristianus.
Pesan Pak Kristianus coba saya resapi baik-baik. Minggu (16/12/2018), saya mulai meliput pertandingan catur. Hari itu, saya fokus mengamati pertandingan GM Susanto Megaranto melawan pecatur China GM Super Lu Shanglei pada babak ketujuh kejuaraan tersebut. Saya memilih fokus pada laga Susanto karena hanya dia yang masih berpeluang lolos ke Piala Dunia Catur 2019 di Rusia bila menang dalam laga itu.
Awalnya, saya belum mempraktikkan arahan Pak Kristianus. Saya masih sekadar mencatat semua langkah kedua pecatur yang bertanding. Akibatnya, saya tidak menemukan bagian menarik pertandingan tersebut, semua terasa sama saja.
Akhirnya, dalam hati, saya bertekad untuk memahami keberadaan tiap buah yang ada di atas papan. Saya pun coba memahami maksud pikiran kedua pecatur yang bertanding dalam menempatkan buah-buahnya/melangkahkan buah caturnya.
Secara tidak langsung, saya pun jadi hapal posisi buah catur yang ada. Setiap ada buah yang berubah posisi, saya ingat itu asalnya dari mana. Lama-lama, saya jadi paham, bagaimana logika berpikir para pecatur. Ternyata, pion bukan sekadar prajurit rendahan semata. Mereka punya fungsi besar sebagai tameng atau ujung tombak pertahanan suatu kerajaan/salah satu bidak (sisi) permainan catur.
Di sisi lain, pion tidak boleh asal dikorbankan. Mereka pun sebisa mungkin tidak dianjurkan menyerang perwira lawan kecuali bila sudah terdesak. Logikanya, prajurit tidak sebanding dengan perwira yang punya kemampuan lebih besar.
Sedangkan perwira, patut mengomandoi serangan. Perwira tidak boleh hanya ”duduk manis” di posisi/kedudukannya. Mereka patut segera keluar dari kursi empuknya untuk memimpin prajurit menyerang pertahanan kerajaan lawan. Adapun raja patut dilindungi oleh prajurit dan perwira yang ada.
Karena mengikuti setiap gerakan, coba memahami maksud setiap gerakan, dan strategi di benak pecatur, tiba-tiba otak saya langsung mengirim sinyal ke mata dan terbayang ada pertempuran dahsyat antara dua kerajaan di atas papan catur. Saya berimajinasi ada adu pedang yang menimbulkan bunga api kala ada prajurit yang saling berhadap-hadapan.
Saya membayangkan, gajah masing-masing kerajaan berlari beringasan menghajar prajurit ataupun perwira lawannya. Saya berkhayal kuda berjingkrak-jingkrakan digunakan perwira untuk menebas para lawannya. Saya pun seperti melihat menteri dan raja sedang berdiskusi mempertahankan kerajaannya di balik benteng-benteng mereka yang kokoh.
Secara tidak langsung, saya pun sadar kapan salah satu di antara dua kerajaan itu melakukan kesalahan. Saya jadi tahu di mana kerajaan yang lebih unggul dan siap melakukan serangan sporadis. Saya juga jadi paham yang mana kerajaan yang terdesak sehingga hanya mampu bertahan sembari menunggu waktu kekalahan.
...pembukaan yang kuat adalah kunci awal kemenangan, siapa yang menguasai episentrum atau wilayah tengah papan catur adalah yang berpotensi menang...
Pemahaman itu membuat saya bisa menulis catur dengan lebih mengalir. Saya yang tadinya tidak suka catur, sekarang justru jadi suka catur. Saya pun masih ingat beberapa terori yang diterapkan oleh para pecatur yang saya liput kemarin. Antara lain, pembukaan yang kuat adalah kunci awal kemenangan, siapa yang menguasai episentrum atau wilayah tengah papan catur adalah yang berpotensi menang, bermain dari wilayah sayap merupakan kecerobohan, dan tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan rokade atau pertukaran posisi antara raja dan benteng.
Sesampai di Indonesia, Kamis (20/12/2018), semua teori yang saya ketahui itu coba saya praktikkan dalam permainan catur di ponsel pintar. Ternyata benar, saya yang tidak pernah menang melawan komputer akhirnya bisa menang atau minimal remis dengan komputar setelah menerapkan teori-teori itu.
Lambat laun, saya baru sadar bahwa main catur itu cukup menyenangkan dan bisa membuat kita penasaran untuk membuat langkah-langkah yang lebih baik. Wajarlah ada orang yang tahan berlama-lama duduk manis bertanding catur, seperti para pecatur Indonesia yang bisa bertanding 5-6 jam per pertandingan.