logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanManusia Modern Tiba Lebih Awal
Iklan

Manusia Modern Tiba Lebih Awal

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Penelitian terbaru menemukan manusia modern diperkirakan telah menghuni Nusantara sekitar 73.000 tahun lalu atau jauh lebih awal daripada penghitungan semula sekitar 45.000 tahun lalu. Kesimpulan ini didasarkan pada penelitian ulang terhadap fosil gigi dan endapan tempat ditemukan fosil ini di Goa Lida Ajer, Payakumbuh, Sumatera Barat. Temuan ini dipublikasikan di jurnal internasional Nature edisi 9 Agustus 2017 dengan penulis pertama KE Westaway dari Departemen Ilmu Lingkungan Universitas Macquarie, Australia. Anggota tim berasal dari berbagai universitas dan lembaga penelitian di luar negeri. Dari Indonesia, anggota tim berasal dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dan Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung. Wahyu Saptomo, arkeolog prasejarah dari Puslit Arkenas yang turut dalam publikasi ini, mengatakan, "Sekalipun masih perlu dikaji lagi dengan lebih teliti, temuan ini sangat penting karena membuka lembaran baru diskusi tentang periode waktu kedatangan manusia modern (Homo sapiens) di Indonesia."Lida Ajer merupakan goa kecil yang dikelilingi goa-goa lain di selatan Payakumbuh yang kaya akan fosil berbagai fauna, termasuk orangutan. Goa ini diekskavasi Dubois pada 1887-1890. Dalam penggalian itu ditemukan dua gigi yang diduga manusia, tetapi saat itu belum dilakukan pengukuran umur ataupun penanggalan terhadap fosil maupun lapisan tempat ditemukannya. Analisis morfologi terbaru menunjukkan, dua gigi yang ditemukan di Lida Ajer ini lebih kecil daripada gigi orangutan ataupun Homo erectus, manusia purba yang ditemukan di Asia Tenggara. "Dua gigi ini lebih menyerupai Homo sapiens," sebut Westaway.Penanggalan lapisan Tim peneliti kemudian melakukan penanggalan lapisan batuan tempat ditemukannya fosil gigi manusia modern ini. Penanggalan juga dilakukan terhadap sejumlah gigi orangutan dan siamang, baik yang ditemukan Dubois maupun dari penggalian terbaru.Penanggalan tersebut menggunakan thermoluminescence dan sinar terstimulasi inframerah (pIR-IRSL) untuk mengetahui umur sedimen, sementara uranium digunakan untuk mengetahui umur speleothem, mineral di stalaktit atau stalagmit goa. Adapun untuk fosil digunakan ESR atau electron spin resonance. Kombinasi hasil penanggalan sejumlah sampel tersebut menunjukkan bahwa umur fosil dan lapisan endapannya berkisar 73.000-63.000 tahun lalu. Temuan ini lebih awal sekitar 20.000 tahun dibandingkan dengan temuan-temuan jejak manusia modern di Asia Tenggara. Meski demikian, temuan ini dinilai konsisten dengan temuan fosil manusia modern di Laos yang berumur sekitar 70.000-46.000 tahun lalu.Wahyu Saptomo mengatakan, Westaway merupakan ahli pada bidang penanggalan fosil ataupun sedimen tua. Meski demikian, dari aspek arkeologi, temuan ini perlu dikaji lebih teliti. "Idealnya dilakukan penggalian ulang sehingga diketahui benar-benar posisi fosil dengan lapisan yang menguburnya," katanya.Temuan pentingMenurut Wahyu, selama ini belum pernah ditemukan bukti adanya kehidupan manusia modern di Indonesia yang lebih tua dari 50.000 tahun lalu. Temuan fosil tertua manusia modern di temukan di Goa Niah, Sarawak, Malaysia, dengan umur sekitar 45.000 tahun lalu. Belakangan juga ditemukan lukisan goa di Sulawesi Selatan diduga berumur 45.000 tahun lalu. Namun, belum ditemukan fosil manusianya.Untuk di Sumatera, jejak manusia modern yang tertua sejauh ini terdapat di Goa Harimau. Menurut Wahyu, di dalam goa yang berada di Sumatera Selatan ini ditemukan artefak batu dan tulang dengan umur 19.000 tahun lalu. "Penelitiannya masih terus. Di bawah lapisan ini masih ditemukan lapisan obsidian sehingga ada kemungkinan bisa ditemukan lagi," katanya. Geolog dari Museum Geologi, Indyo Pratomo, mengatakan, temuan ini sangat penting karena berimpitan dengan peristiwa letusan supervolcano Toba sekitar 74.000 tahun lalu. "Dengan melihat kemungkinan pergeseran penanggalan, kalaupun ada manusia pada periode itu, kemungkinan sebelum letusan Gunung Toba. Setelah letusan Toba, kemungkinan Sumatera kosong dari kehidupan hingga ribuan tahun. Ketebalan abu letusan Toba lebih dari 10 meter," katanya. (AIK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000