logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanMenghidupkan Kesenian,...
Iklan

Menghidupkan Kesenian, Menggeluti Kebudayaan

Oleh
· 2 menit baca

Pendiri harian Kompas sekaligus Bentara Budaya, Jakob Oetama, dalam sebuah acara di Bentara Budaya menyampaikan pernyataan, "Dengan menghidupkan kesenian dan menggeluti kebudayaan, hidup kita akan diperkaya." Dalam semangat seperti inilah, Bentara Budaya menyusun program-program dan merespons dinamika ekspresi kesenian. "Bentara Budaya tetap setia seperti pesan Pak Jakob Oetama. Motivasi seperti itulah yang mendorong Bentara Budaya selama 35 tahun ini terus menyelenggarakan program serta berbagai ruang bagi pementasan, pameran, diskusi, dan dialog masyarakat," kata Frans Sartono, Direktur Program dan Ketua Dewan Kurator Bentara Budaya, Senin (25/9), di Jakarta.Manembah Hangesti Songing Budi, demikianlah filosofi yang mendasari berdirinya dan arah Bentara Budaya. Selain menandakan candra sengkala atau penanda tahun berdirinya Bentara Budaya 1982, kata-kata berbahasa Jawa itu juga bermakna bahwa di balik situasi keprihatinan budaya, kita diajak sujud serta mengarahkan seluruh pikiran dan tujuan kita. "Songing budi bukan kosonging budi (kosongnya akal), tetapi pemberian budi yang tanpa pamrih. Jadi, kita betul-betul memuja dan menyembah supaya kita punya mata hati yang tidak buta. Bukan sekadar tahu secara emosional, tetapi dengan jernih melalui mata hati kita," kata Sindhunata, salah satu kurator Bentara Budaya.Jauh sebelum Bentara Budaya berdiri, sejak 1969 harian Kompas rutin mengelola koleksi lukisan dan benda-benda seni sebagai bentuk penghargaan terhadap karya para pelaku seni budaya. "Kesenian merupakan bagian yang selalu tertinggal di setiap kemajuan, makanya pendiri Kompas, PK Ojong, mengatakan, kita semestinya menyisakan dana perusahaan untuk mengoleksi karya-karya seni," kata perintis dan Direktur Eksekutif Bentara Budaya 1986-1999 GM Sudarta. Penghargaan tokoh seniSelama ini Bentara Budaya setia memberikan ruang bagi siapa pun yang total menjalani laku seni dan budaya, terutama mereka yang berada di daerah pinggiran dan kurang tersuarakan. Karena itulah, bertepatan dengan hari ulang tahun yang ke-35, Selasa (26/9) pukul 19.30, Bentara Budaya memberikan penghargaan kepada tujuh tokoh seni, yaitu penari Luh Menek, penggerak teater Rudolf Puspa, pelestari topeng Samadi, penggiat akapela "mataraman" Pardiman Djoyonegoro, penghidup wayang potehi Toni Harsono, penelaah sastra Betawi Abdul Chaer, serta tokoh ludruk dan ketoprak Kirun. Digelar pula pameran lukisan kaca Wajah Zaman dalam Kaca pada 26 September-3 Oktober 2017 di Bentara Budaya Jakarta. (ABK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000