logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanKesenjangan Mutu Lulusan Jadi ...
Iklan

Kesenjangan Mutu Lulusan Jadi Tantangan

Oleh
· 2 menit baca

SEMARANG, KOMPAS — Kesenjangan kualitas perguruan tinggi dan para lulusannya menjadi tantangan utama pendidikan tinggi secara menyeluruh. Pemerintah berupaya menyelenggarakan beasiswa bagi dosen dan mahasiswa sebagai salah satu upaya mengurangi kesenjangan tersebut.Sekretaris Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan Dikti) Rina Indiastuti mengatakan, disparitas perguruan tinggi dipicu sejumlah faktor, di antaranya usia perguruan tinggi dan kondisi sosial ekonomi yang berbeda-beda di sejumlah daerah. "Ini bukan masalah, melainkan tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan standar mutu yang lebih setara," ungkap Rina di sela-sela Sidang Pleno Ke-13 Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI), di Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (20/7).Menurut Rina, pemberian beasiswa kepada dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi negeri (PTN) yang mutunya belum terstandar atau lebih rendah dibandingkan yang lainnya terus didorong. Salah satunya program afirmasi pendidikan tinggi Papua dan daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).Kualitas lulusan berkaitan dengan peranan perguruan tinggi dalam pembangunan. Sumber daya manusia lulusan dan perguruan tinggi dituntut berkontribusi bukan hanya memberi solusi permasalahan bangsa, melainkan juga menjamin masa depan yang lebih baik.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015, persentase tenaga kerja Indonesia dengan kualifikasi pendidikan tinggi 11,01 persen. Angka itu masih di bawah persentase tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi di Thailand, yakni 13 persen dan Malaysia 22 persen. Peningkatan kualitas SDM lulusan perguruan tinggi juga terus didorong dalam rangka menekan angka pengangguran di Indonesia. Berdasarkan data BPS per Februari 2017, tingkat pengangguran terbuka Indonesia masih 5,33 persen.Rina menuturkan, mayoritas lulusan perguruan tinggi merupakan pencari kerja, sedangkan pencipta lapangan kerja masih minim. "Mereka realistis karena dalam berwirausaha, perlu upaya keras pada 1-2 tahun pertama. Yang benar-benar mampu bertarung yang akan berlanjut," katanya. Jiwa kewirausahaanMenurut Rina, yang perlu terus digenjot adalah membangun budaya dan jiwa kewirausahaan saat masih menjadi mahasiswa. Perguruan tinggi dapat mengambil peran, antara lain dengan membentuk skema-skema yang membuat mahasiswa tertarik pada sektor kewirausahaan.Anggota Dewan Pengurus Nasional AFEBI, Candra Fajri Ananda, berharap, berbagai fakultas ekonomi di Indonesia dapat menjalin kerja sama dalam berbagai hal, termasuk pengembangan kapasitas mahasiswa. Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Semarang Fathur Rokhman berharap, AFEBI mengupayakan bersama penguatan pendidikan. Hal itu dapat dilakukan melalui penggagasan model kurikulum yang berstandar. Dia juga mendorong penelitian bersama skala nasional. (DIT)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000