DEPOK, KOMPAS — Reputasi Universitas Indonesia di Asia terus meningkat. Lembaga pemeringkat perguruan tinggi di dunia, Quacquarelli Symonds, menempatkan Universitas Indonesia di peringkat ke-54 dalam jajaran top 100 universitas se-Asia.
Rektor Universitas Indonesia (UI) Muhammad Anis di Depok, Jawa Barat, Selasa (17/10), mengatakan, posisi UI meningkat sebanyak 13 poin dalam jajaran top 100 universitas se-Asia. Tahun ini, UI melesat ke peringkat ke-54, sedangkan tahun lalu di peringkat ke-67.
QS Asia University Ranking 2017 merilis hasil pemeringkatan yang dilakukan terhadap lebih dari 400 perguruan tinggi dari 17 negara di Asia. Sebanyak 23 PT di Indonesia masuk dalam daftar pemeringkatan yang diumumkan Senin lalu melalui laman http://www.topuniversities.com/university-rankings .
Anis mengatakan, UI unggul pada indikator ”international faculty” yang menandakan bahwa para akademisi ataupun peneliti dari mancanegara tertarik untuk berbagi ilmu dan melakukan penelitian di UI. Setidaknya hingga pertengahan 2017 terdapat 1.588 tenaga akademisi yang pernah hadir ke UI untuk menjadi dosen, dosen tamu, peneliti tamu dalam rangka sharing knowledge kepada sivitas akademika UI.
”Kami berbangga hati atas pencapaian ini. Secara tidak langsung menunjukkan bahwa institusi pendidikan di Indonesia direkognisi oleh dunia pendidikan di Asia,” ujar Anis.
Kepala Humas dan Keterbukaan Informasi Publik UI Rifelly Dewi Astuti menjelaskan, berdasarkan hasil kalkulasi yang dilakukan tim QS, UI unggul pada kualitas tenaga pendidik, reputasi akademis, jumlah tenaga pendidik asing di UI, serta kegiatan belajar-mengajar di setiap fakultas. Selain itu, indikator lain yang berhasil dipenuhi di antaranya terdapat peningkatan signifikan dalam publikasi jurnal, pengelolaan sumber daya manusia di tingkat universitas ataupun fakultas, serta tata kelola organisasi yang mencakup budaya, kebiasaan, kebijakan, dan upaya internasionalisasi komunitas mahasiswa ataupun tenaga pendidik.
”Upaya ini juga seturut program pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi, riset, dan inovasi guna mendukung daya saing bangsa,” kata Rifelly. (ELN/*)