logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanManfaatkan Momentum...
Iklan

Manfaatkan Momentum Kebangkitan Film Lokal

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, kompasMomentum kebangkitan film nasional tahun 2016, yang ditandai dengan catatan jumlah penonton mencapai 33 juta orang untuk 130 judul film, diharapkan tak lewat begitu saja. Pencapaian ini mesti ditingkatkan, minimal dipertahankan dengan kerja sama antarpihak.Pada era 1970-1980-an, film nasional juga pernah mengalami masa keemasan. Dua film yang berjaya pada masa itu adalah Badai Pasti Berlalu yang disutradarai Teguh Karya (1977) dan Catatan Si Boy karya sutradara Nasri Cheppy. Kedua film ini diproduksi sampai beberapa sekuel tahun 1988-1991 kemudian dirilis ulang 2011. "Memasuki tahun 1990-an, produksi film Indonesia justru makin sedikit dan baru muncul gerakan kembali untuk menonton film-film alternatif pada tahun 2000-an. Tahun 2008, film nasional mulai bangkit, tetapi lalu stagnan lagi. Di sini kita bisa melihat adanya fluktuasi," kata anggota Komite Film Dewan Kesenian Jakarta, Lulu Ratna, Rabu (29/3), di sela peluncuran ruang putar Kineforum di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.Menurut Lulu, sekarang seluruh insan perfilman mesti bersama-sama menjadikan momen kebangkitan film nasional 2016 sebagai momentum yang tidak antiklimaks atau minimal bisa dipertahankan. Yang harus dilakukan adalah bagaimana merawat ekosistem perfilman nasional, mulai dari sisi pendidikan bagi para pembuat film, kritikus film, media, dan bioskop. "Tahun 2008, keberhasilan Laskar Pelangi benar-benar murni hasil kerja keras para pekerja film saja. Ke depan, kita tidak bisa hanya bekerja sendiri atau bekerja berdasarkan kemujuran. Kita meski bekerja sama untuk meneruskan momentum sehingga tahun depan kita bisa menciptakan film-film yang lebih bermutu sekaligus diterima masyarakat," urainya.Kerja sama PerancisSecara terpisah, Badan Ekonomi Kreatif menggandeng Pusat Nasional Perfilman dan Animasi Perancis untuk menggenjot pengembangan industri perfilman Tanah Air. Kerja sama yang dilakukan berupa alih kompetensi dan pertukaran tata laksana produksi, pelestarian warisan sinematografi, karya-karya sinematografi, dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual.Kerja sama ini merupakan satu dari tiga kesepakatan yang ditandatangani di Jakarta, Rabu. Turut menyaksikan penandatanganan tersebut Presiden Perancis Francois Hollande dan Kepala Bekraf Triawan Munaf. Dua perjanjian lainnya terkait pembangunan instalasi seni Lovewalk di Nusa Dua antara Indonesian Tourism Development Corporation dan Festival Film Romantis Cabourg serta perjanjian kemitraan antara inkubator animasi Kreavi dan inkubator dari Perancis Gaite Lyrique. Triawan menyebut kerja sama ini merupakan langkah maju setelah relaksasi regulasi tentang perfilman, antara lain dicabutnya sektor industri film dari Daftar Negatif Investasi. Sebelumnya Indonesia sudah menggandeng negara lain seperti Korea Selatan, Inggris, dan Australia. "Kita bisa belajar dari Pusat Nasional Perfilman dan Animasi Perancis terkait regulasi soal insentif produksi film. Salah satunya insentif yang akan diterima tim produksi film apabila pengambilan gambar dilakukan di sana, termasuk bisa memperkenalkan kebudayaan Perancis ke layar bioskop negara-negara lain," kata Triawan. Menurut Triawan, Perancis bisa menjadi guru bagi industri perfilman yang menawarkan sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan tempat lain seperti Hollywood di Amerika Serikat. Sumbangan dari sektor ekonomi kreatif di Indonesia bagi produk nasional bruto saat ini, kata Triawan, mencapai Rp 852 triliun. Kerja sama ini diharapkan bisa terus mengakselerasi pertumbuhan nilainya. Langkah selanjutnya adalah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan terkait pengurangan pajak yang berpotensi membesarkan pemasukan. Hollande menyatakan, Perancis punya banyak festival film internasional selain Cannes yang menantikan kiriman dari sutradara Indonesia. Dia menyebut dimensi kebudayaan yang harus menjadi inti hubungan Indonesia-Perancis antara lain demi promosi kebinekaan. "Kami tidak mau menjadi proteksionis soal budaya. Kami buka pintu seluas- seluasnya kepada siapa saja yang ingin belajar budaya, termasuk industri kreatif, di Perancis," ujarnya. (ABK/ELD/MED)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000