Seratusan pengunjung memberi aplaus setelah penari asal Papua, Darlane Litaay, bersama tiga penari lain menyelesaikan pentas di gedung Cultuurcentrum Strombeek, Brussels, Belgia, Kamis (12/10) malam waktu setempat. Pergelaran tari kontemporer yang bersumber dari tarian suku-suku di Papua itu membuat penonton seperti terpaku di tempat duduk.
Begitu juga ketika 30 menit kemudian koreografer Moh Haryanto menampilkan tarian kontemporer lain dengan medium atap seng bergelombang. Tepuk tangan riuh pengunjung tak henti selama beberapa menit.
Di gedung pusat kebudayaan itu, videografer Elisabeth Ida Mulyani menampilkan karya film dokumenter berjudul Saksi Bisu. Demikian pula komikus Yudha Sandy yang menampilkan mural dari komik karyanya berjudul Atom Jardin.
Pada malam berikutnya, Jumat, bertempat di Callens Cafe, Brussels, tiga chef asal Bali, yakni Ray Hardiansyah, Putu Dodik, dan Made Agus Suadnyana, unjuk kebolehan dengan menyajikan berbagai jenis masakan Indonesia. Rendang dari Padang dan tahu gejrot dari Cirebon adalah dua dari 11 jenis makanan yang disajikan selama dua malam di restoran itu.
Sajian tarian kontemporer dan kuliner itu merupakan bagian dari pentas seni dan budaya Indonesia dalam ajang Europalia Arts Festival Indonesia 2017. Pada ajang dua tahunan itu, mulai 10 Oktober 2017 hingga 21 Januari 2018, para duta seni dan budaya Indonesia tampil di sejumlah kota di tujuh negara Eropa, yakni Belgia, Belanda, Perancis, Inggris, Austria, Jerman, dan Polandia.
Festival seni dan budaya internasional yang digagas Pemerintah Belgia itu diselenggarakan sejak 1969 di Belgia dan negara-negara Eropa. Tahun ini, Indonesia diundang sebagai negara tamu. Indonesia adalah negara keempat di Asia yang menjadi negara tamu setelah Jepang, China, dan India. Festival Europalia meli- puti pameran, pertunjukan seni, musik, literatur, kuliner, seminar, konferensi, dan film. Tahun ini, festival seni budaya ini melibatkan 316 seni- man Indonesia. Delegasi seni budaya Indonesia menggelar 360 acara.
Ketua Europalia Internasional Georges Jacobs de Hagen saat pembukaan festival menyatakan, budaya Indonesia sangat kaya dan beragam. Kekayaan akan perbedaan geografis, ekonomi, dan sosial membuat Indonesia memiliki budaya yang terus bergerak. Seni visual, arsitektur, desain, sastra, musik, teater, tari, dan film berpadu bersama.
Wakil Perdana Menteri yang juga Menteri Luar Negeri Belgia, Didier Reynders, menyebutkan, Indonesia adalah negara keempat di Asia yang menjadi negara tamu Festival Europalia. ”Saya sangat senang dengan pilihan ini karena Indonesia bukan hanya wilayah terluas di Asia Tenggara, melainkan juga menjadi pemeran utama dalam geopolitik global,” katanya.
Saman Gayo
Sebelum Darlane Litaay dan kawan-kawan serta Moh Haryanto memukau publik Belgia, dua hari sebelumnya, Selasa (10/10) sore waktu setempat, tiga tarian dari tiga daerah terlebih dahulu memukau ratusan pengunjung saat acara pembukaan di gedung ekshibisi Bozar di Brussels. Raja Belgia Philippe Leopold Louis Marie dan Ratu Mathilde serta Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan Ny Mufidah Jusuf Kalla menyaksikan langsung kemeriahan tersebut.
Hadir pula pada acara itu presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, beserta Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi yang menyampaikan pidato pembukaan Europalia 2017.
Tarian saman Gayo yang dibawakan 15 penari laki-laki asal Aceh menjadi pemuncak acara itu. Sebelumnya, pengunjung dibuat kagum dengan tari topeng Losari asal Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, serta lagu dan tari tradisional Papua yang dibawakan Voices of Papua.
Salah satu penari saman Gayo, Syeh Umur (49), menyatakan bangga bisa tampil di Europalia. Dia berharap setelah festival akan datang lebih banyak lagi wisatawan dari Eropa ke Indonesia, khususnya Aceh. Hal serupa dinyatakan oleh Nathan, penari dari Voices of Papua, dan Nani Sawitri, penari topeng Losari.
Sebelum acara pembukaan, Raja dan Ratu Belgia bersama Wapres Kalla dan Ny Mufidah serta sejumlah undangan melihat berbagai jenis artefak dari sejumlah daerah di Indonesia yang dipamerkan. Patung, lukisan, dan peninggalan lain dipamerkan dalam ajang itu.
Wapres Kalla menyatakan, kehadiran Indonesia dalam Festival Seni Budaya Europalia 2017 akan memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang kaya akan seni dan budaya serta keragaman bahasa dan adat istiadat. ”Ini harus benar-benar dipakai untuk mempromosikan potensi dan kekayaan kita dalam seni budaya dan keragaman agama serta suku bangsa,” ujar Wapres.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan seusai acara pembukaan menyampaikan keyakinannya bahwa setelah Festival Europalia 2017 akan datang lebih banyak wisatawan Eropa ke Jawa Barat, khususnya Cirebon. ”Ke Cirebon dan Losari sekarang gampang setelah ada Tol Cipali. Apalagi kalau Bandara Kertajati sudah dibuka,” kata Heryawan.
Promosi
Sekretaris Deputi Bidang Pemasaran Mancanegara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Ni Wayan Giri Adnyani menyatakan Festival Eropalia 2017 adalah momentum untuk mempromosikan destinasi wisata Tanah Air. Karena itu, Kemenpar mendukung Europalia Indonesia dalam bentuk promosi.
”Wisata tidak lepas dari kebudayaan. Alasan wisatawan datang ke Indonesia, sebanyak 60 persen adalah untuk melihat alam dan budaya,” kata Giri.
Promosi wisata, termasuk Europalia, menurut dia, penting untuk meningkatkan citra Wonderful Indonesia. Apalagi, Europalia berlangsung di tujuh negara Eropa, yakni Belgia, Belanda, Inggris, Perancis, Polandia, Austria, dan Jerman. ”Promosi wisata Indonesia di Eropa sangat penting. Apalagi, jumlah wisatawan mancanegara dari Eropa adalah kedua (terbanyak) di bawah wisatawan asal China,” ujarnya.
Ia menyebutkan, tahun 2016, jumlah wisatawan asal Eropa yang datang ke Indonesia sebanyak 2,2 juta orang. Jumlah terbanyak dari Inggris, disusul Perancis, Jerman, Belanda, dan Rusia. Karena itu, ungkap Giri, Indonesia akan terus berpartisipasi dalam pameran-pameran di Eropa.
Europalia Arts Festival Indonesia 2017 yang merogoh kocek anggaran negara senilai Rp 160 miliar itu pun tentu turut andil lebih mengenalkan Indonesia kepada masyarakat Eropa.
(AGUS MULYADI/SUHARTONO dari Brussels)