logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanKarakter Dijabarkan Parsial
Iklan

Karakter Dijabarkan Parsial

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Program pendidikan karakter yang digalakkan pemerintah sulit direalisasikan dalam kegiatan belajar-mengajar. Selain minim sosialisasi, pedoman dan ukuran keberhasilannya pun masih terbuka untuk ditafsirkan secara parsial oleh sekolah. Hal tersebut disampaikan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Negeri 1 Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur, Hariyadi ketika ditemui pada Kamis (20/7). Menurut dia, selama ini sekolah-sekolah menerjemahkan secara mandiri program pendidikan karakter. Program tersebut menitikberatkan lima nilai utama, yakni religiositas, integritas, gotong royong, kemandirian, dan nasionalisme. Menurut Haryadi, salah satu kegiatan yang dilakukan untuk pendidikan karakter ialah dengan membaca kitab suci sesuai dengan agama yang dianut siswa. Kegiatan itu dilakukan setiap hari pada pukul 06.30-06.45.Direktur Pendidikan untuk Indonesia (Pundi) Iman Sumarlan, di Yogyakarta, menilai, pendidikan karakter yang berjalan di sekolah selama ini belum efektif. "Selama ini, pendidikan karakter masih berjalan secara parsial, belum menyeluruh. Di sejumlah sekolah, pendidikan karakter juga hanya menyentuh hal-hal yang berada di permukaan," kata Iman.Iman menyatakan, banyak sekolah memaknai pendidikan karakter sekadar dengan memperbanyak kegiatan keagamaan bagi siswa. Upaya semacam itu sebenarnya bagus, tetapi tidak cukup untuk membentuk karakter para peserta didik secara baik. "Yang juga diperlukan adalah pemberian teladan dari guru dan karyawan di sekolah," ujarnya. Menurut Iman, selama ini pendidikan karakter juga cenderung dibebankan hanya kepada pihak sekolah serta tidak melibatkan orangtua dan masyarakat. Padahal, agar bisa berjalan secara efektif, pendidikan karakter seharusnya dilaksanakan secara holistik dengan melibatkan sekolah, orangtua, dan masyarakat.Guru menyiasatiGuru Ilmu Pengetahuan Sosial SMPN 3 Surabaya, Jawa Timur, Adji Suharko, mengatakan, tidak sulit menyisipkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam pelajaran. Saat mengajarkan diskusi kelompok, misalnya, dia meminta siswa belajar tepat waktu. Siap atau tidak siap, jika waktu untuk diskusi habis, siswa harus mempresentasikannya. "Saya sering mengajak siswa diskusi kelompok karena bisa menumbuhkan sikap kekompakan dan gotong royong antarsiswa," ujarnya.Siswi Kelas XI SMKN 5 Surabaya Jurusan Gambar Bangunan, Ayyun Puji Wahyuni, mengatakan, pendidikan karakter di SMKN 5 melingkupi aspek kesopanan, kekeluargaan, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, kerja sama, dan kecakapan fisik. Sebagai remaja, Ayyun menyadari pernah membuat kesalahan meski minor, yakni terlambat.Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, pemerintah tengah mematangkan standar pendidikan nasional baru. Standar itu terdiri dari 70 persen pendidikan karakter dan 30 persen transfer ilmu pengetahuan.Menurut Muhadjir, pendidikan karakter menitikberatkan pada budi pekerti. Siswa dididik tidak sekadar agar pintar, tetapi juga bijak mengamalkan ilmu pengetahuan. (ELN/GER/HRS/ SYA/BRO/KRN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000