Langkan

Guru PAUD Perlu Perhatian Serius Pendidik yang melayani anak usia dini masih jauh dari standar yang diharapkan. Sebagian besar pendidik anak usia dini bersifat sukarelawan dengan kualifikasi pendidikan SMP dan SMA, serta tidak terlatih menjalankan pendidikan anak usia dini yang menyeluruh dan utuh. Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ella Yulaelawati, di Jakarta, akhir pekan lalu, mengatakan layanan PAUD terus berkembang, meskipun belum semua desa memenuhi target satu desa satu PAUD. Namun, pelayanan PAUD yang berkualitas yang didambakan belum terpenuhi. Kualifikasi pendidikan guru PAUD di kelompok bermain, tempat penitipan anak, serta satuan PAUD sejenis, yang berpendidikan SMP sekitar 5,90 persen, SMA/SMK (61,04 persen), diploma (9,14 persen), S-1 (23,37 persen), dan S-2/S-3 (0,55 persen). Total guru di PAUD nonformal itu mencapai 299.195 orang. (ELN)Difabel Didorong Jadi Pengusaha DigitalKementerian Komunikasi dan Informatika menggelar Jambore Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK pada 15-18 November 2017, di Jakarta. Puluhan remaja berkebutuhan khusus unjuk kebolehan di bidang teknologi. Menkominfo Rudiantara mengatakan, difabel di Indonesia berjumlah 20 juta. Melalui jambore itu, Kominfo berharap mereka tidak hanya piawai mengoperasikan teknologi, melainkan juga mampu menciptakan lapangan kerja di ranah digital. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kominfo Basuki Yusuf Iskandar mengatakan, pihaknya memberikan sertifikasi kompetensi khusus bagi remaja difabel yang mengikuti jambore. Teknologi digital sangat membantu difabel yang terkendala mobilitas. Salah satu keunggulan penyandang cacat atau difabel adalah mereka cenderung lebih fokus dalam mengembangkan aplikasi digital. (DD10)