logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanAngkat Kearifan Lokal dalam...
Iklan

Angkat Kearifan Lokal dalam Sastra

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Karya sastra berlatar keragaman budaya dan kearifan lokal perlu terus didorong untuk berkembang. Keragaman budaya yang dikemas dalam cerita fiksi diyakini dapat pula merekatkan kembali persatuan bangsa yang belakangan ini terancam. Bermunculannya karya sastra yang menampilkan kekayaan budaya dan kearifan lokal sejumlah daerah dapat membantu masyarakat pembaca mengenal kehidupan masyarakat daerah lain dari berbagai aspek. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dadang Sunendar dalam acara bedah buku Suara Samudra: Catatan dari Lamalera, yang merupakan rangkaian Bulan Bahasa dan Sastra 2017 di Jakarta, Rabu (11/10), mendorong penulis dan pengarang membuat karya sastra daerah. "Pemerintah daerah ikut bertanggung jawab untuk mengembangkan bahasa dan sastra daerah," kata Dadang.Suara Samudra merupakan novel yang ditulis Maria Matildis Banda. Maria, yang sehari-hari mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Denpasar, Bali, sudah menulis 10 novel. Suara Samudra merupakan cerita fiksi dengan latar penangkapan paus di Lamalera, Nusa Tenggara Timur.Dadang mengatakan, salah satu upaya merangsang penulis membuat karya sastra yang mengenalkan keindonesiaan adalah lewat program pengiriman sastrawan berkarya ke dalam dan luar negeri. Pada tahun ini, 11 sastrawan dikirim ke sejumlah daerah perbatasan dan satu ke luar negeri untuk menulis novel."Tujuannya agar penulis bisa menyampaikan cerita dengan ilustrasi atau latar belakang kehidupan di daerah perbatasan. Selain itu, karya sastra dengan latar budaya ini juga berpotensi untuk dialihbahasakan ke bahasa asing sehingga Indonesia bisa dikenal lewat karya sastra yang universal," kata Dadang. Kepala Bidang Pemasyarakatan, Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Mustakim mengatakan, bedah buku yang mengangkat tema kearifan lokal sengaja diadakan karena dalam dunia kesusastraan Indonesia saat ini tidak banyak yang mengangkatnya. "Kita harus bisa memanfaatkan karya sastra yang mengisahkan kearifan lokal untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang lebih baik," ujar Mustakim.Maria mengatakan, gagasan penulisan novel dengan latar penangkapan paus di Lamalera terinspirasi saat dirinya menonton film dokumenter tentang tradisi itu pada 2007. Dia terjun langsung ke Lamalera untuk melihat tradisi tersebut dan menyelami kehidupan masyarakat. Maria mengumpulkan data dan informasi serta investigasi lapangan. Tempat dan tokoh imajiner pun dirancang. Novel ini baru selesai pada 2017."Novel ini tentang pencarian identitas, asal-usul dari tokoh Lyra. Kesejatian diri seseorang berakar dari kearifan lokal, dari kampung halaman dan nenek moyangnya," kata Maria.Pengajar di Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Yoseph Yapi Taum, mengatakan, ada banyak informasi etnografis tentang Lamalera dalam novel ini. Latar itu dipakai untuk mengungkapkan persoalan substantif yang berkaitan dengan dilema kemanusiaan.EtnografisMenurut Yoseph, novel yang piawai menceritakan gambaran dari sudut sejarah, sosial, dan budaya butuh riset dan observasi serius. "Kita patut mengapresiasi sastrawan yang menghasilkan novel etnografis. Ini perlu mendapat perhatian khusus dalam pengkajian dan penyusunan sejarah sastra Indonesia," ujarnya. Tokoh masyarakat Lamalera yang juga mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Sonny Keraf menyambut baik kehidupan masyarakat Lamalera yang terkenal dengan tradisi berburu paus. Ada banyak nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut."Kalau film dokumenter hingga riset sudah banyak. Kalau ditambah dalam bentuk novel, bisa terungkap lebih banyak lagi nilai- nilai kehidupan masyarakat adat," kata Sonny. (ELN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000