JAKARTA, KOMPAS — Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Dadang Sunendar mengungkapkan, dari 20 rekomendasi Musyawarah Sastra Nasional 2017 yang digelar di Jakarta, pekan lalu, beberapa di antaranya sudah dilakukan untuk menguatkan karya sastra bangsa. Seperti pembinaan dan karya sastra daerah yang sudah dipublikasi.
”Kami sudah mengirim sastrawan-sastrawan yang kami fasilitasi ke daerah-daerah hingga ke luar negeri. Kami juga membuat pertukaran sastrawan daerah, khususnya di daerah perbatasan,” ujar Dadang, Jumat (21/7).
Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (Musni) 2017 digelar di Jakarta pada 18-20 Juli 2017. Musyawarah itu diikuti oleh 180 sastrawan Indonesia yang tujuannya untuk membahas perkembangan sastra di Indonesia sebagai salah satu perekat bangsa.
Dadang mengakui, dalam mengirim sastrawan ke luar negeri untuk menambah pengetahuannya dinilai masih kurang. Hal itu juga disebabkan anggaran yang kurang. ”Untuk memperkaya pengetahuan para sastrawan butuh difasilitasi. Kami sudah berusaha dan tidak bisa sendiri. Harus berkoordinasi dengan lembaga dan kementerian lainnya,” kata Dadang.
Terdapat enam daerah yang selama tahun 2017 menjadi prioritas pertukaran sastrawan. Enam daerah itu adalah, Dompu, Nusa Tenggara Barat; Morotai, Maluku Utara; Raja Ampat, Papua; Bengkayang, Kalimantan Barat; Denpasar, Bali; dan Alor, Nusa Tenggara Timur. Para sastrawan dikirim ke daerah sastrawan lainnya di enam daerah tersebut.
Kepala Bidang Pemasyarakatan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Mustakin menjelaskan, pertukaran sastrawan itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan pengetahuan sastrawan. Dengan langsung ke lokasi dinilai sastrawan akan lebih mengenal daerah tersebut. ”Hasilnya nanti mereka bisa menghasilkan karya yang bernuansa daerah. Ini silang budaya sehingga ada nuansa keberagaman di buku pengayaan dan jurnalisme sastra,” kata Mustakin.
Sementara sastrawan Radhar Panca Dahana berpendapat, pembinaan komunitas sastra di daerah perlu dilakukan dengan meningkatkan kemitraan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga swasta. Selama ini, banyak karya dari sastrawan daerah yang tidak diakomodasi dengan baik.
”Sastra daerah harus diperhatikan lagi karena unggulan Indonesia di dunia sastra dunia adalah ciri khas dari sastra daerahnya,” ujar sastrawan Indonesia, Radhar Panca Dahana.
Menurut Radhar, banyak sastrawan Bugis yang dikenal lewat karya-karyanya di dunia bahkan hingga meraih penghargaan. Karya-karya tersebut merupakan karya asli daerah yang menggunakan bahasa daerah. Sayangnya, kebanyakan dari mereka tidak bisa mencetak karyanya dalam bentuk buku dan juga tidak diakomodasi di badan bahasa. ”Anggarannya juga harus dipekuat. Pemerintah biayai saja sehingga setiap tahun karya-karya sastra daerah itu ada terus,” ujarnya. (IDO)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.