logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanKamus Bahasa Daerah...
Iklan

Kamus Bahasa Daerah Diterbitkan

Oleh
· 3 menit baca

MANADO, KOMPAS — Semakin berkurangnya penutur bahasa daerah mendorong para tokoh masyarakat dan adat empat subetnik Minahasa, Sulawesi Utara, menyusun empat kamus bahasa daerah subetnik Minahasa. Penerbitan kamus ini merupakan upaya untuk memelihara bahasa daerah. Empat kamus bahasa daerah subetnik Minahasa yang diterbitkan oleh Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara tersebut adalah kamus bahasa Bantik, Tounsawang, Toutemboan, dan Pasan Ratahan. Ketua Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara Benny Josua Mamoto di sela-sela peluncuran kamus di Wale Pandior, Tompaso Minahasa, Rabu (19/7), mengatakan, penerbitan kamus empat subetnik Minahasa itu adalah momentum memelihara bahasa tradisional subetnik di Minahasa yang penuturnya semakin berkurang."Kami akan menerbitkan lagi kamus bahasa Tolour Minahasa dan kamus Bolaang Mongondow serta Talaud. Kami memberi motivasi kepada para tokoh masyarakat dan tokoh adat untuk terus memelihara bahasa daerah," ujar Benny.Benny menjelaskan, Minahasa memiliki tujuh subetnik yang wilayahnya terpisah, yakni Tolour (Tondano), Tounsawang (Minahasa Tenggara), Tountemboan (Minahasa Selatan), Tombulu (Pineleng dan Koka), Tonsea (Minahasa Utara), Bantik wilayah Manado, dan Pasan (Ratahan).Untuk penerbitan kamus-kamus bahasa daerah tersebut, Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Fakultas Seni Budaya Universitas Sam Ratulangi, dan Fakultas Seni Budaya Keguruan Universitas Negeri Manado.Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Adrianus Waworuntu mengatakan, inisiatif memelihara bahasa daerah melalui penerbitan kamus jarang terjadi, apalagi sampai empat kamus diterbitkan secara bersamaan. "Sangat baik untuk memelihara budaya melalui bahasa. Kami siap membantu penerbitan kamus selanjutnya," katanya.Ditambahkan, memudarnya budaya daerah terkait dengan minimnya pemahaman atas bahasa daerah. Dengan adanya kamus bahasa daerah diharapkan dapat membantu masyarakat memahami bahasa daerahnya. Mendata kataBenny mengatakan, ide menerbitkan kamus bahasa daerah muncul setelah dia melakukan serangkaian kegiatan budaya di Minahasa. Ketika itu, di pelosok desa, orang memakai bahasa melayu Manado, padahal masyarakat setempat memiliki bahasa daerah."Dari sini saya memotivasi para orangtua agar mendata semua kata untuk dijadikan kamus. Maksud saya agar anak-anak muda juga dapat belajar bahasa daerah melalui kamus," kata Benny.Daniel Lumintang (70), penulis kamus bahasa Tountemboan, mengatakan, penulisan kamus dilakukan secara bersama dengan 30 orang tokoh masyarakat. Setiap malam, para tokoh masyarakat berkumpul di balai desa lalu mendata dan mencatat setiap kata dalam bahasa daerah mereka.Untuk menulis kamus Tountemboan, kata Daniel, membutuhkan waktu sekitar tiga tahun. Dikatakan, setelah kamus itu terbit, akan dilakukan perbaikan untuk menambah perbendaharaan kata lainnya. "Masih banyak kata yang belum tercatat dalam kamus. Kami bersyukur kamus dapat kami terbitkan," katanya.Tokoh masyarakat Pasan, Bert Hosang (79), mengatakan, motivasi membuat kamus disebabkan minimnya penutur bahasa Pasan Ratahan di kalangan generasi muda. Menurut dia, penutur bahasa Pasan saat ini hanya kalangan orangtua yang berusia 60 tahun ke atas.Kamus itu dikerjakan secara gotong royong oleh setiap desa di Ratahan dengan membagi abjad setiap desa. Setelah itu, para penulis berkumpul dan mencatat dalam arti setiap kata. "Kami mulai kerjakan kamus Pasan sejak tahun 2011, cukup lama," katanya. (ZAL)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000