logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanLagu Daerah yang Mendadak...
Iklan

Lagu Daerah yang Mendadak "Jazzy"

Oleh
· 2 menit baca

Musik tradisional bisa jadi terdengar membosankan di telinga anak muda. Namun, ada berbagai cara untuk membuatnya menarik, salah satunya dengan membalut musik tradisional dengan jazz.Minggu (16/7) sore, suasana di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, terlihat ramai. Puluhan orang dari berbagai kalangan umur datang memenuhi tempat itu. Mereka penasaran dengan sajian musik dari pianis, pelatih vokal, dan penyanyi jazz Indonesia, Otti Jamalus.Sore itu, Otti membawakan 10 lagu daerah dari Indonesia bagian tengah, seperti Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timut, dan Sulawesi. Sebagian besar lagu dinyanyikan murid-muridnya dari Otti Jamalus Music House, sebagian lagi ia nyanyikan sendiri atau disajikan dalam bentuk instrumental.Salah satu pengunjung, Richardo (17), asal Jakarta Selatan, mengatakan, awalnya ia enggan datang ke tempat itu. Namun, karena kedua kakaknya memaksa, ia pun tiba di sana. "Sampai di sini jadi penasaran, kebetulan saya enggak tahu soal musik tradisional dari Indonesia tengah," katanya.Bahkan, salah satu pemain musik dalam konser itu, Gania, awalnya tidak tahu kalau lagu "Bolelebo" berasal dari Nusa Tenggara Barat. Pemain cello itu mengaku butuh waktu setengah jam untuk belajar lagu tersebut."Musisi tidak bisa lepas dari karakternya, tadi ada pop, klasik, tetapi karena suara dan gaya bermusiknya jazz, jadi tetap saja rasanya jazz," ungkap Otti.Melalui konser ini, ia berkeinginan mengenalkan lagu-lagu daerah ke generasi muda. Apalagi, lagu daerah Indonesia tengah jarang didengar, seperti "Mana Lolo Banda" dari Kepulauan Rote, "Angin Mamiri" dari Sulawesi Selatan, dan "Esa Mokan" dari Sulawesi Utara.Arti lagu Otti mengatakan, baik dirinya maupun murid-muridnya tidak memahami arti sebagian lagu yang dibawakan. Ia mencontohkan, lagu "Esa Mokan" tanpa sengaja dibalut musik klasik lewat permainan cello dari Gania sehingga menjadi lembut. Setelah ditelusuri, arti lagu itu merupakan panjatan doa."Secara tidak sengaja dikasih unsur klasik dan ternyata pas dengan arti lagunya. Begitulah musik, apalagi saya orang yang spontan," ujar Otti.Pada penutup, sejumlah penonton mendatangi panggung dan bergoyang bersama. Mereka spontan bergoyang ketika lagu "Gemu Fa Mi Re" dari Maumere, Nusa Tenggara Timur, dibawakan.Lagu yang biasa menjadi lagu senam para aparatur sipil negara di NTT setiap hari Jumat atau Minggu itu menjadi alunan lagu indah ketika berubah jazzy. Orang-orang pun semangat bergoyang. (IDO)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000