logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanWayang Sarat Pesan Harmoni
Iklan

Wayang Sarat Pesan Harmoni

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Wayang dengan lakonnya bukan sekadar seni pertunjukan tradisional adiluhung yang unik dan indah. Wayang diyakini lebih dari sekadar tontonan. Ia juga menjadi tuntunan karena sarat dengan pesan dan nilai-nilai kehidupan menuju harmoni dan keselarasan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.Hal ini mengemuka dalam sarasehan terkait Kongres IX Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Sena Wangi) di Jakarta, Selasa (25/4). Kongres bertema "Meningkatkan Peran Wayang dalam Pembentukan Karakter dan Bangsa" ini dihadiri pengurus Sena Wangi serta anggota Sena Wangi dari organisasi pewayangan, lembaga terkait pewayangan, lembaga pendidikan wayang nonformal, sanggar, lembaga pendidikan wayang dan perkumpulan wayang, serta pemerhati wayang.Ketua Umum Sena Wangi Suparmin Sunjoyo mengatakan, situasi dalam ketatanegaraan Indonesia saat ini banyak yang "amburadul". Banyak pihak yang merasa khawatir terhadap kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berlandaskan Pancasila. Hal ini sejalan dengan makin diabaikannya nilai-nilai Pancasila dalam realitas kehidupan berbangsa."Kami yang tergabung dalam Sena Wangi tidak hanya berpikir tentang wayang, tetapi juga ingin mengingatkan kembali tentang nilai-nilai yang kita miliki, termasuk lewat wayang, untuk bisa mengatasi masalah bangsa saat ini," ujar Suparmin. Ketua Bidang Sarasehan Sumari mengatakan, masyarakat perlu merenungkan kembali jati diri bangsa dengan melihat kekayaan tradisi yang dimiliki negeri ini. Pancasila yang terasa makin jauh dari implementasi kehidupan sehari-hari perlu disegerakan kembali dengan prinsip-prinsip pemikiran dalam filsafat wayang."Sarasehan digelar guna mengkaji filsafat wayang, pandangan tentang Pancasila, dan pendidikan budi pekerti," ujar Sumari.KemajemukanPancasila bisa dipahami dengan prinsip-prinsip pemikiran dalam filsafat wayang yang relevan dengan kehidupan bangsa saat ini. Pertunjukan wayang ada yang bernapaskan kekuasaan, tetapi dengan mengedepankan dialog. Wayang bernapaskan toleransi pada pluralitas. Termasuk pula menghormati kemanusiaan, yang tidak terpaku pada asal-usul. Selain itu, wayang juga bukan berisi ajaran teoretis, melainkan lewat contoh-contoh. "Wayang bukan terbatas pada masalah mahakarya seni, melainkan juga dirasakan sebagai nilai-nilai bagi kebangsaan Indonesia. Wayang dapat jadi pijakan untuk dapat mengamalkan Pancasila dalam kehidupan," ujar Sumari.Menurut dia, generasi muda pun harus dirangkul untuk dapat menghayati nilai-nilai dalam wayang. Mereka diberi ruang untuk mengembangkan inovasi teknologi dalam pertunjukan wayang, misal dengan memanfaatkan video blog. Kita harus yakin, meski wayang bersumber dari kearifan lokal Jawa, nilai-nilainya universal sehingga dapat mendunia.Sumari menambahkan, dengan adanya kajian filsafat hasil kerja sama Sena Wangi dan sejumlah perguruan tinggi, pembudayaan Pancasila relevan dengan pembudayaan wayang. Nilai-nilai dalam wayang koheren dengan nilai Pancasila. Dalam Pancasila, selain nilai kemanusiaan, juga terdapat nilai keagamaan.Suyanto, anggota Dewan Pakar Sena Wangi, mengatakan, wayang merupakan salah satu seni pertunjukan yang mengandung pesan pendidikan, baik dilihat dari wujud karakter tokoh-tokohnya, pertunjukan, maupun lakon-lakon yang disajikan. "Karena wayang lebih dari sekadar pertunjukan, kesaktiannya harus dikembalikan sesuai zamannya. Sebab, wayang ini mengisahkan tentang masalah-masalah kehidupan," kata Suyanto.Teknologi-tradisi Ia menambahkan, dalam perkembangannya, pertunjukan wayang mesti bisa mengikuti zaman supaya nilai-nilainya tetap lestari dan berkembang di masyarakat. Karena itu, pertunjukan wayang tak mesti dalam bahasa Jawa, tetapi bisa juga dalam bahasa Indonesia atau lainnya, termasuk pula melalui media teknologi yang diselaraskan dengan tradisi," ujar Suyanto.Pada 2003, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menyatakan wayang Indonesia sebagai karya agung seni budaya dunia (masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity). (ELN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000