logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanTim Ekskavasi Optimistis...
Iklan

Tim Ekskavasi Optimistis Temukan Candi

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Tim peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional menemukan arca dwarapala atau penjaga dan lapik atau alas arca dari batu yang diduga sisa peninggalan Kerajaan Kediri di Desa Adan-Adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Senin (25/9). Tim optimistis menemukan candi di kawasan penemuan benda-benda tersebut. Arca berketinggian 2 meter ini ditemukan di pekarangan rumah warga. Arca ini ditemukan terkubur tanah di kedalaman 80 sentimeter. "Kemungkinan arca ini peninggalan dari masa peralihan Mataram kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur sekitar abad ke-11 hingga ke-12. Bentuk arcanya mirip totok kerot dari masa Kerajaan Kediri," kata Sukowati Susetyo, Ketua Tim Ekskavasi dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas). Kepala Puslit Arkenas I Made Geria yakin masih banyak benda yang bisa ditemukan di situs tersebut. "Sebelumnya telah ditemukan makara di situs ini," katanya. Pada April 2016, Puslit Arkenas menemukan dua makara dengan ukuran sekitar 2,3 meter di kawasan ini. "Makara di Adan-Adan ini merupakan yang terbesar di Indonesia," kata Sukowati. Makara merupakan profil hiasan biasanya berupa binatang mitologis yang lazim dibangun pada gapura atau candi.Sukowati menambahkan, penggalian di Adan-Adan ini diawali dengan laporan Komunitas Pencinta Sejarah Kediri tentang dugaan adanya benda purbakala tahun lalu. "Kami mengapresiasi inisiatif komunitas ini. Ini menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap peninggalan sejarah," katanya.Lapisan vulkanikAgus Hascaryo, geolog yang terlibat dalam penggalian ini, mengatakan, lapisan tanah yang mengubur arca di Adan-Adan ini merupakan material vulkanik. "Dari materialnya ini bukan lahar, tetapi abu vulkanik. Masalahnya, abu dari gunung mana belum bisa dipastikan sekalipun gunung api yang paling dekat dari sini adalah Kelud," katanya. Agus mengatakan, di sekitar situs ini tidak ada tanda bekas laharik Gunung Kelud muda. "Adanya lapisan lahar Kelud tua jauh sebelum situs ini ada. Oleh karena itu, kami perlu menganalisis dulu lapisan tanahnya sehingga bisa diketahui asal abu vulkaniknya," ujarnya. Letusan Gunung Kelud cenderung bersifat freatik dan banjir lahar. Menurut data dasar gunung api Indonesia dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Kelud pernah meletus tahun 1.000, 1311, 1334, dan 1376. Namun, tidak ada keterangan rinci mengenai kekuatan dan dampak letusannya. Sementara berdasarkan penelitian tim internasional yang dipublikasikan di jurnal PNAS 2013, pada 1257 terjadi letusan raksasa Gunung Samalas di kompleks Rinjani, Pulau Lombok. Letusan ini disebut yang terbesar di era modern dan memicu dampak global dengan memicu perubahan iklim. Geolog Indyo Pratomo yang turut dalam kajian tentang Samalas menyebutkan, letusan Samalas diduga mengubah peta politik pada masa lalu, misalnya memengaruhi penyerbuan Raja Singasari, Kertanegara, ke Bali pada 1284. (AIK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000